34. Always Stay You

536 31 0
                                    

Hai, maaf aku lama update. Sebenarnya  aku bisa update kapan saja, tapi karena sempat kehilangan ideu jadinya nggak update-update. Maaf sudah dibuat menunggu. Aku juga tahu menunggu itu tidak enak wkwk. Terimakasih juga untuk pembaca setia cerita ini. Semoga kalian selalu setia mengikuti perjalanan cerita ini sampai tamat. Terimakasih, karena tanpa kalian cerita ini bukan apa-apa. Dah ya, selamat membaca..💕

_______________

Arman menghentikan motornya tepat dirumah Gaila. Gerbang tinggi yang menjulang itu membuat Arman sedikit takut.

"GAILAAAAAA!" teriak Arman sekencang mungkin.

"GAILAA BUKAIN GERBANGNYA GUE MAU KETEMU LO!!"

"GAILA IM ALWAYS STAY YOU!"

Percumah cowok itu berteriak sampai lebaran semut. Gaila tidak akan mendengarnya. Toh, Gaila sedang tidak ada dirumah.

Dari kejauhan Gaila menangkap sosok cowok yang sudah bertengger dengan motornya.

"Waah ada kak Arman lagi ngapain ya?"  lirih Gaila menggaruk kepalanya. Rio memutar kepala kearahnya.

"Jangan-jangan mau ketemu sama lo?"

"Ihhh masa iya sih?"

"Heelah lo ribet banget jadi orang, tinggal samperin aja."

Rio menghentikan mobilnya saat tepat didepan gerbang. Gaila turun untuk membuka gerbang.

"Haii Gai, lo apakabar? Nggak kangen sama gue?" Arman menggoda dengan senyuman menyebalkan.

"Hallo kak Arman, maaf ya nggak penting kangen sama kakak!" balas Gaila seadanya.

"Eh buseet, kejam banget lo sama kakak kelas?"

"Biarin!"

"WOY DEK, CEPETAN BUKA GERBANGNYA!!" teriak Rio memunculkan kepalanya pada jendela mobil.

Buru-buru Gaila membuka gerbang dan saat itu juga Rio langsung memasukan mobilnya kedalam.

"Lo nggak kenapa-napa kan?" tangan Arman meraih kedua tangan Gaila.

"Gaila gue nggak mau lo kenapa-napa!"

"Kak, aku baik-baik aja seperti yang kakak lihat!" Gaila meyakinkan.

"Yaudah kalo gitu, mending lo mandi. Kasihan badan lo pasti kedinginan. Jangan lupa ganti baju hehe."

"Kakak mau masuk dulu?"

"Nggak perlu. Kalo gitu gue pulang ya."

"Iya hati-hati!"

TIN...

Arman kembali melajukan motornya. Gaila segera masuk ke pekarangan rumah. Tak lama dari itu tiba-tiba..

"Gailaa tunggu!" teriak seseorang dari belakang membuat Gaila terhenti lalu membalikan badannya.

"Lesti?" Gaila tidak tahu apa maksud gadis itu kerumahnya.

Tanpa aba-aba apapun Lesti langsung memeluk badan Gaila. Pelukannya sangat erat. Gaila semakin tidak mengerti juga merasa aneh dengan tingkah gadis itu.

"Gaila maafin gue ya.. Hiks..hiks.. Maafin gue udah keterlaluan waktu itu. Gue khilaf Gai. Maafin gue ya." ucap Lesti dibalik pelukannya.

Gaila sedikit terenyuh mendengar itu. Sepertinya ucapan Lesti sangat tulus.

"Gue nggak apa-apa ko.. Tapi Rial..."

"Gai, beneran gapapa? Ayo marah sama gue Gai. Seharusnya lo marah sama gue. Gue udah keterlaluan sama lo. Ayo marah Gaila, jangan kayak gini. Gue pengen ngerasain dimarahin sama lo." Lesti melepaskan pelukan Gaila.

"Les, gue nggak marah sama lo. Gue nggak bisa marah. Maksudnya lo ngomong gini itu kenapa Les?"

"G-g-gue mau pindah sekolah ke negara Athena. Gue bakal sekolah disana Gai."

Pengecut!! Katakan Lesti gadis pengecut. Yang lari dari kenyataan.

"Kenapa lo pindah? Apa lo takut kalo semua orang bakal benci sama lo?"

"Gue takut Gaila. Gue takut dipenjara, gue nggak mau di penjara."

"Tapi lo udah minta maaf sama keluarga Rial?" Gaila mengalihkan topik pembicaraan.

"Justru itu gue takut Gai. Gue nggak mau kalo keluarga Rial tahu, gue penyebab Rial meninggal!"

Gaila tersenyum tipis. Senyuman khas seperti orang kecewa.

"Seharusnya nggak ada yang perlu lo takutin Les, ini memang salah lo." Gaila menepuk bahu Lesti berkali-kali. Lalu beranjak begitu saja mendekati pintu rumah.

"Gailaaa!" teriak Lesti menghentikan langkah Gaila.

"Gue udah maafin!" sahut Gaila seolah mengerti kemana arah pikiran gadis itu.

***

Regan memasuki kamarnya dengan perasaan berkecamuk. Satu sisi ia khawatir pada Gaila. Tepat setelah itu Regan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan baju santainya. Regan mengambil kaus basketnya yang ada dilemari. Dipeluknya kaus basket itu dalam pelukannya. Kau pasti paham, mengapa Regan melakukan hal itu.

Beberapa menit kemudian, Regan membanting badannya pada king size. Membawa kaus basket itu kedalam pelukannya. Hingga tak terasa Regan mulai memasuki alam bawah sadarnya.

***

Arman tidak langsung pulang kerumahnya, melainkan mampir ke supermarket terkedat. Cowok itu akan membeli keperluan rumah. Seperti makanan dan sembako.

Sekarang kedua tangan Arman sudah mendorong kerinjang belanjaan. Beberapa makanan hampir ia borong. Bodoamat, kan uang selalu mengalir setiap bulan. Karena kakeknya mewariskan sebuah perusahaan untuknya.

"Totalnya lima juta rupiah," ucap kasir. Pegawai yang lain mulai memasukan barang belanjaan pada kardus besar.

Setelah memberikan uang, pegawai itu menyerahkan kardus berisi belanjaan.

"Mas, istrinya mana ko nggak ada?" tanya kasir itu---Dita.

"Enak saja kau, saya belum nikah. Jangan panggil saya mas ya!" sahut Arman tak suka.

"Walaah, kamu bisa nggak itu bawanya? Perlu aku bantu? Tanya pegawai itu---Lili.

"Tidak perlu. Terimakasih!" Arman segera mengangkat kardus itu dan berlalu keluar.

_________________

TBC.

Tinggalkan jejak kalian dengan vommen. See you next part..💕

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang