Chapter 9

587 84 1
                                    

L U C Y POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

L U C Y POV

Ryan menghentikan mobil mewahnya di sebuah rumah yang lebih pantas di katakan sebagai istana.

Taman yang luas dan hijau, air mancur berukuran besar yang terawat di tengah pekarangan dan pohon-pohon besar yang ada di setiap sisi rumah. Sangat mewah dan besar.

Ryan benar-benar jauh berbeda denganku. Ia sangat tampan, muda dan kaya. Bahkan kini posisinya adalah CEO besar di perusahaan milik keluarganya, Ed Company.

Sedangkan aku? Aku hanya seorang gadis yatim piatu yang tinggal sendirian di frat berukuran sedang dan hanya memiliki James dan Pia di hari-hariku. Dan mulai saat ini, Ryan masuk ke dalam daftar orang-orang terdekatku nomor 3.

Hidupku sangatlah membosankan. Aku tidak bisa membeli apapun sesuka hatiku. Aku hanya pergi untuk belajar, lalu pulang dan menonton film. Tidak ada kegiatan lain.

"Sayang?" Ryan sedikit mengejutkan keberadaanku yang rupanya masih melamun. Sedikit ia terkekeh melihat wajahku yang pasti sangatlah tidak terkontrol "Kau baik-baik saja? Jika kau belum siap ..."

"Aku siap, Ryan." Kataku mencoba meyakinkannya. Ia terlihat sangat bersungguh-sungguh, dan aku tidak ingin membuat setitikpun noda kekecewaan di hatinya.

Aku perlu mengakui, bahwa aku sudah masuk ke dalam tahap mencintainya begitu dalam. Aku tidak ingin ia merasakan kekecewaan karena ku.

Ia tersenyum ke arahku dan menggenggam tanganku. "Aku tahu kau sangat gugup, tapi kau harus ingat apa yang aku katakan padamu satu ini." Katanya sembari menatapku dalam. "Bahwa cintaku padamu tidak akan pernah di kalahkan oleh siapapun dan apapun. Sejauh apapun kau berlari, aku akan terus mengejarmu. Aku sangat bersungguh-sungguh dan sangat yakin untuk menikahimu ... Dan menjadikanmu sebagai ibu dari anak-anakku." Aku meneteskan air mata. Hatiku ... Perasaanku begitu tersentuh akan kalimat dan sikap lembut yang ia berikan padaku.

Aku tersenyum padanya yang sama-sama menatapku lembut. Ia perlahan mengecup bibirku sekilas sebelum mengusap air mata di pipiku sambil tertawa kecil dan mencubit hidungku seperti biasanya.

Ia melangkah keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untukku. Tangannya terulur meraih tanganku dan menggenggamnya erat.

Kami melangkah berdampingan menaiki beberapa anak tangga hingga mencapai sepasang pintu kayu yang di ukir sedemikian rupa. Ia menatapku sembari mengangguk pelan dan menarik napasnya dalam.

Aku sama-sama menarik napasku mencoba menenangkan hati dan fikiranku yang semakin kacau. Aku tidak ingin kedua orang tua Ryan yang begitu terhormat menilai ku buruk dalam pertemuan pertama.

Aku harus memberikan kesan yang baik tentunya.

Ketika sepasang pintu itu terbuka, kedua mataku membelalak melihat isi rumah yang jauh lebih besar dari yang aku kira. Bahkan mungkin bagian dalam rumah berukuran lebih besar daripada halaman yang padahal sudah sangat luas.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang