50. Gara-Gara Skandal Itu

466 26 2
                                    


Pagi-pagi gini update.. Huhu di luar rumah udara masih dingin. Good morning and happy reading..💕😄

======

Rasa sakit Gaila yang terbesar adalah hari ini. Gaila mendapatkan sanksi berat dari kepala sekolah. Gaila dikeluarkan dari sekolah SMANEJA. Ini sudah keputusan dari kepala sekolah. Karena skandal itu sudah mencemari nama sekolah. Apalagi pengikut Instagram Arman yang sudah lebih dari 10 K. Bahkan sekolah lain pun mengetahui hal itu.

Gaila hanya bisa menangis mendapatkan nasib sial ini. Ia harus pindah sekolah. Benarkah? Tapi... Ia tidak rela berpisah dengan Hasna. Hasna-lah satu-satunya sahabat yang ia milikki. Dan yang paling tidak rela adalah.. Dia tidak akan melihat Regan di sekolah barunya. Mustahil. Ia akan beda sekolah dengan Regan? Ah, rasanya sangat tidak rela.

Banyak kenangan yang sudah ia ukir di SMANEJA. Tadi siang sebelum meninggalkan sekolah, Gaila menatap lapang basket dengan tatapan sendu. Ia kembali teringat insiden saat antingnya hilang dan Regan menghampirinya. Semua masa-masa yang indah pun kembali terputar di otaknya. Mungkin ini sudah jalannya. Gaila memang ditakdirkan untuk tidak bersekolah di SMANEJA.

Papa Gaila pulang dari Amerika hari ini. Namun tidak bersama Jeni---istri barunya. Gaila bingung sendiri. Tadi sepulang sekolah, Gaila kaget sudah mendapati papanya yang sudah duduk di ruang tamu bersama bundanya. Apakah papanya sudah berubah? Apakah papanya sudah tidak marah lagi kayak dulu? Apakah... Banyak sekali pertanyaan yang mengiang di otaknya. Kalau begitu syukurlah. Gaila bahagia.

***

Satu bulan kemudian. Gaila menginjakkan kakinya di sekolah barunya. MOONLIGHT INTERNATIONAL HIGH SCHOOL. Yap. Sebuah sekolah tinggi Internasional yang ada di Jakarta. Papanya menyuruh Gaila untuk pindah ke sana. Gaila hanya bisa nurut. Selain itu juga papanya mengajak Gaila untuk pindah kota. Arman dan Kerin juga ikut tentunya. Katanya rumah yang baru untuk Gaila, Rio dan Kerin. Dan rumah lamanya untuk dirinya bersama istri barunya.

Gaila sempat kaget dan tidak menyangka. Karena rumah barunya ternyata bersebelahan dengan dengan rumah Regan. Tentunya Gaila bahagia.

"Haaii! Nama lo siapa?" sapa seorang gadus berkuncir kuda. Gadis itu tersenyum ramah.

"Hai nama gue Gaila." Gaila membalas uluran tangan gadis itu.

"Aku Therecia. Kamu boleh panggil aku There. " Gaila mengangguk.

"Kenalin juga dong nama gue Nandya." gadis disamping There ikut mengulurkan tangannya.

Mata Gaila menatap liontin kalung milik There dan Nandya. Liontin berbentuk salib. Apa mereka itu beragama kristen? Mungkin sih. Yakali orang islam pake liontin bentuk salib? Itu kan tidak boleh.

Mereka bertiga mengobrolkan sesuatu yang sama sekali tidak penting. Mulai dari membahas nama asli, askot, hingga cita-cita.

Gaila menatap takjub bangunan sekolah yang luas, megah, dan tinggi menjulang. Sangat jauh beda denga sekolah lamanya. Tinggi bangunan itu kira-kira 7 lantai. Ditambah pohon-pinus yang tinggi menjulang. Sungguh membuat Gaila betah.

"Gaila mau nggak nanti ke rumah gue pas pulang sekolah? Ntar Nandya juga ikut loh." ajak There.

"Mau ngapain?"

"Main lah. Kebetulan mamski sama papski gue baru pulang dari korea. Ntar gue kenalin sama mereka!"

Ngomongin korea... Gaila jadi penasaran. Untuk apa orangtua There ke Korea?

"There, mamski sama papski lo ngapain ke korea?"

"Biasaa jengukin omah yang di sana. Sekaligus mamski gue nonton konser BTS di sana."

"Mamski lo emang uwuw banget Ther. Untung papski lo sabar."

"Papski gue juga nonton konser Black pink kok!"

Gaila tertawa karena ucapan There seperti lelucon. Tapi Gaila percaya ko. Aneh saja kalau membayangkan kedua pasangan suami istri tersebut.

"Kalo lo nonton apa di rumah?" Nandya bertanya.

"Nonton film azab."

"Hahahhahaha!"  Gaila tertawa karena merasa lucu.

"Gue aja heran sama papski dan mamski gue. Kenapa bisa mereka doyan banget sama apa-apa yang berbau Korea." There menggelengkan kepalanya bingung. Gaila dan Nandya saling tatap lalu tertawa.

***

SMANEJA

Regan tidak bersemangat sama sekali saat pelajaran tengah berlangsung. Walau guru pengajarnya adalah papanya sendiri. Kalau kemarin pelajaran Kimia, sekarang Fisika. Mata Regan menatap lurus ke arah papan tulis. Bahkan tulisan di papan tulis tidak kelihatan oleh matanya. Kali ini ia tidak memakai kacamatanya. Malas sekali. Biasanya kalau sedang belajar Regan suka memakainya. Tapi kali ini tidak.

Regan mengambil buku dan pulpen lalu berjalan ke depan. Regan menghampiri  Gita yang duduk di bangku paling depan.

"Gue duduk di sini dulu. Lo di tempat gue sana!" suruh Regan. Gita menurut saja.

Sekarang Regan duduk di depan. Di tempat Gita. Sedangkan Gita duduk ditempat Regan di paling belakang. Regan melakukan ini karena ia malas memakai kacamata. Kan kalau duduk di depan tulisan di papan tulis kelihatan. Menyadari itu, Wahdani hanya menggelengkan kepala menatap putranya. 

Ditempat lain, Hasna pun sama. Ia tidak bersemangat belajar karena Gaila sudah tidak ada di sampingnya. Bahkan  gadis itu sudah meninggalkan SMANEJA. Kemarin Hasna ke rumah Gaila untuk main, tapi tetangga sebelah bilang katanya Gaila pindah rumah. Dan sialnya tetangga itu tak memberitahu alamat barunya.

"Gaila gue kesepian gaada lo!" lirih Hasna sangat pelan.

Bel istirahat menyaring se-seantero sekolah. Rio dan Rexa mengajak Regan ke kantin. Tapi Regan menolak. Ia hanya ingin menatap lapang basket.

Regan telah menatap lapangan dengan tatapan sendu. Entah mengapa sosok Gaila terbayang-bayang di lapangan. Ah, Gaila mengapa hati Regan jadi risau  ni sih?

"Semoga lo dapat cowok yang lebih baik dari gue, Gai!" seolah Gaila ada di depan sana. Regan tersenyum kecil.

"Gue gak benci lo, cuma kecewa!" Regan kembali mengingat poto itu. Gaila diam-diam menghanyutkan.

_________________________

Mau lanjut? 😄
-
-
=====To be continued=====

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang