54. Penyakit Jantung

594 34 10
                                    

Update malem-malem..😌 Maafin yaa..😄💕

========

"Gaila!" Ada seseorang yang memanggil namanya. Gaila menoleh ke asal suara.

"Hasna?" Gaila tak menyangka keberadaan Hasna di sana.

"Lo apakabar, Gai? Ngapain di sini? Kenapa lo nangis?" Hasna memeluk Gaila dengan erat. Gaila membalas pelukannya dan menangis dalam pelukannya.

"Na, Regan..."

"Kak Regan kenapa? Amnesia lagi?" Hasna yang tidak tahu apa-apa jadi curiga.

"Regan tunangan sama cewek pilihan papanya.. Hiks.." Gaila sesenggukan. Hasna ikut sakit hati melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.

"Kenapa gitu, Gai?" Hasna jadi penasaran.

"Gue harus gimana, Na? Hiks... Hiks... Hiks... Gue nggak ikhlas Regan jadi milik orang lain.. Hiks.." Gaila menangis bukan main.

"Gai.. Ikhlasin aja ya. Cowok banyak ko di dunia ini. Bukan hanya Regan!"

"Ngomong si mudah, tapi lo nggak ngerasain gimana rasanya jadi gue.. Hiks.."

Gaila melepaskan pelukan Hasna lalu menatap wajah gadis itu.

"Na, gue gak bisa apa-apa kalo udah kayak gini."

"Gai mending kita pulang yuk!" ajak Hasna dengan hati-hati. Gaila menolak.

"Gue masih mau di sini."

"Pulang Gai, bentar lagi hujan. Tuh lihat awan.. Mendung kan?" Gaila mengikuti arah telunjuk Hasna.

Benar, awan berubah mendung secara tiba-tiba. Sepertinya awan mewakili perasaan hati Gaila saat ini. Dan benar saja rintik-rintik hujan mulai turun.

"Ayok pulang Gaila. Hujan." Hasna menarik tangan Gaila secara paksa namun Gaila menepis tangan Hasna dengan kasar.

"Duluan aja Na gue masih mau di sini."

"Jangan bilang lo mau lakuin hal yang aneh-aneh?" Hasna semakin takut jika Gaila akan melakukan hal aneh. Seperti bunuh diri contohnya.

"Nggak, Na."

"Gue pulang tapi lo janji sama gue.. Kalo udah puas di sini harus pulang pokoknya. Ntar gue pesenin Ojol ya." Hasna perhatian.

"Makasih Na," Gaila menyeka air matanya ngasal.

"Sama-sama. Daah.. Maaf ya gue duluan." Hasna mengacak-ngacak rambut sahabatnya itu. Lucu juga.

Selepas kepergian Hasna, Gaila merebahkan badannya di sana. Iya, Gaila tiduran di atas jembatan gantung. Perlahan-lahan hujan semakin deras. Biarlah, toh tak akan ada yang mencarinya ko. Gadis itu sangat yakin.

***

Regan pulang dengan perasaan berkecamuk. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Sedari tadi cowok itu tak membuka suara lagi. Membuat Wahdani dan  Lina bingung.

"Ayo makan dulu, sayang." Sesampainya di dalam rumah, Lina mengajak Regan makan.

Regan hanya manggut. "Pa, tadi Gaila ikut ke sana sama Rio nggak?" pertanyaan Regan membuat Wahdani tersedak makanannya.

"Uhukuhukk!"

"Mama nggak lihat si, kayaknya dia nggak ikut."

"Ada apa dengan Gaila?" Wahdani langsung ke inti pertanyaan.

"Nanya aja."

Wahdani merasa kalau Regan sebenarnya mencintai Gaila. Bukankah begitu?

"Kamu kan sekarang udah jadi milik Mellyn.. Ingat ya jaga mata jaga hati." Wahdani mengingatkan.

"Jaga mata aja udah gabisa apalagi jaga hati!"

"REGAN!" Wahdani menyentak. Regan mendadak ngeri. Sedangkan Lina tertawa renyah.

"Maksud papa, jangan lirik-lirik cewek lain. Kan kamu udah punya Mel--" ucapan Wahdani terpotong karena ponsel Regan mendadak bunyi.

"Apa? Seriusan lo?"

"Sekarang di mana?"

"Okee.. Gue ke sana!"

Tepat setelah mematikan telpon, Regan bangkit. Lina dan Wahdani saling tatap.

"Regan ke rumah sakit dulu.. Tenang aja Regan bawa mobil ko." Regan pamit menyalami kedua orangtuanya.

Barusan Regan mendapat kabar dari Rio bahwa Gaila masuk rumah sakit karena kepalanya luka. Ada-ada saja..

Regan mempercepat kecepatan mobilnya karena sore ini jalanan cukup lenggang. Sesampainya di rumah sakit Regan berjalan mencari ruangan tempat inap Gaila.

Regan membuka pintu ruangan. Di sana ada Kerin, dan Rio. Regan menyalami Kerin dengan sopan. Lalu berdiri di depan Rio.

"Ini temanmu, Yo?" Kerin membuka suara. Rio mengangguk.

"Ganteng sekali," puji Kerin. Rio berdecak.

"Ganteng ko.. Kan cowok. Mana mungkin cantik," Seolah Rio tak terima Regan di puji sedangkan dirinya sendiri tidak.

Detik berikutnya Kerin di panggil oleh dokter ke ruangan dokter.

"Bu, dilihat dari gejalanya.. Putri ibu mengalami penyakit jantung. Seharusnya putri ibu tidak boleh cemas, sedih atau kaget. Jadi putri ibu harus selalu tenang." tutur dokter Ahli.

"Ahh.. Saya lihat dia suka baik-baik saja. Tidak pernah cemas atau sedih." sangkal Kerin.

Pantas saja Kerin bilang seperti itu, kan Gaila kalau apa-apa suka di pendam sendiri. Atau curhatnya sama Rio.

"Tapi ini kenyataannya bu, mungkin sudah takdirnya."

Gaila mulai membuka kedua matanya. Samar-samar menangkap kedua sosok di depannya. Perlahan namun pasti penglihatannya kembali normal.

"Lo kenapa bisa kayak gini?" Regan basa-basi.

"Gak usah nanya." Gaila memutar bola matanya malas. Jelas-jelas ini semua karena Regan. Cih, dasar nggak peka.

"Lo so-soan hujan-hujanan segala. Terus itu kenapa lo kenapa luka?" sembur Rio.

"Tadi ada ranting pohon jatuh.. Dan ngena kening gue." balas Gaila malas.

"Tapi.. Kenapa ya akhir-akhir ini tangan gue tuh suka keringetan. Trus kaki gue suka sakit." Gaila sengaja menatap Rio bertujuan mengacangi Regan.

"Lo ada-ada aja.. Eh gapapa pasti lo cuma kecapean aja."

"Masa sih?"

"Iyaa bawel."

"Ngapain lo ke sini?" Kini Gaila bertanya pada Regan.

"Gue.."

______________________

Mau lanjut? TBC ..💕😄

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang