58. Rest in Peace

514 28 2
                                    

Update sore hihi. Maaf dibuat nunggu, karena aku tahu nunggu itu gak enak:(

Happy reading❤

========

Permisi pak, apakah kalian keluarganya Mellyn?" tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan ICU.

"Ah.. Iya pak kami keluarganya." sahut Wahdani. Lina dan Regan sudah di sana.

"Bagaimana keadaan pasien dok, dia baik-baik saja kan? Dia selamat kan?" Regan sudah tidak sabar ingin tahu keadaan gadisnya.

Dokter menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Lalu menggeleng pelan.

"Mohon maaf pak, bu, saya dan tim medis lainnya sudah memeriksa keadaan pasien dengan maksimal. Tapi sepertinya tuhan berkata lain. Saudari Mellyn dinyatakan telah meninggal di tempat kecelakaan. Karena jantungnya sudah pecah dan akhirnya tidak berfungsi lagi."

"APA? NGGAK MUNGKIN DIA MENINGGAL DOK. JANGAN BERCANDA!" pekik Lina.

Wahdani menatap Regan. Terlihat cowok itu seperti kaget. Ya Regan merasakan itu. Antara percaya dan tidak. Mellyn---calon istrinya kelak---sudah tidak ada?

"Mell... " lirih Regan. Wahdani menatap semakin sendu ke arah Regan. Kasihan putranya pasti sakit hati.

"Mellyn udah nggak ada pa?" Regan masih tidak menyangka. Rasa sakit pun menjalar di hatinya. Bagaimanapun juga Mellyn adalah gadis yang pernah Regan cintai dengan setulus hati. Dan sepertinya rasa itu masih ada.

Terikat dalam status perjodohan, Regan juga masih cinta sama Mellyn. Tapi tak sedalam dulu. Regan juga tidak mengerti akan persaannya sendiri. Mengapa ia bisa mencintai dua gadis secara bersamaan. Mellyn dan Gaila. Hingga akhirnya sekarang tuhan telah memanggil Mellyn. Sangat jauh tuhan memisahkan keduanya.

"Kenapa lo ninggalin gue MELL?" Gumam Regan. Perlahan namun pasti kedua matanya berkaca-kaca. Apalagi saat Mellyn yang dikeluarkan dari ruangan ICU dan akan segera dibawa pulang ke tempat kediamannya.

"MELL!" teriak Regan menggema ke seluruh ruangan.

"Mellyn udah nggak ada Gan. Ninggalin kamu dan ninggalin semuanya." Wahdani menepuk-nepuk bahu putranya berkali-kali.

****

Regan memandang orang-orang yang mulai berdatangan di rumah duka. Di depan rumah juga tertancap bendera kuning---ciri khas jika ada yang meninggal dunia.

Suara isakan dari keluarganya tak bisa lepas dari telinga Regan. Rasanya begitu sesak. Apalagi Mr. Varrel yang baru datang dari luar kota dikagetkan dengan hal ini. Anak tunggalnya meninggal tanpa ia tahu jelas sebab akibatnya. Yang ia tahu pas mobilnya terparkir di halaman rumah sudah ada bendera kuning yang tertancap dan orang-orang yang melayat.

Dibacanya surah Yasin oleh Regan, dan yang lainnya. Tangan Regan gemetar saat mulai membacanya. Ia jadi teringat masa-masa pacaran waktu SMP saat sebelum Mellyn pindah sekolah ke Jerman. Sekarang semua itu hanyalah kenangan yang tak bisa terulang kembali.

Rio, Rexa, dan Winda, pun sama mereka merasa sedih karena sahabatnya pergi untuk selamanya. Gaila yang duduk di samping Winda hanya menundukan kepala. Gadis itu tidak membaca surah Yasin karena tak membawanya.

Ditatapnya Regan yang Gaila ketahui, merasa sakit hati. Apalagi ditinggal calon masa depannya untuk selamanya. Gaila ikut merasakan sedihnya. Ia jadi teringat saat dirinya ditinggal Lutvi---temen SMP-nya karena mendiagnosa penyakit Leukimia.

Semua telah berjalan dengan semestinya. Sekarang Jenazah Mellyn tengah di masukan ke dalam keranda. Sebentar lagi semuanya akan mengantarkan Mellyn ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Menit demi menit telah berlalu. Sekarang mereka semua sudah berada di Tempat Pemakaman Umum. Dada Regan semakin sesak saat melihat Mellyn mulai dimasukan ke dalam liang lahat. Itu artinya ia tak bisa lagi melihatnya. Namun apalah daya Regan yang hanya manusia seperti yang lainnya. Hanya bisa mengikhlaskan apapun yang sudah terjadi.

"Sabarin ya Gan. Ikhlasin Mellyn agar tenang di sana." Rio menepuk bahu Regan sebagai tanda penguatan.

"Segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati." sambung Rexa. Regan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Regan semakin tidak rela saat tanah mulai di masukkan ke dalam liang lahat. Artinya sebentar lagi jenazah Mellyn tak akan terlihat lagi.

Dari kejauhan Gaila menatap Regan secara diam-diam. Kalau Regan memakai baju koko dan kopeah, hatinya senyum bahagia. Entah mengapa Gaila sangat berharap Regan akan menjadi imam yang baik di masa depannya.

Bunga segar berwarna-warni mulai ditaburkan di atas gundukan tanah merah. Serta dipasangkannya bunga yang dibentuk menjadi kalung di atas batu nisan oleh Regan.

"Mell, begitu jauh tuhan memisahkan kita. Yang menemanimu hanyalah rangkaian do'a. Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Jangan takut akan sepi, do'aku akan menyertaimu. Semoga tenang di sana. Karena sesungguhnya tuhan lebih mencintaimu." lirih Regan tak terasa air matanya menetes. Ini pertama kalinya ia menangis di depan semua orang.

Dari belakang Gaila ikut menangis dalam diam. Memang, ditinggal seseorang yang kita sayangi sangatlah sakit. Tapi... Yang lebih sakit lagi melihat Regan terluka karena hal ini.

Orang-orang mulai bubar dari TPU. Mr Varrel---papanya Mellyn tidak ikut ke pemakaman karena pingsan. Tidak percaya dengan semua ini.

****

Sorenya Regan main ke rumah Rexa. Begitupun dengan Rio. Sudah lama sekali Regan tidak main ke sana. Sebenarnya Regan hanya ingin melepas kesedihan ini, mungkin dengan cara main bersama kedua temannya rasa sedih itu sedikit berkurang. Atau mungkin hilang?

"Gaes kalian mau makan apa? Momy gue lagi masak tuh." ucap Rexa yang sibuk dengan game-nya.

Ketiga tengah di kamar Rexa. Regan duduk di lantai sambil bersandar pada dinding kasur, Rio sibuk chattan dengan someone dan Rexa sibuk pada game. Begitulah mereka kalau berkumpul. Jiwanya bersama tapi raganya sibuk masing-masing.

"Apa aje yang penting enak," sahut Rio.

"Kalo lo Gan?"

"Apa aja,"

"Elaah apa aja gimana lo? Seriusan ini, makanan lo harus di jaga kan? Ntar kalo momy gue masak yang nggak sesuai gimana?"

"Gue gak laper."

"Iya Gan gue tau, lo masih sedih kan?" Rexa seolah tahu apa yang tengah Regan rasakan saat ini.

Karena tadi tadi, saat Rio dan Rexa sempat tertawa karena lelucon Rexa, Regan hanya diam saja---fokus memainkan gitarnya dengan nada mellow. Ciri khas seseorang yang sedang galau.

"Sekarang Mellyn lagi ngapain ya?" Rexa malah bertanya seperti itu

"Ya pasti dia udah tenang di sana." Rio.

Bayangan wajah Mellyn terus saja tergambar di otaknya. Seolah Mellyn masih belum ingin berpisah dengan cowok itu. Mengingat betapa bahagianya Mellyn saat dipakaikan cincin oleh Regan, Regan memejamkan kedua matanya berusaha membuang ingatan tentang hal itu. Tapi sepertinya mustahil. Semua kenangan yang telah ia dengan gadis itu lalui tidak akan terlupakan begitu saja. Kecuali kalau dirinya amnesia lagi mungkin.

"Rex Momy lo udah berapa bulan?"

"Berapa bulan apanya nyet? Kalo nanya yang bener."

"Hamil-nya, Elaah ko ngegas aje bisanya lo?"

"Owwhh.. Gatau gue." Rexa memalingkan pandangannya sebentar ke arah Regan. Lalu menyomoti kacang atomnya.

"Edaas parah lo, Momy sendiri padahal."

"Lagian gue kan nggak mau punya adek. Suruh siapa bikin lagi?"

"Emang enak? Rasain deh lo. Nggak akan dimanja-manja lagi ahahaha!" Tawa Rio menggema ke seisi kamar. Sedangkan Regan masih tak bergeming.

"Awas aja kalo nanti adek cowok, terus gantengnya melebihi gue.. Gue bejek-bejek tuh mukanya biar tahu rasa."

===========
Tebak, berapa part lagi menuju ending?



Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang