37. Justine

511 29 3
                                    


Sudah satu minggu Regan masih belum sadar dari pingsannya. Kata dokter Abun, ini karena efek dari operasi kepala beberapa bulan yang lalu. Pasti kan, kabel yang rusak juga jika disambungkan tidak akan utuh seperti semula. Wahdani memang sengaja mendatangkan dokter Abun ke rumahnya.

"Pak, jika Regan sadar kemungkinan antara sembuh atau mengalami hilang ingatan total." tutur dokter Abun. "Tapi kalau tidak sadar, berarti tuhan berkendak lain."

"Amnesia?" Lina tersentak kaget. Dadanya terasa sangat sakit.

"Iya Bu, jika Regan sadar antara sembuh, atau mengalami amnesia. Jadi ada dua kemungkinan jika Regan sadar." jelasnya.

"Kapan Regan akan sadar dok?" Wahdani angkat bicara.

"Menurut perkiraan, dia akan sadar hari ini. Kalau tidak, kemungkinan besok."

"Ah baiklak dok, terimakasih." ujar Wahdani dan Lina bersamaan.

"Baiklah pak, bu, saya permisi." dokter Abun mulai beranjak keluar kamar dan menuruni anak tangga.

Setelah kepergian dokter Abun, Lina menatap suaminya dengan sendu.

"Pa, semoga Regan sadar dan sembuh ya. Semoga akan baik-baik saja." ucap Lina dengan nada sedih.

"Aamiin Mah, percayalah. Regan akan sembuh dan baik-baik saja." Wahdani menenangkan istri tercintanya.

***

Di rumahnya, Mellyn masih tidak menyangka dia sudah kehilangan satu kakinya. Dan semenjak itu terjadi Mellyn hanya ngurung di kamar. Dia merasa dirinya sudah tak berguna lagi.

Seorang pria paruh baya barusaja memasuki kamarnya. Pria itu membawa sepiring nasi plus lauk dan segelas air putih, dinampan. Karena anaknya itu tidak pernah lagi keluar kamar semenjak kakinya kirinya diamputasi. Kalau mandi bisa dibantu oleh bik Sema---pembantu rumahnya.

"Papa ngapain bawain Mell makanan?" Mellyn memutar bola matanya malas kelain arah.

"Sayang, papa mau kamu makan. Ayo."

"Nggak pa, percuma kalaupun Mell makan, kaki Mell nggak akan balik lagi."

Mr. Varrel dibuat kaget dengan ucapana anak gadisnya barusan.

"Mellyn sayang, kamu harus mengikhlaskan apapun yang sudah terjadi. Papa sayang kamu. Ayo makan." Mr Varrel mulai mendekatkan se sendok nasi pada mulutnya. Namun Mellyn menepisnya pelan.

Mellyn menjauhkan sendok itu dari mulutnya. Mellyn kembali menangis secara tiba-tiba.

"Mell gadis cacat pa, apa ada yang cinta sama Mell? Apa ada cowok yang sudi menikah dengan gadis cacat seperti Mell? Mell cuma takut kalau Mell nggak akan nikah selama Mell hidup di dunia. Mell ingin bahagia seperti oranglain pa... Hiks... Hiks... Hiks..." Mellyn menangis sesenggukan meratapi nasibnya sendiri.

"Mellyn, jaga ucapanmu!" tegas Mr Varrel. "Percayalah Mell, tuhan pasti datangkan sosok cowok yang pantas buatmu. Karena dibalik ujian ini ada seribu hikmah tuhan selipkan." Mr Varrel menasehati.

"Apa tuhan nggak sayang sama Mell? Kenapa tuhan tega buat Mell sengsara? Kenapa tuhan tega mengambil kebahagiaan Mell? Kenapa, pa?"

"Mell sayang, tuhan itu sayang kamu. Karena semua organ tubuh manusia itu milik tuhan. Jadi nggak ada salahnya jika tuhan mengambil salah satu dari bagian organ tubuhmu. Kapanpun, tuhan bisa ngambil apapun milik nya. Termasuk bagian dari organ tubuh manusia. Karena semua itu hanyalah titipan semata, dunia ini juga tidak akan abadi." Mr Varel menenangkan.

Mellyn terdiam sejenak. Menyeka air mata, dan membenarkan posisi duduknya. Gadis itu teringat sesuatu.

"Regan apakabar pa?" Mellyn mengalihkan pembicaraan.

Gai and Gan ✔ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang