Chapter 19

620 86 3
                                    

Air mataku mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air mataku mengalir. Langkahku menyeret tubuhku sendiri menelusuri trotoar yang basah bersama hujan gerimis yang mengguyur tubuhku.

Apa memang mencintai seseorang itu sesakit ini? Apa memang seperti ini orang-orang memperjuangkan cintanya? Tapi mengapa mereka bisa bertahan?

Mataku melihat beberapa pasangan yang tengah berdiri di bawah pohon dan halte bus. Sikap pria yang tengah melindungi wanitanya dari air hujan itu mengingatkan ku sekaligus mengiris hatiku secara perlahan.

FlashbackON

Aku menyodorkan sebuah kotak cincin berlapiskan beludru berwarna navy di atas meja. Oh astaga! James membuatku sedikit murka. Bagaimana bisa ia mencuri lagi foto-foto itu dari kamar ku?

Aku menunduk dan tersenyum. "Itu adalah cincin pernikahanku, milikmu masih ada bersamamu." Kataku berakhir menatapnya. Aku menelan saliva ku susah payah, menahan jeritan dan isak tangis ku disana. "Aku tidak tahu sekarang cincinmu ada dimana, karena terakhir kali aku memasangkannya di jarimu. Dan sejak kemarin aku tidak melihatnya lagi."

Ia terlihat menghela napasnya. "Bagaimana bisa aku percaya jika hanya ini bukti yang kau bawa?" Aku menatapnya tidak percaya. Seperti inikah dirinya yang sebenarnya?

Aku menarik napasku dalam-dalam seraya memejamkan kedua mataku. Bulir air mata kembali menghiasi sudut mataku. Aku tertawa kecil sembari menatap jari jemariku.

Namun aku gagal, aku gagal menertawakan diriku yang menyedihkan ini sambil memandang wajahnya.

Aku terisak sekarang, "Tolong, beri aku kesempatan dan ... Kembalilah padaku Ryan. Ada yang lebih membutuhkan mu dibandingkan aku."

FlashbackOFF

Sesulit itukah kau mempercayaiku?

Sesulit itukah kau menerimaku di dalam hidupmu lagi walaupun kembali mulai dari nol?

Aku memeluk erat tubuhku sendiri.

Tubuhku menggigil dan aku bergumam, "Maafkan aku, aku tidak bisa membawanya kembali sayang. Maafkan aku ..." Lirihku sembari mengusap perut rataku sendiri.

Anggap saja aku orang gila, karena memang begitulah orang-orang di sekitarku menatapku saat ini.

Hingga tiba-tiba, hujan berhenti mengguyur tubuhku.

Ya, hanya tubuhku. Aku tertegun sejenak.

Aku menoleh ke arah sisi kiri ku. Mataku membelalak ketika mendapati seseorang tengah melindungi ku dan dirinya sendiri dari hujan di bawah payung berwarna hitam yang ia genggam.

"R-Ryan?" Gumamku menyebutkan namanya.

Ia menatapku tanpa seulas senyum sedikitpun, "Jangan biarkan dirimu terguyur hujan seperti ini atau kau akan sakit." Tuturnya membuatku seakan diberikan sebuah harapan olehnya.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang