Chapter 16

590 83 8
                                    

Lucy masih terdiam di balik jendela kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucy masih terdiam di balik jendela kamarnya.

Matanya hanya menatap awan mendung diluar dengan hati yang terasa sangat hampa.

Perlahan ia menghembuskan napasnya. Fikirannya terus melayang pada Ryan. Fakta bahwa Lucy sulit melupakan Ryan adalah sebuah kesulitan baginya kali ini.

Lucy sulit mengatur kesehariannya dengan baik dan benar, bahkan tidurnya pun tidak lagi teratur. Lucy hanya mengharapkan hal yang menurutnya sangatlah mustahil.

Lucy berharap bahwa Ryan kembali ke rumah itu dan memulai semuanya dari nol.

Hingga tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, orang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya datang.

Dengan segera Lucy meraih mini bag miliknya dan menggunakan flat shoes berwarna cokelat miliknya. Ia tidak sabar untuk segera sampai di rumah sakit untuk melihat perkembangan bayi di perutnya, walaupun tidak bersama Ryan. Ia hanya menghabiskan seluruh kegiatannya yang melibatkan tenaga pria bersama James.

.
.
.

"Kepalaku selalu terasa sakit. Aku seperti ... Mengingat sesuatu yang bahkan sepertinya tidak pernah ku lalui sebelumnya. Aku tidak mengerti ada apa denganku." Tutur Ryan membuat Dokter Britney yang telah menangani Ryan sejak terjadinya kecelakaan itu mengernyitkan dahinya.

"Apa keluargamu tidak memberitahu mengenai ... Apa yang tengah kau lewati?" Tanya Dokter Britney membuat Ryan menggelengkan kepalanya.

"Apa?"

Sejenak Dokter Britney menarik napasnya dalam.

.
.
.

"Aku sangat senang, keponakan ku sangat sehat." Ujar James begitu bahagia setelah keduanya melangkah keluar dari lift. Namun Lucy masih terdiam, fikirannya entah tertuju akan hal apa. Fikirannya sangat kosong.

"Kau ingin minum?" Tanya James lagi membuat Lucy akhirnya menoleh ke arahnya dan mengangguk.

"Baiklah, aku akan ke food court. Kau tunggu disini, oke?" Ujar James yang langsung diberikan anggukan oleh Lucy.

Lucy menatap kepergian James hingga akhirnya hilang dari pandangannya.

Tiba-tiba seseorang menepuk salah satu bahu Lucy dan membuatnya membelalakkan kedua matanya.

.
.
.

L U C Y POV

"Pia?"

"Lucy!" Jerit Pia membuat semua orang yang berada di lobby mengalihkan tatapannya padaku dan Pia yang kini memeluk tubuhku dengan erat. "Bagaimana kabarmu?" Tanya Pia membuatku meringis di dalam hati.

Aku menatap jari jemariku dan kembali menatapnya. "Aku baik-baik saja." Jawabku bohong.

Seakan Pia mengetahui arti raut wajahku, ia mengusap salah satu bahuku dan membiarkanku merasakan ketenangan untuk sejenak. "Aku tahu apa yang terjadi pada Ryan, suami mu. Dan aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kau pasti melewati banyak kesulitan, jadi ayolah. Jangan menutupinya dariku Lucy." Tutur Pia membuat Lucy bersandar di salah satu bahu Pia dan membiarkannya terisak disana.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang