56

4K 160 42
                                    

"kalian mau kemana ??"

Sebuah pertanyaan sinis dan tatapan tajam dikirim Edward kepada dua orang yang kelihatan nya akan pergi dari sana, dan itu membuat lelaki dingin itu curiga melihat adiknya pergi bersama wanita keluarga Richman tersebut. Sementara Edsel hanya menatap remeh ke arah kakaknya itu.

"Aku akan pergi membeli beberapa peralatan hamil untuk Laucy." Ujar Edsel dengan nada malas, membuat Edward membulatkan matanya mendengarkan ucapan dari adiknya itu. Apa-apaan adiknya itu, dia mau mengeluarkan uang demi gadis bermarga Richman ?! Musuh keluarga nya sendiri ?!

Aku harus ikut mereka, atau jika tidak wanita licik itu akan memanfaatkan adikku.

"Aku ikut."

Ucapan Edward membuat Edsel dan Laucy tersentak kaget. Keduanya saling menatap dengan tatapan penuh rasa penasaran, melihat kakaknya tampak sangat ingin ikut dengan mereka.

"Kau yakin ??"

"Tentu saja, aku juga membutuhkan beberapa keperluan." Edward memutar matanya malas, sementara Edsel hanya bisa mengangkat bahunya dengan acuh.

~ ~ ~ ~

Laucy duduk di belakang, sembari beberapa kali melihat pemandangan melalui jendela. Sementara Edward duduk di sebelah Edsel yang mengemudi mobil. Sebenarnya Edsel sudah menawarkan Laucy untuk duduk di depan di sebelahnya, hanya saja gadis itu tetap ingin duduk di belakang. Biar bagaimanapun Laucy menyadari jika dia bukan siapa-siapa bagi Edsel.

"Laucy, kapan perkiraan bayi itu lahir ??" Tanya Edsel membuyarkan suasana sunyi di dalam mobil, Laucy menoleh melihat Edsel dari kaca depan.

"Sekitar tanggal 12 bulan depan, tapi bisa jadi waktu akan maju atau mundur." Ujar Laucy mengingat beberapa check dengan dokter kandungan beberapa hari yang lalu, bersama dengan March.

"Tanggal 12 ??? Jadi awal bulan, hmm ?? Baiklah.."

"Ada apa ???"

"Aku sudah merencanakan semuanya." Ucapan Edsel membuat Laucy dan Edward menatapnya dengan tatapan bertanya dan penasaran.

"Merencanakan apa ??" Tanya Edward kali ini, membuat Edsel tersenyum misterius.

"Aku akan melaksanakan pernikahan ku dengan Laucy."

"APA ?!?!?!" Laucy dan Edward sama-sama membulatkan matanya, dan berteriak dengan nada lumayan keras. Keduanya shock mendengar ucapan Edsel, apa lelaki itu gila ?! Menikah dengan Laucy.

"Ti... maksudnya... Kau tidak bercanda kan, Edsel ?! Aku masih hamil anak March..... Dan percayalah, March akan menghancurkan mu." Ujar Laucy dengan nada terkejut nya, dan sedikit tidak terima dengan rencana Edsel.

Hey apa-apain kenapa dia justru malah beneran baper ?! Laucy padahal hanya berusaha menjeratnya, kenapa malah pikirannya justru menjadi pernikahan ?! Pikir Laucy.

"Aku tidak peduli, aku akan merebut mu dan anak dalam kandungan mu itu dari March." Ujar Edsel dengan tegas.

"Edsel, kau benar-benar sudah gila..." Ujar Edward menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus bagaimana. Disisi lain, Edsel pasti memiliki rencana di balik ucapannya, tapi di sisi lain, Edward masih tidak bisa menerima ini. Edsel adiknya menikahi putri keluarga Richman ?! Yang benar saja ?!

Tidak lama, mereka pun sampai di sebuah mall besar, membuat Laucy sejenak berfikir dia harus melakukan sesuatu sebelum masalah pernikahan ini terjadi, ini sudah tanggal 3, dan untuk mencapai tanggal 12 hanya tinggal 9 hari lagi. Tanpa sadar mobil pun sudah berhenti di parkiran.

"Ayo, Laucy jangan melamun."

"Ohh yaa..."

Laucy tersadar jika yang ada di dalam mobil hanya dirinya, gadis itu kemudian keluar dari mobil. Sementara Edsel yang melihat Laucy keluar dari mobil, langsung menggandeng tangan gadis itu dengan romantis. Membuat Laucy sepertinya merasa aneh dengan perlakuan Edsel padanya. Gadis itu kemudian melangkah di sebelah Edsel, Dan Edward harus tersingkirkan beberapa saat menjadi obat nyamuk disana.

Lebih baik aku tunggu mereka di rumah, daripada harus melihat keromantisan menjijikan mereka.

Edward menggumpat dalam hati, melihat Edsel yang justru memanjakan Laucy, membelai rambutnya, memapahnya lalu tersenyum pada Laucy membuat Edward rasanya jijik dan malas.

"Ohh Edsel, aku harus ke kamar mandi sebentar. Kau bisa duluan saja naik."

"Kau tidak apa aku tinggalkan ??"

"Tidak apa, aku akan menyusul mu."

"Baiklah, berhati-hatilah..."

Edsel sempat mencium bibir Laucy, dan perut besarnya itu sejenak, memberikan seringaian licik nya membuat Laucy blushing, sejenak dia mengingat March yang selalu melakukan hal yang sama padanya. Lalu gadis itu berlalu dari keduanya dan berjalan menuju kamar mandi. Edward dan Edsel memutuskan untuk pergi ke atas terlebih dahulu, ke tempat tujuan mereka yaitu membeli beberapa pakaian.

Merasa jika kedua lelaki itu sudah pergi, Laucy sejenak mengintip dari dinding kamar mandi dan tersenyum. Diapun segera berlari menuju tempat makanan ( seperti Food court). Disana gadis itu melihat salah satu meja, yang di duduki oleh seorang lelaki berjaket + berkacamata dan bertopi. Laucy duduk di hadapannya, dan terengah-engah mengambil beberapa nafas.

"Jangan berlari terlalu cepat, hmm itu tidak baik untuk kesehatan janin mu." Lelaki itu membuka jaket, dan kacamata serta topinya menunjukkan jati dirinya sebagai putra kedua keluarga Richman, yaitu March menyeringai melihat calon istrinya.

"Ada apa hmm ?? Apa ada masalah ??? Hingga kau harus berlari seperti itu ??"

Laucy menarik nafas panjang, sejenak dia menceritakan tentang rencana Edsel untuk menikahinya, tapi untuk yang malam itu Laucy belum bercerita, entahlah dia tidak memiliki keberanian untuk itu.

"Hanya itu ??"

"Haa ??"

"Kau tidak mau cerita, tentang tanda di leher mu ??" Ucapan sinis dan tajam March membuat Laucy sontak ingat, jika semalam Edsel pasti memberikan banyak tanda kissmark di lehernya, dan Laucy yakin tatapan March menunjukkan kecemburuan nya, membuat Laucy sejenak takut dan gemetaran mengingat jika calon suaminya itu bisa sangat berbahaya saat mengamuk.

"March... Dengar ini hanya sekedar tanda di leher dan ciuman, okey ???"

"Hanya ?! Benarkah Laucy, hanya ciuman dan tanda di leher ?!" Ujar March menekan, membuat Laucy mengangguk pelan, dia benar-benar sedikit takut, saat March memberikan tatapan penuh rasa emosinya, rupanya March menurun sifat Andy saat emosi.

"Dengar March, aku bersungguh-sungguh, aku tidak memiliki perasaan sedikitpun pada Edsel, okey ?? Pleasee forgive me baby..."

March menghela nafasnya panjang, dia memang tidak bisa marah pada Laucy untuk waktu yang cukup lama, lelaki itu sadar jika dia begitu jauh dengan Laucy, dan meninggalkan gadis itu dengan dua lelaki bejat tersebut. Memang ini rencana dari otak Laucy, tapi hal itu tetap saja membuat March merasa bersalah karena meng'iya'kan rencana bodoh tersebut dan justru membantu Laucy.

"Baiklah, tapi sebagai hukumannya aku akan membawamu pulang ke rumah, dan menghukum mu di dalam kamar." Ujar March menyeringai membuat Laucy bergidik ngeri, melihat seringaian psikopat di bibir sang kekasih. Tapi Laucy sadar ini juga adalah kesalahannya, bahkan hal yang membuat Laucy bersalah lagi, saat Edsel berhasil memasukkan miliknya ke dalam milik Laucy.

"Baiklah, tapi sekarang aku harus pergi-"

"Kau akan pergi dengan ku, rencana ku sudah berjalan, kau tidak perlu bersama dua lelaki bejat itu."

"Ha ??"

Laucy memandang March dengan tatapan tidak mengerti, tetapi lelaki itu hanya memberikan seringaian misterius.

~TBC~

Haiii semuaaa akhirnyaa test Author berakhir 😁😁😁

Tapi ada kabar baik dan buruk nih, kabar baiknya Author udah mulai mengetik cerita baru (tapi belum Author publish, nunggu ini cerita end dulu), dan kabar buruknya, ide Author terbelah lagi buat 3 cerita, jadi update gak mungkin secepat itu.

Sekian itu dari Author aja...

Terima kasih

My Bitch season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang