51.| kesalahan.

377 36 86
                                    

°° kesalahan bukan sebuah kutukan yang harus dihindari, tapi langkah menuju kedewasaan °°

____
_______________

*****

Dentingan alat makan saling bersautan, membuat suasana makan siang dikala itu sedikit terisi, tiba tiba suara dering telfon mengalihkan perhatian dua orang yang tengah menikmati makan.

Reno, pemilik ponsel itu segera mengangkatnya, tiba tiba saja wajahnya berubah, menjadi khawatir membuat dinda ikut menghentikan kunyahanya, namun enggan untuk bertanya.

" iya, saya segera kesana "

Reno yang belum menyelesaikan makan siang itu terlihat buru buru dengan wajah yang nampak cemas, dengan tergesa pria berwajah tampan itu meminum minumanya lantas mengalihkan atensinya pada dinda yang tengah menatapnya.

" din maaf gak bisa nemenin makan siang kamu sampai selesai, tadi kata suster ada pasien yang colaps, kakak harus pergi sekarang ? "

Dinda mengangguk, tersenyum maklum " iya kak gak papa, kakak pergi aja dulu nanti biar dinda yang bayar " balas dinda menenangkan, membuat reno mengangguk.

" kakak pergi dulu ya " ucap reno sebelum benar benar pergi, yang dibalas dinda dengan senyuman.

Dindapun kembali memakan makan siangnya dengan diam, terkadang dia juga berfikir menjadi dokter adalah pilihan yang perlu difikirkan dengan sangat sangat matang, begitu banyak waktu, tenaga bahkan nyawa yang mereka korbankan untuk orang lain, tapi disamping itu ada kebahagiaan tersendiri jika mengingat senyum kebahagiaan orang lain ketika bisa membantu, bahkan menyelamatkan nyawa melalui tangan kita.

Dinda tersenyum membayangnya lantas segera mengakhiri masan siangnya dengan, meminum ice coklat vanila.

Setelah selesai dindapun segera membayar makanannya begitu pula dengan milik reno, diapun segera keluar kafe.

" Dindaa "

Dinda menoleh ketika dari arah belakang, seseorang tengah memanggil namanya, seketika tubuhnya membeku syarafnya berkerja dengan keras sebelum akhirnya dapat berfungsi dengan baik.

" celia " lirih dinda pelan, sembari menatap gadis itu yang berjalan kearahnya dengen senyum yang mengembang.

Dinda menatap lekat gadis yang menjadi salah satu alasannya membenci rizky, gadis itu nampak tak terlihat wajah arogan dan juga sombong, tak ada make up yang terkesan tebal, malah terlihat tak memakai make up bukan seperti terakhir kali dia melihatnya, ditambah lagi bajunya jauh dari kesan bagus dan mewah untuk ukuran gadis angkuh yang dia lihat dulu. Apalagi ketika melihat senyuman itu, terlihat nampak tulus tak ada kesan dibuat buat membuat dinda tercengang ditempat.

Setelah dekat senyum celiapun tak pernah hilang, membuat dinda semakin terdiam ditempat, bingung harus bereaksi apa, jujur saja hatinya masih sakit jika mengingat dulu. Ah sepertinya bertemu orang dimasa lalu membuatnya mengingatnya kembali.

Diapun berusaha bersikap tenang enggan berfikir negatif. dia rasa dirinya bukan lagi gadis kekanakan yang hanya mementingkan ego dan masalah pribadinya, bukankah memaafkan itu lebih baik.

Dindapun ikut membalas senyuman clara yang diberikan untuknya tak kalah tulus.

" dinda apa kabar?? " celia nampak canggung menyapanya membuat dinda kembali menatap gadis didepannya dengan teliti.

Nampaknya gadis itu tau, banyak pertanyaan diotak dinda, hingga membuatnya tersenyum maklum.

" din bisa bicara sebentar? Ke sana dulu yuk?? " celia menunjuk taman kecil disamping rumah sakit, dindapun mengangguk canggung karna lancang menilai celia hingga membuat gadis itu merasa tak nyaman. Diapun mengikuti clara dari belakang.

Dendam & Cinta ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang