19.

581 34 0
                                        


Sudah 3 bulan, Regan dirumahsakit singapura. Kabarnya cowok itu masih belum sadar dari komanya. Entah apa yang membuatnya nyaman berlama-lama dialam bawah sadarnya.

Gaila mendecak prustasi saat menstalking instagram milik cowok itu. Dia melokit-lokit postingannya. Tanpa sadar, Gaila tersenyum bahagia saat melihat foto-foto cowok itu. Rasa rindunya sedikit terobati.

"Serindu itu ya, lo sama Regan?" suara itu mengagetkan Gaila.

Gaila menoleh kebelakang dan mendapati Arman tengah berdiri disana. Gaila segera menyimpan ponselnya ke saku rok. 

"Ih sejak kapan lo disini?" sengit Gaila menatap cowok itu.

Suasana Rooptop sekolah sangat sepi. Hanya ada dirinya dan Arman saat ini.

"Ada gue disini, gue akan ngobati rasa rindu lo pada Regan. Biar lo nggak tersiksa kayak gini. Gue nggak tega!" ucap Arman, lalu duduk disampingnya.

"Percumah Arman, lo nggak akan bisa. Gue cuma rindu sama Regan." Gaila tak mau menyerah.

"Tapi sampe kapan lo kayak gini? Itu namanya lo udah gila karena cinta lo pada Regan. Tolong Gaila ... " kalimat Arman menggantung sejenak.

Gaila menatap Arman dengan mata berkaca-kaca.

"Lo buka hati buat gue, gue suka sama lo. Jadi, izinkan gue buat ngilangin rasa rindu lo sama Regan!"

Gumpalan cairan bening dikedua mata Gaila kini jatuh bebas. Entahlah, seperti apa sekarang perasaannya pada Regan.

"Man ... Gue nggak ngelarang lo buat suka sama gue, tapi gue mohon, jangan larang gue untuk cinta sama Regan. Gue cuma cinta sama Regan, dan gue ... " kalimat Gaila menggantung.

Arman menatap gadis disampingnya dengan prihatin.

"Gue akan selalu nunggu dia kembali ke negara ini. Karena gue yakin, dia bakal sembuh kayak dulu lagi. Dia bakal pulang dalam keadaan seperti semula. Gue percaya itu." ucap Gaila panjang lebar.

"Gaila, gue cuma nggak mau lihat lo nangis tiap hari. Gue ikut sedih lihat lo kayak gini terus."

"Kata siapa gue nangis tiap hari?"

"Kata gue, barusan!" balas Arman watados.

"Ayo senyum Gaila, gue rindu senyuman lo." pinta Arman.

"Gue mau lo tunjukin senyuman lo didepan gue. Biar gue ikut tersenyum Gaila." lanjutnya.

"Man, lo nggak ngerti perasaan gue ya? Gue lagi gak mood senyum,"

"Makanya senyum, biar lo jadi mood!"

"Nggak!"

Gaila beranjak dari sana meninggalkan Arman seorang diri. Saat berjalan di koridor  kelas 12, dirinya berpapasan dengan Rio.

"Kenapa lo nangis?" tanya Rio sedikit heran.

Gaila segera menyeka airmatanya. Tadi dia lupa tidak menyeka airmatanya, karena sikap Arman yang menyebalkan.

"Nggak!" sahut Gaila sekenanya lalu beranjak mempercepat laingkahnya.

"GAILA!" teriak Arman sembari mengejar Gaila.

Namun, langkahnya dihalangi oleh Rio saat sampai dikoridor kelas 12.

"Lo apain adek gue Njing?" tanya Rio penuh penekana.

Arman tersenyum tipis menatap wajah Rio.

"Santai keleus." sahut Rio, tenang.

"Gue nanya lo apain adek gue sampe nangis kayak gitu?" emosi Rio naik pitam.

Banyak anak kelas 12 yang menyaksikan kejadian itu.

"Lo salah paham!"

"SALAH PAHAM GIMANA, BANGSAT?" Nada bicara Rio meninggi. Dia langsung menonjok pipi Arman berkali-kali hingga bonyok.

Karena, Emosi yang tinggi membuat seseorang kehilangan akal sehat.

"Silahkan tampar gue sampe lo puas, sampe gue mati." tantang Arman dengan nada tinggi.

Rio mengepalkan kedua tangannya, menatap sinis Arman. Lalu belok kanan memasuki kelasnya.

"Babi!" guman Arman, sembari memegang kedua pipinya yang memanas.

***

Rexa memainkan ponselnya dengan rasa bahagia. Dia mengririm pesan untuk Regan.


Bang Regan•

               Sob, cepet sembuh. Gue sama Rexa 
               akan selalu mendoakan lo, lo pasti  
               sembuh. Jangan lama-lama dialam   
               orang Gan, disini kita rindu sama lo.

                                                                      Send..

Mata Rexa membulat sempurna, dan dia mendadak kaget saat melihat angka 11 . 30 dibawah poto propilnya. Itu artinya Regan aktif 20 menit yang lalu.

Rexa mengucek kedua matanya barangkali salah lihat. Tapi, ini nyata bahwa dirinya tidak salah lihat.

Braakhh...

Rio yang barusaja masuk kelas, menggebrak meja dengan keras. Membuat Rexa terlonjat kaget dan hampir membanting hp-nya.

"Allahuakbar Yo, gue kaget!" Rexa mengelus dadanya berulang kali.

Rio menjabak wajahnya prustasi. Sebenarnya dia belum puas menonjok pipi Arman. Hanya saja, dia sadar kalo dirinya manusia yang masih punya hati nurani.

"Eh kadal, kenapa si lo dikit-dikit ngambek kayak cewek aje lo!" timpal Rexa membuat emosi Rio semakin naik pitam.

"Arman kurang ajar!" garam Rio.

"Arman anak kelas 11 Ipa C ?" Rexa memastikan.

"Dia kenapa sama lo? Rebut Rena dari lo? Atau dia ngembat adek lo?" cecar Rexa, kepo.

Rio masih saja diam, tak bersuara. Dia tidak ingin membuka suara lagi. Rexa memakluminya, dia sudah tau tabiat sahabatnya itu.

"Sampe kadal ngelahirin anak onta juga, kalo lo kayak gini terus, mana gue ngerti masalah lo!" Rexa mendengus kesal.

Sekang Rexa tau, bagaimana cara mengendalikan sikap Rio, menjadi biasa.

"Yo! Yo! Regan online!" ucap Rexa bersemangat.

Rio menoleh kearah Rexa dengan serius.

"Yang bener lo?" Rio percaya tak percaya mendengar ucapan Rexa.

"Cekilaah, tadi sih ... 20 menit yang lalu"

"Berarti, Regan ... " ucap keduanya serempak dengan raut bahagia.

"Udah sadar?" Rexa dan Rio serempak lagi.

"Alhamdulillaah!" ucap keduanya dan anak sekelas.

"Eh tapi jangan percaya dulu, siapa tau aja itu pak Wahdani yang lagi mainin. Jangan-jangan, pak Wahdani sengaja kepo ingin tau siapa cewek pedekateannya!" celetuk Rexa membuat anak sekelas tertawa.

"Eh Rexa, jangan suudzon lo jadi orang, ntar di akherat lidah lo dipotong, emang mau?" sambung Weni, teman sekelasnya.

"Eh amit-amit sih!" sahut Rexa bergidik ngeri membayangkan hal itu.

"Gue coba telpon sekarang!" Rio mencoba menelpon nomor Regan.

Panggilan terhubung ke nomor Regan. Namun masih belum diangkat juga. Positif thinking saja, mungkin Regan sedang tidak bermain ponsel. Atau mungkin sedang tidur.

"Rex tapi lo yakin nggak sih, kalo Regan udah sadar?" Rio ragu.

"Yo, denger gue baik-baik. Kita harus positif thinking, supaya semua itu akan baik-baik saja." ucap Rexa bijak.

Rio menghela berat. Ia pasrah. Memang ada benarnya juga ucapan Rexa.

______________________

SEE YO NEXT PART ... 💕

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang