10. Insiden Kesiangan

649 41 0
                                    

Kecerobohan yang ada dalam diri seseorang itu bisa terjadi karena ia sendiri tak mampu untuk melawannya.

____

"Bangsat lo anjing. Beraninya sama
cewek!" bentak Rio murka pada Arman.

"Wih selo, lo berani sama atasan lo hah?" Arman menarik kerah baju Rio.

"Jangan pernah ganggu adek gue tolol, dia itu cewek. Kalo lo ngerasa cowok lawan gue jangan ganggu adek gue lagi." ucap Rio dengan murka setelah menonjok pipi Arman.

"Oh jadi gadis kampungan itu adek lo?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

"Babi lo, jangan bilang keluarga gue kampungan anjing." bentak Rio tak terima dengan kata-kata yang Arman ucapkan.

Amarah Rio sudah terlanjur memuncak. Rio kembali menonjok pipi Arman dengan keras hingga Arman bonyok. Arman memegang pipinya yang terasa sangat sakit, perih dan panas.

"Mana kawan lo? kalo berani lawan gue satu persatu." ucap Rio penuh penekanan.

"Kurang ajar lo. Tunggu pembalasan gue." geram Arman kemudian berlalu meninggalkan Rio.

"Cemen lo!" ledek Rio membuat Arman menghetikan langkahnya, dan kedua tangannya terkepal sempurna.

Rio beranjak menaiki anak tangga. Kelasnya berada dilantai 4.

"Wahai sahabatku jangan kau lukai hatinya aku tak rela bila kau sakiti dia sungguhku cinta dia..."

Disaat Rio menaiki anak tangga lantai 3, terdengar suara seseorang yang sedang menyanyi dengan suara merdunya. Namun, Rio tak peduli. Ia terus lanjut kelantai empat.

***

Cahaya matahari mulai masuk merasuki celah jendela kamar membuat sang pemilik kamar terlonjat kaget saat membuka matanya. Gaika melirik jam dinding berwarna biru berdesain doraemon yang kini telah menunjukan pukul 07:00.

"Huaaaa gue kesiangan!" 

Dengan terburu-buru Gaila memasuki kamar mandi. Sejurus kemudian, ia telah keluar kembali, lalu  tergesa-gesa memakai baju seragamnya.

"Bang!" teriak Gaila setelah dilantai bawah.

"Bang Rio! cepetan ini udah siang," teriaknya menggema keseluruh ruangan.

Tidak ada sahutan apapun dari abangnya itu. Bi Nik yang mendengarnya berjalan menghampiri Gaila.

"Loh non, tadi den Rio kan udah berangkat."

"Hah? seriusa bik?" tanyanya antusias.

"Iya non, emangnya gak izin dulu sama non?"

"Nggak bi, aduh punya abang tega banget deh ninggalin adeknya." Gaila menggerutu.

Bi Nik mengusap pinggung Gaila. "Sabar ya non, mungkin den Rio buru-buru."

"Aelah bik, palingan juga jemput si Rena tuh pacarnya." Gaila memanyunkan bibirnya dengan kesal.

"Maafin bibi ya non, bibi nggak bangunin non, bibi pikir non udah siap-siap gitu hehe."

"Nggak papa bik, ini salah Gaila sendiri, semalem susah tidur soalnya. Yaudah bik Gaila berangkat ya."

"Loh, non yakin mau jalan kaki?"

"Iya bik, gak papa kok udah biasa."

"Yaudah non hati-hati ya." bi Nik tersenyum tulus padanya.

"Iya bik." Gaila menyalami punggung bi Nik, kemudian berlari keluar rumah.

Selama diperjalanan, Gaila berlari mengejar waktu yang semakin berputar. Tanpa sadar, ia berjalan ditengah jalan dengan rambut yang terkuncir bebas, tali sepatu yang lepas, serta keringat yang menjalar diseluruh tubuhnya.

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang