Chapter 8

614 91 6
                                    

"Itu kau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu kau." Katanya membuatku akhirnya benar-benar mematung dengan jari jemari tangan yang saling bertautan dengannya.

Aku benar-benar tidak bisa bergerak sekarang. Jantungku tidak bisa lagi menahannya, ia terus bergerak cepat didalam.

Apakah ia merasakan hal yang sama sepertiku?

Apakah ia hanya membual?

Tidak, aku harus membuktikan bahwa apa yang ia katakan adalah sebuah pernyataan.

Ia bergerak dari acara berbaringnya dan beralih untuk menatapku dari atas. Ia membiarkan kedua sikutnya bertumpu di sisi kiri kanan ku.

Ia benar-benar dekat denganku sekarang, bahkan aroma tubuhnya yang segar menyerbu indra penciumanku dengan cepat.

Wajahnya yang tampan terkena cahaya semburat bulan di malam hari hingga membuatnya terlihat lebih indah dan berkharisma. Ia benar-benar membuat sekujur tubuhku membeku.

"Bolehkah aku mengatakan sebuah kejujuran?" Tanyanya sedikit berbisik dengan suara serak yang khas tepat di depan wajahku. Hidungnya dan milikku hanya berjarak beberapa inci kali ini.

"Y-ya ... Katakanlah." Jawabku membuatnya perlahan menarik napas dan menghembuskannya lembut mengusap permukaan bibirku.

Berkali-kali matanya menatap bibirku dan mataku secara bergantian yang tentunya membuatku semakin gugup dan berubah menjadi patung. "Aku telah menyimpan rasa itu sejak pertama kali melihatmu. Aku menyukai senyummu, aku menyukai wajah kegugupanmu, aku menyukai caramu meminta maaf untuk pertama kalinya padaku." Tunggu, hei! Jadi ia menyimpan rasa itu lebih dulu dariku?

Sangat bahagia rasanya. "Aku bahkan menyukai setiap suara yang kau keluarkan, setiap kerlingan mata dan deru napasmu. Kau terlihat begitu sempurna di mataku hingga membuatku sangat berusaha keras untuk bisa mengetahui namamu saat itu." Nadanya semakin rendah dengan tatapannya yang meneduhkanku.

"Seakan Tuhan mengabulkan permintaanku, ia membuatmu melupakan ponsel di kursi teater dan membiarkanku mengantarkannya padamu. Aku katakan semua ini adalah takdir yang indah. Tuhan merestui cintaku untukmu Lucyana." Lanjutnya semakin membuatku tak berkutik.

Aku tersenyum bersamaan dengan air mata yang mengalir dari sudut mata melewati tulang pipiku. "Ryan ..." Gumamku gemetar.

Ia meraih salah satu tanganku dan menelusurinya dengan jari jemarinya hingga kemudian telapak tangan Ryan bersatu denganku di antara tubuh kami yang saling berhadapan. "Aku senang kau membuka pintu untukku Lucy. Aku bahagia kau bersedia mengenalku." Ryan belum selesai. Ia terus membuatku gugup dibawahnya.

Hingga tiba-tiba, Ryan mengarahkan tanganku yang ia genggam untuk mendarat di dada bidangnya yang terbalut kemeja bercorak garis berwarna biru laut. Aku dapat merasakan debarannya yang cepat sepertiku di telapak tanganku. "Apa kau merasakannya? Begitulah aku mencintaimu Lucyana." Ujarnya menatap mataku sungguh-sungguh.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang