Chapter 66

423 54 3
                                    

Mata itu masih menatap wanita dihadapannya dengan begitu intens dari ujung kaki hingga ujung kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata itu masih menatap wanita dihadapannya dengan begitu intens dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Wow." Gumam Henry untuk kesekian kalinya membuat Pia memutar bola matanya jengah.

"Kau sudah menggumamkannya sebanyak 9 kali, dengan yang tadi jumlahnya jadi 10." Tukas Pia sembari melangkah menuju kursi putar milik Henry.

Henry tertawa di tempatnya sembari pandangannya masih mengikuti kemana tubuh tinggi Pia itu melangkah. "Kau lucu." Kekeh Henry justru tidak membuat Pia tertawa. "Tumben sekali kau berpakaian seperti ini ..."

"Kenapa? Apa tidak cocok untukku?" Tanya Pia, dengan cepat Henry melangkah menghampiri wanita yang tengah melihat beberapa kertas kerja milik Henry di atas mejanya.

"Sangat cocok, aku sampai terpesona padamu." Tukas Henry menggoda seperti biasanya hingga membuat Pia menatapnya jahil. Pria di dekatnya itu selalu bisa membuat hatinya luluh dan salah tingkah.

"Cih." Kekeh Pia membuat Henry meraih tangan Pia kemudian melangkah duduk di atas kursi putarnya.

"Kemarilah." Tangannya bergerak menepuk pahanya meminta Pia untuk duduk disana.

Dengan sekali tarikan Henry berhasil membawa Pia ke atas pangkuannya. "Jangan mencoba menggodaku." Tukas Henry membuat Pia tertawa kecil.

"Aku tidak menggodamu, aku di undang makan malam dirumah Lucy dan kau harus ikut." Henry mengernyitkan dahinya.

"Begitukah? Apa Ryan ada disana?" Tanya Henry dan Pia mengangguk mantap.

"Tentu saja, Ryan kan suami Lucy." Pia terkekeh menjawab pertanyaan konyol dari Henry.

Pria itu mengeratkan rengkuhannya pada pinggang ramping Pia, "Baguslah. Sebelumnya mereka bermesraan di depanku, sekarang aku akan membalasnya." Pia menangkupkan tangannya pada pipi Henry yang terlihat semakin bulat dengan gemas.

"Tujuan mu balas dendam rupanya hm?" Kekeh Pia dan Henry mengangguk mantap di tempatnya.

"Tentu saja, apalagi sekarang Lucy sedang hamil. Pasti Ryan kesepian." Tawa Henry pecah seketika. Sedangkan Pia terdiam memikirkan kalimat yang baru saja Henry katakan.

"Kesepian?" Keningnya mengernyit.

Henry mengangguk dengan bekas tawa puas di wajahnya, "Ya, tentu saja Ryan kesepian karena dia tidak mendapat jatahnya."

'Tidak mungkin. Apa alasannya mabuk dan bertemu wanita lain itu karena ... Kesepian? Lucy akan benar-benar sakit hati.'

.
.
.

L U C Y POV

"Kau sudah selesai bertemu dengan Pia?" Tanya Ryan dan aku mengangguk.

Aku tersenyum melihat wajahnya saat ini, walau hatiku masih bertanya-tanya ... Siapa wanita itu?

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang