4. | ice cream

695 42 23
                                    

°° terkadang hidup tak seserius menatap bulan redup ataupun sesantai melihat sinarnya °°

_____
__________________

**
Sesampainya dicafe dinda dan marcell melihat segala arah, mencari keberadaan para sahabatnya.

" bang itu mereka " celetuk dinda yang melihat terlebih dahulu.

" iya, yuk kesana " saut marcell seraya berjalan menghampiri mereka.

" lho dinda ikut, udah malem lohh" ucap jefry.

" nggak papa kak, lagian aku gak bisa tidur, pengen ditemenin bang marcell, tapi kalau bang marcell nemenin aku gak enak sama kalian " jelas dinda pajang lebar. " jadi gak ganggu kalian kan??" lanjut dinda merasa tak enak.

" eh nggak din, malah seneng aku " celetuk jefry.

" iya gak papa kok " timpal billy dan kelvin.

" mau makan apa cell" tawar sang kakak.

" mau ice cream rasa coklat vanilla aja bang "

Setelah pesanannya datang dindapun segera melahapnya dengan lahap seperti anak kecil yang kelaparan, pasalnya dinda memang sangat suka ice cream, ketiga sahabatnya hanya menjadi penonton yang menikmati adegan yang sangat langka. Pasalnya mereka tak pernah melihat dinda langsung saat memakan makanan yang disukai, sedangkan marcell hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.

Merasa diperhatikan dinda pun menghentikan acara makannya "eh, kalian kenapa?? " ujar dinda balik menatap satu persatu.

Mereka yang ditanya malah merasa seperti maling yang ketangkep basah " eh nggak, kayaknya kamu suka ice cream ya din" ujar kelvin.

Dinda yang merasa malu hanya tersenyum " hm, iya, suka banget malahan, kenapa? Kayak anak kecil ya "

" eh nggak, lucu aja, imut gitu "

Marcell yang melihat tingkah sahabatnya malah tersenyum geli.

**
" gimana bro, udah ktemu dinda?? Ujar devan.

" udah " jawabnya cuek seraya menyalakan rokok lalu menghisapnya.

Mendengar jawaban rizky devan ikut duduk dikursi basecamp tempat mereka berkumpul." terus gimana orangnya??"

" biasa aja"

Devan menaikkan sebelah alisnya " gak cantik gitu ??" pasalnya devan juga tak pernah ketemu sama dinda, hanya mendengar dari sepupunya yang cukup mengenal akrab dinda karna satu sekolah.

Rizky hanya tersenyum hambar " cantik aja gak cukup, cantik manja, cengeng percuma, nyusain "

" tapi loe yakin, bisa taklukin hatinya, pasalnya dia gak gampang akrab sama cowok ".

" masalah gampang, tinggal manis manis in aja, siapa yang gak luluh "

" tapi gue harap loe gak terlalu nyakitin dia, dan lupain cewek 'itu' ky "

Rizky menatap tajam sahabatnya " apa maksud loe ??"

" gak, lupain " jawab devan, lalu melangkah pergi. Bukan tanpa alasan devan bicara begitu, devan sebenarnya kasian sama adik marcell meskipun belum ketemu sekalipun, kata sepupunya, dinda itu orang yang baik. Tapi bagaimana lagi, salahnya dia adik marcell orang yang menjadi musuh rizky.

" apa gue salah ya, udah ngasih tau rizky, kelemahan marcell tapi gue juga gak tega sahabat gue terus frustasi aggghghh, shiit " batin devan lalu mengacak-acak rambutnya kasar.

**

" ky baru pulang sayang " sapa lembut seorang paruh baya.

" iya ma " ucap rizky lalu melangkah pergi menuju kamar meninggalkan mamanya diruang tv.

Tak lama kemudian pintu kamar tv diketuk.

Tok tok tok

" sayang, mama masuk ya " ucap mamanya dari balik kamar rizky.

" iya ma "

Karin pun menghampiri anaknya yang telah selesai ganti pakaian, karin adalah mama rizky, memang karin tau, kerap kali rizky tawuran, melarang? Bukan sering tapi selalu. Tapi tau rizky keras kepala. Mau gimana lagi, meski begitu karin selalu menyayangi putra semata wayangnya itu.

" habis tawuran lagi ??" ucap karin lembut seraya menyentuh pelipis dan ujung bibir rizky yang terlihat darah yang sudah mengering.

Rizky hanya diam, mengamati wajah cantik mamanya yang selalu menyimpan kekhawatiran saat dia pulang dalam keadaan kacau.

" mama boleh ngomong sama rizky??"

" boleh "

" rizky sayang mama??"

Rizky hanya mengerutkan alisnya " mama kenapa bilang begitu??"

Ya rizky memang membenci wanita lemah dan manja, tapi terkecuali mamanya, rizky sangat menyayangi mamanya. Rizky tak pernah membentak ataupun memarahi mamanya, kalian kira rizky berandalan karna keluarga?? Bukan.

" kenapa rizky gak pernah dengerin omongan mama??"

" bukan nggak dengerin ma, cuma belum, suatu saat rizky berhenti kok tenang aja !!" ucap rizky santai seraya beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Karin hanya mendengus kesal, selalu saja begitu, kalau nggak pergi ya pura-pura gak denger.

**
Marcell dan dinda kini berada di mall untuk belanja mingguan, tentu saja mereka sendiri yang belanja, setiap hari minggu tentunya.

" cell sini deh " ucap marcell seraya memilih-milih berbagai macam susu.

Dinda hanya melirik marcell sekilah lalu menaikan sebelah alisnya " sejak kapan abang suka susu ??"

Marcell malah mengulum senyum " siapa bilang buat abang, ya buat kamu lahhh"

" kan icel gak suka susu aabangggg "

" nih lihat, susu apa coba "

Dinda pun menyambar susu yang yang dipegang marcell lalu membacanya.

'SUSU UNTUK IBU HAMIL' " abangggg " teriak dinda, ingin rasanya dinda mencakar wajah tampan kakaknya, tapi terlambat kakaknya sudah menghilang dengan tawa yang masih bisa didengar.

Sedetik kemudian dia sadar, menjadi pusat perhatian, karna teriak teriak dimall yang cukup banyak orang. Dinda yang malu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sambil nyengir nggak jelas.

" tunggu pembalasanku bang " ucap dinda dengan menyeringai.

Setelah mereka selesai belanja, kiran dan marcell pun membawa trolley ke kasir, tapi sedetik kemudian pelayan menyeryitkan sebelah alisnya, dan menatap dinda dalam. " mbak yakin ini ukurannya gak terlalu panjang?? " Ucapnya seraya memperlihatkan pembalut bermerk charm dengan ukuran 42 cm pada dinda.

Dinda hanya mengulum senyum " nggak tau, abang yang beli, buat apa bang ??" tanya dinda dengan ekspresi dibuat sekepo mungkin.

Pelayan pun langsung menatap marcell dengan senyum yang dikulum. Ya kali cowok sekeren dan kelihatan garang ini membutuhkan pembalut buat apaan sadar akan pikiran konyolnya pelayan berrambut sebahu itu segera menggelengkan kepalanya, membuat marcell meliriknya tajam, seolah tau apa yang sedang dipikirkan, mendapat tatapan seperti itu membuat pelayan cantik itu bungkam dan merapatkan bibirnya dalam.

Sedangkan marcell yang merasa terpojok kan, dan tentunya menahan malu dilihat banyak anak muda dan ibu ibu yang menatapnya dalam dan ada juga yang menatapnya kagum, kenapa mau menemani seorang gadis untuk belanja, pikir mereka, sedangkan marcell hanya bisa menahan kesal pada adiknya yang sudah kelewatan " udah cepet itung mbak, banyak yang ngantri " ucap marcell dengan datar namun lebih terdengar seperti perintah. seraya menatap tajam sang adek. Sedangkan yang ditatap hanya nyengir kuda.

Sedangkan orang yang berada dideket mereka pun hanya tersenyum melihat kekonyolan sepasang manusia. Yang mungkin dikiranya pacar. ;)

****

Tbc


Jangan lupa vote dan comment

...

Dendam & Cinta ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang