Menunggu itu tidak selalu membawa kebahagiaan tapi bisa jadi menbawa rasa kecewa
___
Suah satu minggu Gaila menjalani skorsing. Satu minggu yang membuatnya tersiksa. Paginya dia menyapu lantai, mengepel dan menyiram bunga. Persis, sekali. Seperti seorang ibu rumah tangga.
Seperti hari-hari biasanya, Gaila selalu berjalan kaki saat berangkat sekolah. Entahlah dia lebih suka menikmati jalanan trotoar. Hatinya sangat lega. Entah apa yang penyebabnya.
***
Jam istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Gaila sama sekali tidak berniat untuk ke kantin. Dia ingin menikmati kesunyian berikutnya. Jujur, alasan utama dia kesini karena merindukan sosok Regan.
Gaila menatap pohon pinus yang tinggi menjulang. Dia duduk dibangku taman belakang sekolah, dibawah rindangnya hutan pinus.
"Andai kak Regan ada disini"
"Gaila rindu senyuman kakak"
"Gaila rindu suara kakak"
"Gaila rindu natap wajah ganteng kakak"
"Gaila pengen jenguk kakak ke singapura tapi jauh"
"Apakabar kak Regan disana? Apakah kakak udah sadar atau masih koma?"
"Kalo kakak belum sadar, kemaren siapa yang ngirim pesan email itu?"
"Andai kak Regan ada disini, nemani Gaila. Gaila rinduu"
Gaila berceloteh sendiri. Dirinya menghayal jika saat ini Regan ada disini menemaninya.
Pandangan Gaila tiba-tiba turun karena terasa ada yang memakaikan kalung ke lehernya dari belakang. Gaila terbelalak kaget. Wah, ini pasti ulah Arman yang sok mesra.
"Eh Arman lo nggak usah so--" kalimat Gaila terpotong saat membalikan badannya.
Tidak! Ini tidak mungkin, Gaila tidak sedang bermimpi kan?
Jantung Gaila berdebar, matanya berkaca-kaca, dan perasaannya campur aduk, antara percaya dan tidak percaya saat mengetahui sosok yang memakaikan kalung itu. REGAN.
"Gue kembali buat lo"
"Kak Regan ... " mata Gaila kembali berkaca-kaca. Rasa rindunya sangat besar untuk cowok itu.
Gaila dapat menangkap jelas, wajah Regan masih tetap sama. Tidak ada bekas operasi pada bagian kepalanya. Semua itu seperti baik-baik saja. Regan masih ganteng seperti dulu.
"Kakak udah sembuh?"
Regan terdiam. Dia tidak langsung menjawab ucapannya. Seperti ada sesuatu yang dirahasiakan. Regan duduk disamping Gaila.
"Kakak udah sembuh?"
"Gai, gue nggak mau lihat lo nangis, gue tau lo cewek kuat. Jangan tunjukin kelemahan lo didepan gue, gue mau lo selalu senyum" Regan mengalihkan pembicaraan.
Gaila meneteskan kembali airmatanya. Lalu tangannya meraih kalung dan liontin berbentuk bintang. Gaila tersenyum lebar melihatnya.
"Makasih kak, Gaila suka sama kalung dan liontinnya." ucapnya parau.
"Maaf gue udah buat lo tersiksa, buat lo nangis karena gue. Dan makasih lo selalu nunggu gue. Dan gue mau bilang ... "
jantung Gaila semakin berdebar. Hampir, hampir jantungnya akan copot ditempat.
"Gue ... " Regan menelan menghela nafas. Walau sebenarnya ia sesak mengatakan hal ini.
Duh kak Regan, jangan buat jantung aku berdebar gini deh, ahh. Bisa-bisa aku jantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gai and Gan ✔ (ENDING)
Teen FictionUPDATE : Setiap Hari!! High rank : #3. Nyesek (7 April 2020) #6. Favorit (9 Juni 2020) #5. Tabah (9 Juni 2020) #4. Sesak (9 Juni 2020) Gaila menemukan sosok Regan. Kakak kelasnya yang terlihat cuek, tapi baik berhati malaikat. Disekolah barunya. W...
