25.| khawatirnya abang.

427 34 25
                                    

°° jika hatiku beku, setidaknya bantu aku untuk meluluhkanya °°
____
_________________

***

Saat diperjalanan pulang, ponsel dinda terus saja berdering, dindapun menepikan motornya untuk mengangkat telfon. Pasti abang gumam dinda seraya membuka resleting dan mengambil ponsel ditas ransel miliknya. Dan benar saja nama abang acell tertera dilayar depan ponsel miliknya, dinda pun segera menggeser icon berwarna hijau guna menyambungkan panggilan.

" cell, dimana, udah sore kok belum pulang, tadi aku kerumah tante karin kamu gak ada, motor kamu mogok atau gimana?? "

Rentetan pertanyaan keluar tanpa memberi celah sedikitpun pada dinda untuk berbicara, membuat dinda jengkel dan bahagia bersamaan. Dinda tau masti abangnya sekarang sedang gelimpungan mencarinya.

" eh bang, acell gak apaapa, ini udah mau pulang, tunggu aja didepan rumah "

" iya, dimana sekarang cell, mau abang jemput?? "

" nggak usah bang, ini udah dijalan, 10 menit lagi sampek kok "

" beneran, kalau 10 menit belom sampai abang lacak nomer acell "

" iya bawel "

Dindapun segera mematikan sambungan dan menaruh ponselnya didalam tas kembali dan menyalakan motornya kembali, namun ketika dinda sudah sampai dikomplek sekitar rumahnya dari kejahuan dinda bisa melihat abangnya tengah berada didepan gerbang dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku. Bukannya menunggu diteras depan rumah. Dinda hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah abangnya itu. Setelah semakin dekat marcellpun membuka gerbang untuk adiknya.

Setelah memarkirkan motornya, dinda segera menghampiri marcell yang berada didepan pintu.

" acell darimana?? Bikin abang khawatir tau nggak?? " ujar marcell seraya melingkarkan sebelah tangannya dibahu dinda dan mengajaknya masuk kedalam rumah.

" bentar bang, acell mandi dulu, baukk " seru dinda seraya melepaskan tangan abangnya, namun Sebelum dinda pergi dinda mencium pipi kiri marcell.

Cuph.

" nanti malam acell ceritain, abang kekamar acell ya " seru dinda seraya berlari menaiki tangga meninggalkan marcell yang masih dibawah.

Marcell hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang terlihat lucu dimatanya, adiknya tak pernah berubah, selalu menjadi sosok anak kecil jika sudah bersamanya.

***
Sepanjang perjalanan rizky selalu mengingat ucapan dinda barusan.

Abang gue selalu ngejaga gue semenjak mama papa nggak ada.

Jika abang mati, gue juga ikut mati !!

Seolah mantra yang menghanguskan dendam yang ada dikepalanya, hingga seolah ingin melupakan luka hatinya yang disebabkan oleh marcell, mana bisa rizky menambah luka pada orang lain bahkan luka dimasa lalunya saja mungkin masih berbekas. Namun bagaimana dengan lukanya sendiri, apakah ada yang perduli?? Entahlah. Namun ketika melihat wajah marcell, tubuh thania yang tengah bersimbah darah dipangkuanya kembali mengingatkanya dan kemarahan diulu hatinya kembali berkobar, hanya saja melihat kesedihan diwajah dinda seolah menjadi es yang siap melelehkan bara api dihatinya sekaligus.

Dendam & Cinta ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang