12. Begitu Sesak

678 43 1
                                    


Hatiku tak rela melihat dia tertawa  berdua bersama oranglain selain diriku-_

____

Langkah Gaila mendadak terhenti disaat melihat satu sosok familiar yang sudah berada diparkiran tengah bercanda gurau dengan kakak kelasnya sendiri yang tidak ia ketahui namanya. Yang pasti cewek itu lebih cantik darinya menurutnya.

Rasanya begitu sesak. Saat tadi dirinya diperlakukan mesra oleh Regan, saat ini ia dibuatnya sesak. Bahkan sakit hati.

Cewek itu ternyata pulang bareng dengan Regan disatu motor yang sama. Ya, lebih tepatnya Regan membonceng cewek itu, lalu motornya melaju meninggalkan parkiran.

"Heh dek!" suara Rio tak mengagetkannya sama sekali.

Gaila tidak tau sejak kapan Rio ada disampingnya.

"Apa?" jawabnya dingin.

"Tadi abang mau nyusul lo ke kelas lo, tapi gak jadi, karena ketemu bu Dian didepan ruang bk."

"Mau ngapain lo kekelas gue?" tanya Anty antusias.

"Hmm mau lihat keadaan kamu dek!"

"Gak usah sok peduli!" teriaknya sembari berlari meninggalkan Rio yang masih mematung.

Gaila berlari sekencang mungkin dengan menerobos siswa dan siswi yang masih berada diarea parkiran. Ia tidak peduli sekalipun akan menjadi pusat perhatian atau bahkan menjadi bahan perbincangan. Yang pasti ia hanya ingin meluapkan segala kesedihannya dengan kesunyian.

Disinilah sekarang ia berada, disebuah hutan pinus yang sangat indah. Pohon pinus adalah kesukaannya, Gaila memang sangat menyukainya sejak kecil. Setiap kali moodnya hancur, ia hanya akan mendatangi hutan pinus ini.

"Hiks..hiks..hiks."

Gaila terduduk lesu, punggungnya ia sandarkan kepada pohon pinus. Pandangannya menerawang ke atas pohon. Indah dan menyejukkan. Saat ini ia benar-benar sedih. Bukan karena melihat Regan membonceng cewek lain, tapi karena ia merasa bosan dengan hidupnya yang sangat menyakitkan baginya. Ia berpikir bahwa sudah tidak ada lagi orang yang peduli pada kehidupannya, sekalipun keluarganya sendiri.

"Bunda, andai bunda tau, Gai sangat terpuruk hari ini. Gai ingin menangis sekencang-kencangnya memeluk bunda, Gai rindu pelukan hangat bunda saat Gai masih kecil. Gai ingin bunda ada disamping Gai saat suka maupun duka. Gai ingin melihat senyuman bunda lagi, Gai ingin dipeluk bunda, Gai ingin dimasakin saat pulang sekolah sama bunda, dan masih banyak lagi yang Gai butuhkan darimu bunda, apa bunda tidak tau? kalo Gai rindu bunda, Gai ingin ketemu bundaaa!" ucapnya lirih diiringi isak tangis.

Gaila memandang ke sekeliling, lalu kedua matanya menangkap sebuah rumah pohon yang berada diatas pohon pinus yang paling besar. Ia mengumpulkan niatnya untuk menaikinya keatas sana. Sudah lama sekali ia tidak merasakan indahnya suasana rumah pohon.

Tek..Tek ..

Langkah Gaila sempat terhenti di anak tangga ke 5, ia mendengar suara bunyi kayu seperti yang sedang dipukul-pukul. Namun Gaila tidak peduli, ia terus menaikinya hingga puncak.

Mata Gaila terbelalak kaget saat melihat disana ada Arman, yang tengah pulas dengan tidurnya. Disampingnya ada sebuh gitar. Sepertinya itu gitar milik Arman.

Ngapain si tu cowok ada disini?

Tadinya Gaila sempat ingin turun lagi karena malas melihat wajah kakak kelasnya yang sialan itu. Tapi Gaila mengurungkan niatnya. Ia tetap disana, lagian tujuannya hanya satu, menikmati desas-desus angin disana.

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang