14. Keputusan Dokter Bayu

693 41 4
                                    


Apapun yang terjadi, itu sudah menjadi bagian dari takdir seseorang. Jadi tak usah dipertanyakan lagi.

____

Dokter dan perawat barusaja keluar dari ruangan setelah membersihkan darah yang mengalir pada luka yang dialami Regan.

"Dok bagaimana, Regan sudah sadar?" Rexa bangkit dari duduknya.

"Apakah kamu saudaranya?"

"Saya temannya Dok!"

"Kondisinya masih sama, Regan belum sadar."

"Saya boleh masuk kedalam Dok?"

"Silahkan. Saya permisi dulu!"

Dokter dan perawat belok kiri dan masuk ke ruangan sebelah.

Rexa memasuki ruangan dengan jantung berdebar. Kedua matanya membelalak saat melihat sebuah perban yang membalut pada kepalanya.

"Gan!" Rexa bersuara.

Badan Rexa gemetar saat menyentuh perban dikepalanya itu.

"Lain kali hati-hati kalo naik motor tuh!" ucap Rexan seolah bicara dihadapannya.

Lina dan Wahdani memasuki ruangan dengan wajah panik.

"Allahuakbar, Regaan, mama nggak nyangka ini semua bakal terjadi" Lina segera berdiri di samping brankar putranya.

Rexa menyalami tangan Pak Wahdani. Selain papanya Regan, dia juga guru Kimia dan Fisika disekolahnya.

"Rex kamu tau nggak, kejadiannya bagaimana?" Wahdani melontarkan pertanyaan.

"Hiks..hiks..Paah, nanti kita harus ke ruangan dokter!" Lina berisak tangis.

Bagaimana bisa, seorang ibu melihat anaknya kecelakaan malah bahagia. Sungguh ibu yang tak punya hati. Hati Lina sangat sakit melihat putra kesayangannya seperti itu.

Wahdani mendekati istrinya.

"Iya Mah, nanti papa kesana!" Wahdani menenangkan.

Wahdani meraih tangan Regan. Dia merasa sakit dan tak tega melihat keturunannya terbaring lemah seperti itu.

"Pak, boleh keluar sebentar nggak? Saya tau kejadiannya dari warga sekitar tempat dia kecelakaan." ucap Rexa, Sopan.

Langsung saja Wahdani bangkit mengikuti Rexa. Keduanya duduk dibangku tunggu depan.

"Silahkan ceritakan kejadiannya Rexa!" suruh Wahdani.

"Kata salah satu warga setempat, Regan tadi ngebut. Nggak tau kenapa, terus kayak melamun gitu. Nah, dari belakang ada mobil ngebut terus nabrak Regan. Tapi mobil itu tidak merasa bersalah sama sekali. Malah maju terus!" jelas Rexa panjang lebar.

"Siapa pemilik mobil itu?" nada bicara Wahdani naik satu oktaf.

"Saya juga nggak tau pak!"

"Pak!" Rio yang barusaja datang menyalami Pak Wahdani. Begitupun dengan Gaila.

"Regan gimana Pak keadaannya?" Rio langsung bertanya.

"Masih belum sadar,"

"Gaila kamu juga ikut?" Wahdani kini bertanya pada Gaila yang sedari tadi terdiam.

"Dia pedekatean Reg--" Gaila tersentak, lalu segera membekap mulut Rio dengan kasar.

Wahdani tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Maaf pak, kakak saya mah gitu, nggak usah didengerin!" Gaila merasa tak enak.

"Lagian kalo Regan nyaman sama kamu, bapak nggak masalah."

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang