13. Hujan dan Kejadian Itu

682 42 1
                                    


Karena kita harus merelakan apapun yang bukan menjadi takdir kita. Impian, harapan, dan cita-cita, itu hanya rencana kita. Selanjutnya itu urusan tuhan.  Jika tuhan berkehendak, semua itu akan terwujud. Tapi jika tuhan berkata lain, kita harus menerimanya bahwa itu bukan takdir kita.

____

"Gan makasih lo udah mau jenguk mama gue!" ucap Winda.

"Santai aja keleus!" sahutnya.

Regan menatap wajah pucat Ami, mama Winda yang masih tertidur dengan wajah pucat.

"Salamin buat mama lo, gue nggak bisa lama-lama!"

"Oke, hati-hati Gan" Winda tersenyum kearahnya.

Regan berjalan keluar ruangan.

"Regaan?" seorang cowok menghampiri Regan dari arah yang berlawanan.

Regan menyipitkan kedua matanya.

"Weesh katanya lo jadi Ketos di sekolah lo Gan?" tanya cowok itu.

Regan tersenyum kearahnya. Lalu mengangguk.

"Lo ngapain disini Sen?" Regan balik bertanya.

Raut wajah cowok itu berubah menjadi kusut.

"Sen, lo kenapa tuh mukanya--"

Husen merubah kembali raut wajahnya menjadi netral.

"Gue salut sama lo, sekarang lo bisa ngomong panjang ya ternyata. Dulu waktu SMP kan lo ngomong paling sekata, dua kata!" Husen menepup bahu Regan.

"Kan setiap orang berhak berubah Sen!"

"Ya pasti Gan!"

"Weheh, lo sendiri kenapa ko bisa ada disini?"

"Jenguk mamanya temen!" balasnya tiga kata.

Husen Aditia Wahab, nama cowok itu. Dulu waktu SMP. Regan, Husen, dan Asgar adalah tiga sekawan yang terkenal se-seantero sekolah karena ganteng, juga karena  prestasinya membajiri sekolah. Waktu masuk SMA mereka semua berpisah.

Husen manggut tanda mengerti.

"Asgar gimana kabarnya Sen?" Regan kembali bertanya.

"Asgar yang nggak ada disini lo tanyain kabarnya, nah gue yang disini nggak lo tanyain_"

Regan menghela berat. Dia pikir sikap Husen berubah. Ternyata masih sama seperti dulu.

"Oke, kabar gue baik. Btw di Amerika banyak cecan Gan!"

Perlu kalian ketahui, Husen itu sekolahnya di salah satu SMA yang ada di Amerika.

"Gue nggak nanya. Duluan ya, kali-kali lo mainlah ke rumah gue ajakin Asgar!" Regan menepuk bahu Husen berkali-kali.

"Oke, gue ke rumah lo hari minggu sama Husen!"

"Hati-hati Bwambang Regan!" Husen berbalik arah setelah mendapat anggukan dari Regan.

***

Regan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ini sudah mendung, sebentar lagi akan hujan sepertinya.

Duarr..!!

Suara petir menggelegar dengan keras. Regan tak kaget sedikitpun. Justru dari kecil dirinya sangat suka dengan suara petir. Katanya, kalo ada petir itu di atas lagi ada yang  bertarung. Pikirnya waktu kecil.

"Papa mau kamu ambil jurusan kedokteran, biar bermanfaat buat keluarga dan semua orang, kamu tau kan dulu nenek kamu menderita gagal ginjal. Waktu papah SMA kelas 2, dia meninggal dunia. Papa ingin didalam keluarga kecil ini ada yang menjadi orang penting yang banyak dibutuhkan orang."

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang