63

6.8K 176 59
                                    

"ARGHHHH.... MARCHHHH...."

Laucy berteriak sembari memegang erat tangan March, gadis itu tampak kesakitan saat mencoba melahirkan, March terus menguatkan calon istrinya itu, tangan nya mengelap kening Laucy yang tampak basah akibat keringat yang begitu banyak.

" ayo dorong lebih kuat...." seorang dokter perempuan itu terus menyemangati sembari terus melihat apakah bayi nya sudah keluar atau belum.

"Arhgggg... Sakit sekaliii....."

"Ayoo kau pasti bisa sayang... " March berusaha menenangkan Laucy yang terus di landa rasa sakit yang kuat.

Laucy menarik nafas dalam-dalam dan berusaha mendorong keluar bayinya, hingga...

Oekkkk.... Oekkkk...

Laucy menarik nafas dalam, sementara March terlihat tersenyum senang. Suara itu... Suara bayi mereka, sang dokter pun mengambil bayi tersebut, dan langsung memandikan bayi yang masih di lumuri merah darah tersebut. March tersenyum ke arah Laucy yang terlihat masih sangat lemah.

March mengecup bagian kening Laucy dengan tersenyum senang.

Tidak lama, dokter tersebut membawa kembali bayi yang sudah tergulung dengan kain, berwarna biru. Dokter tersebut tersenyum ke arah March dan Laucy, dokter itu menatap ke arah March dan Laucy secara bergantian.

"selamat tuan, dan nyonya. Bayi anda laki-laki."

"can I look Him ??" March hampir-hampir tidak bisa mengendalikan suara haru penuh kebahagiaan itu, dia sangat senang, anaknya laki-laki. Ahh mungkin March akan ajarkan beberapa cara memukul dan menendang suatu saat nanti.

Dokter itupun menyerahkan bayi itu ke arah March. Betapa bahagia nya lelaki itu, saat anaknya berusaha untuk menggengam tangan ayahnya dengan jarinya yang mungil, dan matanya yang berusaha membuka untuk melihat wajah kedua orang tuanya.

"awhhh... Lihatlah dia, sangat lucu. Benar-benar mirip dengan ayahnya.." ujar March, membuat Laucy hampir terkekeh geli.

"yang benar saja, kau itu tidak ada imut-imut nya, bahkan lucu. Berikan padaku, aku ingin melihat wajah manisnya..." ujar Laucy membuat March sedikit cemberut hell, kenapa istrinya ini tidak pernah memuji nya sedikit pun, bahkan untuk mengatakan jika lelaki itu lucu. March kemudian menyerahkan bayi tersebut pada Laucy, dan gadis itu benar-benar senang nya bukan main.

"awhhh jadi ini Hmm, pelaku nakal yang menendang perut ibumu saat malam hari, Hmm ??"  ujar Laucy, membuat bayi tersebut tersenyum membuka mata dan melihat kedua orang tuanya begitu bahagia disana.

"awh...." Laucy sedikit meringis kesakitan saat merasakan sesuatu disana, hingga seorang perawat membuka suara tetapi terlihat dia sangat merasa bersalah.

"maafkan aku, aku menjahit luka mu. Aku takut membuat mu ketakutan, jika aku mengatakan dari awal."

"tidak apa, lakukan saja... Aku hanya sedikit terkejut."

Perawat itu mengangguk, dan melanjutkan tugasnya membuat tanda tanya di kepala March, tunggu jika berarti milik Laucy di jahit ??

"Ehm... Babe..." bisik March.

"Hmmm  ??"

"apakah itu artinya aku sudah tidak bisa memasuki mu ??"

Jika tidak mengingat ada bayi di tangannya, mungkin Laucy akan memukul kepala March, apalagi saat ini ada beberapa perawat lainnya yang masih harus membersihkan peralatan dan ada yang melakukan penjagaan. Bahkan di rasa suara March cukup besar, sehingga beberapa perawat menahan tawa mereka mendengar ucapan March yang terlewat frontal. Perawat yang sedang menjahit luka itu pun, harus menahan diri agar tidak tertawa atau dia akan membuat luka semakin besar nantinya.

"ishh... March..."

"Apa ?? I'm just asking..,"

Laucy memutar matanya malas. Tidak lama sebuah suara membuyarkan mereka, dan membuat keduanya menoleh melihat Andy, Lucy, dan Lautner masuk. Kebetulan proses penjahitan luka sudah selesai, karena itulah semua keluarga yang ada di luar di persilahkan untuk masuk.

"boleh aku lihat, cucu ku ??" tanya Lautner, membuat Laucy mengangguk dan menyuruh ayahnya itu untuk mendekatinya.

"lihatlah, Dad Lau.. Dia tampan sekali.." ujar Laucy menunjuk bayinya, sementara Lautner sendiri tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terharu. Dia begitu bahagia, cucu kecil kesayangan nya begitu lucu dan imut.

"tentu saja, bukankah aku ini bibit ungul. Tentu saja anak ku juga akan tampan seperti ayahnya." ujar March dengan penuh percaya diri, membuat Lucy dan Laucy menggelengkan kepala melihat tingkah March yang sangat percaya diri.

"siapa nama anak ini ??" tanya Lautner menatap ke arah Laucy dan March, membuat keduanya tersentak sadar jika sang bayi kecil itu belum memiliki nama. Sontak saja March dan Laucy memikirkan nama untuk bayi tersebut.

"bagaimana jika Malau ??" ucap March membuat Laucy menggelengkan, dan terlihat jika Lucy, Andy dan Lautner menolak nama tersebut. Nama yang sangat aneh dan tidak cocok bagi keluarga Richman.

"bagaimana jika Laurch ??? Dari Laucy dan March ??" ujar Laucy, membuat March berfikir.

Laurch ??? Bukan nama yang buruk, pikir March. Lagi pula nama itu sangat cocok untuk bayi kecil itu, dan Laurch bukan nama gadis.

"baiklah aku setuju, nama yang unik, dan keren."

Dan hari itu juga, bertambah lah rasa kebahagiaan dari Keluarga Richman tentang lahirnya anak March dan Laucy.

~keesokan harinya. ~

Edsel yang sudah frustrasi karena tidak menemukan Laucy, akhirnya mengetuk pintu kamar kakaknya Edward dengan perlahan. Tetapi tidak ada jawaban apapun dari dalam.

"kak ?! Edward ?!" masih tidak ada jawaban apapun, membuat Edsel begitu penasaran, sehingga lelaki itu mendobrak pintu kamar Edward dan...

Edsel terkejut mendapati Laucy terbaring di atas tempat tidur, dan Edward kakaknya memeluk Laucy dengan sangat mesra. Keduanya tampak sangat tenang seakan tidak terganggu dengan dobrakan pintu tersebut.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN ?!"

membuat Edward terbangun dan membuka matanya, melihat adiknya disana berdiri dengan tatapan terkejut, tetapi penuh emosi dan shock disana. Sepertinya adiknya itu kekurangan udara. Lihatlah betapa pucat nya wajah lelaki itu, Edward hanya menyeringai licik disana.

"Ohh hey, Edsel... Sedang apa kau disini ??"

Edsel mulai menatap tajam Edward, yang di balas tatapan acuh dan senyuman menyeringai mengejek dari ayahnya.

"kenapa kau tidur dengan Laucy ?! Bukankah kau sangat membenci dia ?! Apa maksud mu ini ?!" ucap Edsel dengan nada tinggi, membuat Laucy di sebelah Edward mulai menggeliat membuka matanya, menatap Edsel. Sejenak gadis itu tersentak kaget, dan mundur kebelakang hingga menabrak dada bidang Edward.

Laucy menoleh dan melihat Edward disana. Gadis itu sejenak melirik ke arah Edsel dengan rasa gugup dan takut, selimut dia tarik lebih ke atas untuk menutup seluruh tubuhnya. Dia tidak tahu harus berkata apa, dia sangat takut. Dia bahkan sedikit menempel pada dada Edward, seakan meminta bantuan pada lelaki itu untuk di lindungi. Edward pun merasakan tanda bantuan tersebut, jadi lelaki itu hanya terkekeh geli.

"astagaa... Edsel tidak perlu terlalu emosi, dan ngomong-ngomong kau pucat sekali, kau tidak mau minum Hmm ???" ujar Edward dengan nada santai, lelaki itu sengaja mengajak bicara Edsel, agar lelaki itu tidak lagi memandang ke arah Laucy.

~TBC~

Haii semuaa..

Akhirnya Author bisa menyelesaikan tugas online nya, 😖😵😵 setelah sekian lama, Author baru bisa update  (soalnya baru dapat istirahat ini)

Ngomong-ngomong gimana nihh tanggapan kalian buat chapter ini ???

Komen yaa...

My Bitch season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang