40. Orangtua Angkat?

487 28 3
                                    


Di samping kolam ikan depan kelas 10 Ipa D, Gaila dan Regan tengah berdiri. Seperti dua orang tokoh dalam sinetron atau layar lebar. Desas desusnya angin menggerakan rambut Gaila.

"Lo tahu nggak di mana sebenarnya orangtua kandung gue, sebenarnya gue berasal dari mana, kenapa gue tiba-tiba ada di rumah kedua orang asing?"

Pertanyaan yang cukup membuat Gaila tercengang. Ia bingung harus menjelaskannya dari arah mana dulu. Mana mungkin ia mengatakan kalo dirinya amnesia.

"Regan kan ketua osis," Gaila iseng memutar alur pembicaraan.

"Gue ketua osis? Nggak mungkin lah, ini kan pertama kalinya gue sekolah."

Disaat keduanya masih dalam posisi yang sama, seorang anak kelas 10 menghampirinya.

"Permisi kak..." Gadis itu ramah.

"Kak Regan, saya sudah membuat proposal untuk kegiatan pentas seni. Tapi saya lupa membawanya."

Regan melirik ke arah Gaila. Meminta sebuah penjelasan. Masalahnya Regan tidak ingat sama sekali dengan apa yang dimaksud gadis itu. Bahkan Regan tidak ingat kalau gadis itu adalah anggota osis kelas 10.

Mengerti maksud Regan, Gaila segera menarik tangan gadis itu untuk sedikit menjauh dari sana.

"Bilangnya ke kak Adlan aja. Please. Jangan ke Regan ya," mohon Gaila dengan kerutan di dahinya.

"Loh emangnya ken..."

"Enggak kenapa-napa. Udah sana," suruh Gaila. Gadis itu pun mengangguk dan segera pergi.

Gaila kembali pada Regan. "Regan udah sarapan?" Gaila bertanya. Regan mengangguk.

"Berangkat sekolah sendiri apa di antar?" Gaila kembali bertanya.

"Nggak sendiri. Sama si R.. Siapa sih, Rio. Iya sama si Rio."

Gaila manggut-manggut. Pantas saja Rio berangkat pagi-pagi, dan membawa mobil. Biasanya Rio selalu bawa motor. Untuk pagi ini Gaila berangkat menaiki bus kota.

"Gaila... Asal lo tau ya. Orangtua angkat gue itu baik sekali." tutur Regan.

"Mereka udah kayak orangtua kandung aja. Gue jadi merasa nggak enak sama mereka. Gue mau pulang, tapi nggak tahu arah." lanjut Regan.

"Orangtua angkat?" Gaila mengernyit bingung.

"Om sama Tanteu, gue manggilnya."

Gaila mencerna kata-kata Regan itu. Ah ia tahu mungkin Regan menganggap pak Wahdani dan bu Lina itu orangtua angkatnya.

"Nanti pulang sekolah ikut ke rumah om sama tanteu gue ya. Gue ntar kenalin lo ke mereka. Baik kok nggak jahat," Regan menyunggingkan senyum manisnya. Senyuman itu masih sama.

"Mau ng..ngapain ke rumah om sama tanteu lo?" Gaila menggaruk kepalanya yang gatal.

"Mainlah. Temeni gue di sana."

"Eh nama panjang lo apa?"

"Arumi Gailanty Keyzhia." sahut Gaila seadanya.

"Setdah, nama gue sama nama lo sama-sama panjang ya. Jangan-jangan kita jodoh?"

"Iy..."

"Gue panggilnya KEY aja. Biar mudah." Gaila mengangguk menyetujui. Mungkin ini akan menjadi sejarah baginya. Karena disaat semua orang memanggilnya dengan sebutan 'Gaila' Regan justru berbeda.

***

Seorang guru pria memasuki kelas 11 Ipa A. Dimana itu adalah kelas Regan. Lima menit sebelum guru pria itu masuk, Regan sudah masuk ke kelasnya. Guru pria itu tak lain adalah pak Wahdani. Disaat yang lain menjawab sapaan selamat pagi darinya, Regan diam tak bersuara.

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang