28.| cemas dan khawatir.

456 37 117
                                    

°°
Seperti halnya bulan yang tak pernah meninggalkan langitnya, cahaya yang tak pernah meninggalkan sinarnya, mentari yang tak akan pernah meninggalkan hangatnya, begitupun aku yang tak akan pernah meninggalkanmu
°°
____
_____________________


***

Mendung yang menyelimuti kota jakarta tak membuat suasana ikut meredup seperti suasana saat ini, masih terlihat pancaran sinar lampu mobil motor dan beberapa kendaraan lainya masih berlalu lalang disaat seperti ini, langit yang terlihat gelap menambah rasa dingin yang menusuk tulang, namun tak membuat dinda beranjak dari balkon kamarnya, dengan membawa selimut melingkar ditubuhnya dinda masih saja merasakan dinginnya malam ini, jika biasanya dinda memilih langsung tidur dengan selimut yang menggulung tubuh mungilnya kini malah memilih menuju balkon, entah menikmati apa, bahkan bulan dan bintang yang biasanya sudah menyambut kini tak terlihat karna terhalang pekatnya awan hitam yang menghalau.

Meskipun terasa sejuk ketika menghirup nafas dalam, tetap saja dinda menggigil kedinginan ketika hembusan angin kencang kadang menyambutnya.

Rizky.

Sial.

Dinda merutuk jantungnya yang tiba tiba berdegub kencang karna hanya mengingat namanya.

Apakah itu cinta?? Ah bukan.

Dinda menebak dengan sedikit meringis mengucapkan kata cinta, dulu dia yang sering menggoda ketiga temannya ketika menceritakan orang yang dicintainya karna dia memang belum pernah mengalami apa itu mencintai, yang dia tau dia sangat menyayangi abangnya, itu saja.namun kini, hanya mengingat namanya jantungnya kembali menggila. Ciuman itu. Dinda masih merasakan lembutnya bibir rizky yang mendatar dibibirnya.

Dinda tersenyum geli jika mengingatnya, dan tiba tiba saja pipinya kembali memanas, dan serasa perutnya terasa geli dengan beberapa kupu kupu terbang disana.

Ya tuhan, firts kisskuuu.. Jeritnya tertahan karna jika benar benar terdengar sampai ketelinga marcell bisa khawatir dan tulang langgung berlari kearahnya nanti.

Seakan dewi fortune tengah memihak mereka berdua,rizkypun begitu, tengah berdiam diri diatas balkon sendirian. Ya. Karna perdebatan singkat dengan temannya tadi siang membuat kedua temannya pulang. Rizky menatap langit yang tak berwarna terlihat muram dengan gumpalan hitam yang mungkin sebentar lagi akan tumpah berganti titik titik air jika sampai dibumi. sama seperti dia yang terlihat muram. Perkataan temanya tadi siang membuatnya bingung.

Apakah aku mencintainya?? Ahh tidak.

Rizky terus saja menyangkal apa yang dirasakanya, bahkan rasa manis dari bibir dinda masih dirasakanya, rizky mengangkat tangannya dan mengusap bibirnya dengan gerakan sensual, tiba tiba saja lintasan bibir ranum merah jambu milik dinda yang terasa lembut itu mendarat dibibirnya, membuatnya berhenti bernafas untuk sesaat saat itu juga, bahkan seakan tubuhnya menginginkan hal lebih dari sekedar menempel.

Ah sial..

Rizky mengacak rambutnya frustasi seraya mengumpat dengan beberapa kalimat kotor. Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh. Rizky merutuki hatinya dan juga otaknya yang sekan tak sejalan. Kenapa dia mendadak mengingat revan ketika dia sedang kalut saat ini, meskipun menyebalkan revan adalah sosok yang dia anggap sebagai abang yang tak bosan menasehati adiknya meskipun dia terkesan tak terlalu perduli.

Dendam & Cinta ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang