DuApUlUh:V

87 5 0
                                    

Saat perjalanan pulang, di dalam mobil Maysa masih saja diam dan Revan pun tidak membuka suara. Takut salah bicara karena rupanya mood adiknya ini sedang hancur.

Saat sudah setengah perjalan. Kini Revan membuka suara, mulutnya terasa gatal sedari tadi diam saja.

"Ya..." Ucap Revan sambil menatap adiknya sebentar.

"Hmmm" Balas Maysa dengan deheman.

"lo sakit dek, apa lagi ada masalah?" Tanya Revan pada akhirnya.

"Gak bang, cuma gue lagi gak mood" Jawab Maysa tidak niat.

"Hmm gimana biar lo mood lagi gue ajak lo nyeblak dek di langganan lo. Gue bebasin hari ini buat neraktir lo asal lo jangan kek gini gimana?" Tawar Revan yang sudah menghentikan mobilnya di pinggir trotoar tadi sambil menghadap Maysa dan menaik turunkan alisnya.

Seblak?

Seketika mata Maysa berbinar.
Pasalnya abangnya ini jarang sekali menemaninya membeli selak karena dulu pernah sekli Revan mengantarkan Maysa membeli seblak langganannya tapi Revan malah di goda oleh penjual seblaknya yang memang sudah sedikit tidak muda lagi dan janda pula. Sejak saat itu Revan kapok tidak mau mengantarkan Maysa lagi.

Dan kali ini?

Ia akan mengantakannya apakah telinga Maysa tadi terkena gagguan pendengan.

Tidak itu memang Revan yang menawarinya.

"Gimana mau gak?" Tawar Revan kembali.

Maysa nampak berfikir sedikit serius untuk melabui kakaknya padahal di dalam hati ia sangat senang.

"Oke kak, gue mau seblak biasa yang langganan gue."Putusnya akhirnya pada Abangnya.

Revan nampak menimbang nimbang, teringat kejadian dulu lalu setelahnya ia mengangguk.

"Apapun mau lo gue turutin dek, asal mood lo kembali lagi," Ucap Revan seraya mengacak puncak kepala Maysa dan di jawab senyuman kecil oleh Maysa. "Makasih bang, lo memang selalu bisa kembaliin mood gue." Lirihnya tapi masih bisa di dengar oleh Revan.

Mereka pun menuju ke tempat kedai Seblak.

20 menit berlalu dan akhirnya mereka sampai di sana.

"Mbak Ras seblaknya yang biasa pake telur, sausnya yang banyak jangan di kasih krupuk terus spesial" Pesan Maysa pada mbak Ras. Awalnya Maysa memanggil penjual seblak ini ibu tapi di tolak dan minta di panggil mbak saja karena katanya umurnya masih muda.

Mbak Ras mendengarkan pesanan Maysa lalu berkata, "Siap neng, mau berapa banyak belinya?"

Maysa melirik Revan yang sudah duduk tak jauh lalu Maysa bertanya pada abangnya, "Abang Mau?" Tanyanya.

"Gak usah dek." Jawab Revan. Dan Maysa menanggapinya dengan anggukan.

Maysa menatap Mbak Ras yang sedang menunggunya, "Satu aja mbak." ucapnya.

"Silakan di tunggu Neng, seperti biasa." Jawab Mbak Ras dan di jawab anggukan serta ucapan terimakasih sebelum Maysa duduk bersama abangnya.

Setelah Maysa duduk, Revan kembali menanyakan sebab adiknya bad mood seperti ini.

"Lo lagi ada masalah dek? "Tanya Revan sambil memandang serius adiknya.

Maysa menatap abangnya lalu ia menghela nafas nya sedikit kasar.
"Dikit bang." Jawab nya.

"Masalah apa coba?" Tanya Revan kembali.

"Udah ah jangan di bahas, nanti gue gak mood lagi"Jawab Maysa dan Revan hanya berdehem merasa kecewa atas jawaban yang tidak puas oleh adiknya itu.

Someone [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang