61

4K 165 23
                                    

Edsel mulai melangkahkan kakinya ke arah kamar Edward, kakaknya. Langkah kakinya begitu santai menuju ke arah kamar, tanpa menyadari ada aktivitas lain di dalam kamar tersebut. Hingga diapun berada di depan kamar kakaknya, tangannya mulai mengetuk pintu kamar Edward yang terbuat dari kayu.

Tok.....tokkk....tok...

Tidak lama pintu terbuka, Edward terlihat dengan rambut berantakan, dan wajahnya dingin, jutek terlihat seperti terganggu dengan adanya ketukan dari Edsel. Sementara Edsel sendiri memandang kakaknya dengan penasaran.

"Ada apa ?! Kau menganggu ku."

"Dimana Laucy ??"

"Heh ?? Mana aku tahu, mungkin berjalan-jalan di luar atau entahlah. Lagipula dia bukan bayi, dia bisa pulang sendiri." Ujar Edward sinis.

"Tapi dia hamil."

Edward memutar matanya malas, diapun menatap sinis dan tajam ke arah Edsel, "bisa saja, Dia berjalan-jalan di luar. Bukankah dia sedang bersedih, dia butuh waktu sendiri."

"Kau benar."

"Sudahlah, jangan ganggu aku."

Edward langsung menutup pintu kamarnya, membuat Edsel menghela nafasnya panjang. Lelaki itupun melangkah menjauh dari pintu kamar Edward. Edsel sadar jika kakaknya itu sangat membenci Laucy, terlebih sekarang dia sangat membenci dirinya.

Setelah Edsel pergi lebih jauh, Edward bisa menghela nafasnya lega. Bagaimana Edward tahu, jarak ataupun posisi Edsel ?? Mudah saja, lagipula langkah kaki Edsel terdengar dengan jelas, dan Edward bisa mengetahui letak posisi Edsel dari langkah kakinya, dan merasa langkah kaki Edsel semakin menjauh. Edward kembali mendekati wanita yang berbaring disana, wajahnya masih memerah sempurna dan masih lemah.

"Dia mencari ku ??"

Edward hanya terdiam, dia kemudian berbaring di sebelah Lalyn. Lelaki itu membelai rambut Lalyn dengan lembut, gadis itu menatap Edward dengan mata berkaca-kaca.

"Aku mohon Edward, percayalah padaku. Edsel sengaja memperkosa ku, merekam adegan itu dan membuat mu berpisah denganku."

"Kenapa kau tidak memberontak saat itu ?? Dan kenapa kau tidak mengatakan semuanya padaku ??"

"Edward, saat itu Kalila bahkan mengancam akan menyebarkan video itu jika aku berbicara dengan mu. Dan Edsel, dia membuang ku seperti sampah." Ujar Lalyn menangis di bahu Edward, gadis itu terus berusaha menjelaskan pada Edward tentang semua yang telah terjadi.

"Edward, aku tidak mungkin akan meninggalkan mu. Aku sangat mencintaimu, percayalah padaku... Aku mohon padamu."

"Stttt jangan menangis..."

Edward memasukkan tangannya ke dalam baju Lalyn, dan mulai kembali meraba bagian payudara gadis itu, membuat gadis itu tersentak.

"Daripada kau menggunakan suara itu untuk menangis, lebih baik kau mendesahkan nama ku."

"Ahhh Edward....."

"Mirip seperti dulu, bukan Lalyn ?? Setiap kau menangis aku akan menghiburmu dengan menyentuh mu." Ujar Edward menyeringai, membuat Lalyn semakin masuk ke dalam sentuhan itu. Seringaian itu membuat Edward jauh lebih tampan dan lebih hidup ketimbang wajah dingin dan datarnya.

"Ta...tapi Edward..."

"Setidaknya biarkan aku menyentuh mu sebelum kau menikah dengan Edsel." Tiba-tiba saja suara serak penuh nafsu itu berubah, menjadi sedikit sendu dan menyiratkan kesedihan dan kepahitan saat mengucapkan kata-kata tersebut.

Lalyn menatap mata lelaki itu, sekilas biasa saja, tapi jika di perhatikan lebih dalam Lalyn bisa melihat kesedihan dan rasa tidak rela saat mengatakan jika Lalyn akan menikah dengan Edsel, meski dalam bentuk Laucy saat ini. Gadis itu sendiri tentu tidak mau menikah dengan Edsel, hatinya benar-benar di berikan kepada Edward bukan Edsel.

My Bitch season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang