🕯Epilog '20

590 78 9
                                    

R Y A N POV

Pagi ini begitu cerah, dan hal itu membuatku berhasil melupakan rasa nyeri di kepalaku sejak semalam.

Entah mengapa ... Kilasan-kilasan itu kembali menyerbu otakku.

Seperti memperlihatkan beberapa hal yang pernah kulalui di masa lalu, namun sialnya semua itu hanya membuat ku sakit kepala.

Aku tidak mendapatkan jawaban apapun dari kilasan-kilasan itu.

Bagiku hal itu hanya menyiksa ku.

Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa kehilangan sebagian memori di otakku.

Apa benar semua yang dikatakan Dokter Britney itu?

"Kau mengalami cedera yang cukup parah Ryan, kau kehilangan sebagian memori di otak mu."

Aku masih menatap kosong ke arah rerumputan dari balik jendela, dan perkataan Dokter itu kembali terbesit di benakku.

"Kau sungguh tidak mengetahuinya? Apa orang tua mu tidak memberitahu mu? Astaga ..."

Aku menghela napas sejenak. Aku tidak yakin dengan itu, tapi ...

Tiba-tiba dering ponsel membuyarkan lamunanku. Aku melangkah mendekati meja dan meraih ponselku yang tengah menampilkan nama Jassy disana.

Aku tersenyum. Aku sangat merindukannya, "Sayang?" Tanyaku lebih dulu.

"Sayang ... Aku ingin bertemu denganmu hari ini, bisa kan?" Tanyanya dengan nada merajuk, nada bicara yang selalu ku rindukan setiap waktu dan membuat ku bangun.

Aku terkekeh, "Ya, datanglah semaumu. Aku akan bicara pada pihak resepsionis agar kau selalu bisa masuk dan keluar kantorku kapanpun kau mau." Tukasku sebelum menyesap segelas kopi di tanganku. 

Ia bersorak gembira di seberang sana hingga membuatku kembali tersenyum, "Aku mencintaimu sayang." Ujarnya dan aku mengganggukkan kepalaku.

"You're welcome honey." Jawabku. "Tapi sebagai gantinya ..."

"Apa?"

Aku menyeringai, "Kau harus ke apartment ku malam ini, aku merindukanmu."

.
.
.

Pagi-pagi sekali seperti biasanya, aku baru saja sampai di gedung kerajaanku. Dan suatu hal terlintas saat kebetulan kini aku berada di lobby Queen Company, "Tian, tolong catat nama ini baik-baik agar ia dapat masuk bertemu denganku walau tanpa janji temu." Pintaku dan dengan sigap ia menaruh jari jemarinya di atas keyboard.

"Jassy Ashley." Ujarku dan ia mengangguk mengerti.

"Baik, sudah saya catat pa."

Aku menganggukkan kepalaku. "Bagus, tolong ingat namanya baik-baik." Ujarku sebelum melangkah berlalu dari meja resepsionis.

Namun belum mengambil langkah ke tiga, aku memutuskan untuk memutar tumitku dan kembali menghampiri Tian di meja resepsionis. "Satu lagi ..."

Ia kembali menaruh jari jemarinya di atas keyboard siap mengetik nama yang akan ku sebutkan. Perlahan aku tersenyum, "Lucyana Scott."

Epilog '20 the end ...

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang