36. Acara Dansa

492 28 0
                                        


Acara dansa dimulai dengan meriah. Area di kebun rumah Rexa sudah dipenuhi para pengunjung. Terutama para rekan kerja mamanya. Sekarang Rexa dan kawannya sedang melakukan dansa.

Gaila tampil berbeda malam ini. Baju dress coklat mencolok, rambut yang digerai, tapi agak roll, riasan make-up, dan sebuah mahkota di kepalanya. Membuat penampilannya mempesona semua para pengunjung. Regan memakai Jeans berwarna coklat. Entah mengapa bisa sama dengan Gaila. Padahal tidak ada niatan couple. Mereka berdua persis seperti pasangan pengantin baru.

Didepannya ada Rexa dan Hasna, Rio dan Winda yang sedang melakukan dansa. Gaila dan Regan pun tak kalah romantis dari Rexa dan Hasna. Sedangkan Rio dan Winda hanya saling melengkapi karena mereka tidak memiliki pasangan. Sialan.

Beberapa menit kemudian, para pengunjung semakin ramai. Regan tiba-tiba menghentikan aksinya. Membuat Gaila mengernyit bingung.

"Regan, kenapa berhenti?" Gaila semakin panik saat terlihat Regan seperti menahan rasa sakit.

"Regan, kenapa si?" Gaila sangat panik. Gaila meraih tangan Regan. Sementara Regan masih seperti tadi. Seperti menahan sakit.

Regan memegang kepalanya dengan raut wajah yang sangat beda. Seperti menahan sakit yang hebat.

"Bang Rio!" teriak Gaila dengan keras. Membuat Rio menghentikan aksinya dan menghampiri Gaila.

"Ada apa si teriak-teriak gini? Malu-maluin tau!" sembur Rio gemas.

"Regan lo kenapa?" pekik Winda yang menyadari Regan menahan sakit.

"Regan, jangan buat gue panik kek. Bilang sama gue lo kenapa?" Gaila meminta sebuah jawaban.

"Kepala gue sa-s-sakit!" ujar Regan dengan lirih. Gaila mulai berkaca-kaca.

Rexa dan Hasna pun mendadak menghentikan aksinya karena menyadari sebuah keributan. Keduanya menghampiri arah keributan.

"Woy Regan kenapa?" Rexa terlihat panik.

Regan sudah tak kuat lagi menahan kepalanya yang terasa sakit hebat. Jujur ini kali pertamanya ia merasakan sakit kepala hebat. Perlahan-lahan penglihatannya semakin meremang dan suara pun semakin kabur.

"G-gue gakuat." lirih Regan dengan sangat lemas.

Gaila menahan punggung Regan dengan tangannya agar tidak pingsan. Rio dan Rexa merangkul Regan keluar dari kemamaian. Disaat Gaila akan menyusul mereka, Winda mencekal pergelangan tangan Gaila, membuat Gaila terhenti.

"Ini semua gara-gara lo. Kalo tadi Regan dansa sama gue, semua itu nggak akan kayak gini." Winda menampilkan wajah  garangnya.

"Kak, apaan si, Gaila itu nggak salah!" Hasna yang sejak tadi berdiri disamping Gaila, tak terima Gaila disalahkan.

"Diem ya lo. Lo nggak tahu apa-apa!" sengit Winda kemudian berlalu menyusul ketiga sahabatnya.

Gaila menunduk lesu. Cairan bening pun terjun bebas dari kelopak matanya.    Gadis itu melepas high heelnya lalu berlari meninggalkan Hasna.

"Gailaaaa, mau kemanaaaa?" teriak Hasna. Gadis itu seperti tak peduli dengan teriakan sahabatnya.

***

Rio, Rexa dan Winda sudah berada dirumah Regan. Tadi Winda berlari menyusul mereka hingga akhirnya Winda ikut ke rumah cowok itu.

Setelah pintu rumah dibuka, Wahdani---ayahnya, terlihat kaget saat mendapati mereka membopong badan Regan yang sudah pingsan. Akhirnya Rio dan Rexa mengantarkan Regan ke kamarnya. Sedangkan Winda memilih menunggu di ruang tamu.

Setelah itu keduanya kembali ke ruang tamu. Mereka berdua tidak tahu persis awal mula Regan seperti itu.

"Mengapa bisa seperti ini?" Wahdani bertanya pada siapapun yang sanggup menjawab. Wajahnya mulai gusar.

"Saya tidak tahu pak, tadi tiba-tiba Regan bilang kepalanya sakit." tutur Winda diangguki Rio dan Rexa.

Raut wajah Wahdani semakin terlihat gusar. Ketiganya dapat melihat sebuah kesedihan disana.

"Waktu itu, pas di singapura dokter Freedle bilang, benturan kepala Regan memang tidak begitu parah. Bisa sembuh lagi. Kan kalian merasakan buktinya sendiri? Nah, kata beliau, bisa jadi sewaktu-waktu rasa sakit kepala hebat akan menyerangnya kembali. Beliau bilang kalo sakit kepala itu menyerangnya hingga pingsan, kemungkinan Regan akan mengalami..." Wahdani menggantungkan kalimatnya sejenak.

"Akan mengalami apa pak?" sontak mereka bertiga.

"Ah, saya harus melihat kondisinya sekarang." Wahdani mulai bangkit dari duduknya.

"Kalian mau tunggu disini boleh, saya sudah menelpon bunda Regan, ia sedang di jalan. Akan pulang." tutur Wahdani mulai beranjak darisana menuju anak tangga.

Mereka bertiga mengangguk. Menuruti apa yang dikatakan pria itu.

***

Bulan cerah mulai hilang tertimbun awan kelabu. Suara petir menyambar dengan keras. Gaila tengah duduk di bangku ditaman seorang diri. Biarlah hujan membasahinya. Biarlah, ia hanya ingin menangis di bawah guyuran air hujan. Agar tak seorangpun dapat melihatnya.

Rintik-rintik hujan mulai terasa melalui kulit mulusnya. Gaila mencurahkan semua keluh kesahnya disana. Dia menatap langit gelap. Berharap kedatangan bulan, tapi mustahil adanya.

"Kenapa dunia selalu tidak ingin melihatku bahagia? Kenapa dunia selalu menghancurkan kebahagiaanku? Kenapa dunia seperti tak menerima keberadaanku?" Gaila melemparkan high heelnya jauh-jauh. Tak peduli sekalipun diambil tukang rongsok. Yang ia rasakan hanya satu. Kecewa.

"Kapan gue bisa berduaan dengan Regan tanpa ada pengganggu? Kapan?" teriak Gaila dengan suara full.

Gaila menangis sekencang-kencangnya. Angin pun berhembus semakin kencang. Biarlah, ia ingin merasakan bagaimana rasanya terhembus angin. Hujan pun mulai deras. Gaila masih duduk di bangku itu.

Semoga Regan nggak kenapa-kenapa ya Allah. Semoga Regan baik-baik saja. Jaga hambamu yang satu itu. Aku sangat menyayanginya.

_____________________

Tbc.

Ada saran? Yuk komen, kalo ada typo kasih tau ya. Jangan sungkan-sungkan..😻 asli loh author nangis baca part ini. Aneh ya? Biarin haha.

Okee tunggu kelajutan ceritanyaa. See you next part..💕

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang