Rio bergegas memasuki ruangan. Cowok itu sudah merindukan sosok adiknya. Walau kadang keduanya suka ribut, tapi rasa sayang sebagai adik kakak tak akan pernah lepas dihati mereka.Arman membuntuti dari belakang, dan guru-guru yang ikut pun mulai masuk dengan tertib. Diantara mereka ada Pak Wahdani.
"Dek, dokter bilang apa tadi?" raut wajah Rio terlihat sangat cemas.
Gaila membenarkan posisi duduknya, menyalami satu-persatu guru yang berdiri disamping brankar.
"Kata dokter, Gaila terkena maagh kronis," Gaila jujur.
"Sudah minum obat?" Pak Wahdani bertanya.
Gaila mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan satu sosok.
Rasa kecewa pun mulai mejalar dibenaknya. Sosok yang diharapkan itu tidak ada didalam ruangan. Gaila menghela nafasnya pasrah.
Pak Wahdani tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya, ia mengerti perasaan Gaila. Pasti gadis itu sedang mencari keberadaan Regan.
"Tenang saja Gaila, dia akan kesini, sekarang masih dijalan sama Rexa," Pak Wahdani mengelus sayang rambut hitam pekat itu.
Arman yang mendengar hal itu merasa telinganya panas. Seperti kemasukan zat kimia yang bisa merusak gendang telinganya.
"Kejadian awalnya bagaimana Gaila? Mengapa kamu sama Rial bisa terkunci di kamar mandi?" Bu Wilona angkat bicara.
Gaila menyumpah serapahi Lesti dan Mita, Gaila yakin setelahnya mereka berbuat jahat, mereka akan mendapat imbas yang setimpal.
"Kebiasaan bengong mulu," sambung Arman.
"Ehh?" Gaila mendadak canggung sendiri.
"Maaf bu, Gaila masih trauma sama kejadian itu Gaila masih belum siap cerita, maaf ya bu," lirih Gaila.
Bu Wilona pun memaklumi, dan tidak akan memaksa Gaila untuk bercerita saat ini.
"Pak Dani, Pak Erwin, sebaiknya besok kita cek semua rekaman CCTV kamar mandi." Bu Diana ikut bersuara.
Mereka yang namanya disebut Bu Diana, menganggukan kepalanya dengan mantap.
"Ayo minum obat," Rio menyodorkan sendok yang sudah berisi obat maagh cair.
Gaila menggeleng kecil dan menjauhkan tangan Rio yang memegang sendok itu dari mulutnya.
"Coba sama lo?" Rio menyodorkan sendok itu pada Arman. Arman langsung menerimanya.
"Gai, lo harus minum obat biar sembuh," Arman berusaha menasehati.
"Gai, untuk satu kali ini aja lo jangan ngecwain semua orang yang sudah datang kesini, kita semua mau lo sembuh Gai, please jangan nolak," lanjut Arman panjang lebar.
Hati Gaila tersentak mendengar kalimat itu. Sebenarnya ia mau minum obat tapi ...
Entahlah, seperti ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya. Gaila sangat phobia terhadap obat. Obat apapun.
Arman menyuruh Gaila untuk membuka mulut. Raut wajah Gaila masih terlihat cemas, entah apa penyebabnya.
"Buka lebar-lebar mulut lo," suruh Arman.
Gaila pasrah membuka mulutnya sembari memejamkan kedua matanya. Gadis itu benar-benar takut jika rasa obatnya terasa pahit di lidah.
Saat sendok itu sudah masuk kedalam mulut Gaila, tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka, dan menampilkan dua sosok. Siapa lagi kalau bukan Regan dan Rexa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gai and Gan ✔ (ENDING)
Novela JuvenilUPDATE : Setiap Hari!! High rank : #3. Nyesek (7 April 2020) #6. Favorit (9 Juni 2020) #5. Tabah (9 Juni 2020) #4. Sesak (9 Juni 2020) Gaila menemukan sosok Regan. Kakak kelasnya yang terlihat cuek, tapi baik berhati malaikat. Disekolah barunya. W...