48. | akhir??

602 34 106
                                    

°° Jika perpisahan memisahkan dua raga, aku berharap sebuah doa mendekatkan dua jiwa °°

____
________________

*****

Sudah satu minggu lamanya dinda tidak bangun dari komanya, gadis itu masih asik dalam mimpi panjangnya ntah sampai kapan akan terbangun, sedangkan marcell masih setia menunggu disamping adiknya, menunggu ntah kapan mata bening itu kembali terbuka.

Sedangkan revan, laki laki itu sama halnya dengan marcell hanya saja karna kesibukan dan juga tugas kuliahnya yang cukup banyak membuatnya dengan berat hati harus meninggalkan dinda setidaknya sampai tugasnya tak lagi menumpuk dia akan kembali.

" nak, nak marcell harus istirahat sudah beberapa hari ini nak marcell bunda perhatikan jarang tidur kan "

Marcell mendongak mendapati raut khawatir wanita yang sudah dianggap sebagai bundanya sendiri, setiap hari karin selalu menyempatkan untuk selalu menjenguk dinda seraya membawa bekal untuk marcell karna mengingat laki laki itu susah untuk makan jika tidak dengan sedikit paksaan dan juga rujukan.

Marcell mengulas senyum tipis " marcell bisa istirahat kalau acell udah bangun bun, biar gantian dia yang tungguin marcell tidur "

Karin tersenyum prihatin, sungguh dia kehilangan sosok marcell yang tegas dan kuat, kini dilihatnya laki laki yang rapuh dan juga menyedihkan.

" biar bunda yang gantian jaga dinda, istirahat dulu gihh "

Jujur saja tubuhnya sangat lelah, ditambah asupan makannya sangat berkurang membuat tubuhnya lemas, tapi meninggalkan adiknya semenit saja membuatnya dilanda rasa cemas yang luar biasa.

Melihat keraguan marcell karinpun berusaha menyakinkan " udah percaya sama bunda, kalau dinda udah sadar bunda cepat cepat kabarin marcell "

Lelah, marcellpun mengangguk dan berjalan keluar, setidaknya punya beberapa jam untuk memejamkan matanya dan juga mengistirahatkan tubuhnya sejenak sekalian membawa beberapa persediaan baju yang sudah kotor untuk dicuci dirumah.

Karin menggantikan posisi marcell sebelumnya, dan juga memegang jemari pucat.

" sayang, buka mata kamu " lirih karin sembari mengusap air mata yang entah sejak kapan membuat pandanganya mengabur.

Tiba tiba saja ingatanya kembali pada kejadian tadi malam, setelah karin menceritakan salah pahamnya terhadap marcell pada anak semata wayangnya itu tak membuat anaknya merubah niatnya untuk pergi kelondon dengan alasan melanjutkan kuliah disana, padahal harin sendiri juga tau ada alasan dibaliknya.

Karin memandang punggung anaknya yang tengah mempersiapkan keberangkatannya kelondon, bukan karna karin tak mau membantu anaknya packing, hanya saja dia belum sepenuhnya menerima keputusan sepihak anaknya, belum lagi masalah disini masih mengambang, dia fikir keputusan anaknya sangat salah kaprah, pergi tanpa memberi penjelasan sama saja meneburkan garam pada luka yang masih menganga karna sampai saat ini anaknya masih bungkam mengenai kejadian karna apa dinda kecelakaan, anak laki lakinya itu berubah menjadi dingin tak tersentuh.

" KY... " bentak karin setengah teriak, tak perduli dengan irsyad, devan yang juga ada diruangan yang sama meskipun tak berani berkomentar, begitupun juga pembantunya yang mungkin juga mendengarnya, karna dia juga sudah lelah dengan sikap anaknya yang selalu acuh dan seakan tidak perduli, hilanglah kelembutannya selama ini ketika melihat anak semata wayangnya yang sangat keras kepala.

" KAMU ANGGAP MAMA INI APA?? "

Tangan rizky mengudara ketika akan meraih baju, suara bentakan sang mama terdengar nyaring dan menusuk ditelinganya membuat hatinya tersentak, baru kali ini mamanya terlihat kecewa dan sangat marah padanya.

Dendam & Cinta ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang