Chapter 72

494 63 8
                                    

1 years later

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 years later . . .

Kehadiran seorang pria dengan pakaian rapi nya itu membuat tiga wanita di dalam ruangan tersebut melangkah keluar meninggalkan sepasang suami istri yang tengah berbahagia.

Ryan melangkah menghampiri wanita bertubuh ramping yang tengah menatap bayangannya di pantulan cermin itu kemudian memeluknya dari belakang dengan manis.

Ia menaruh dagu nya di salah satu bahu Lucy yang terbuka. Sesekali ia mengecup kulit putih Lucy dengan lembut hingga membuat sang empu merinding.

"Kau sangat cantik." Bisik Ryan, Lucy tersenyum menatap Ryan dari pantulan cermin.

"Ya, aku sangat cantik dengan gaun 600$ ini." Sindir Lucy membuat Ryan tertawa di tempatnya.

Ryan melangkah duduk di sebuah kursi tanpa melepas genggaman tangannya pada Lucy. "Kemarilah." Pinta Ryan menepuk pangkuannya.

Lucy tersenyum kemudian duduk di atas pangkuannya. Kedua tangannya ia taruh di kedua bahu lebar milik Ryan sembari menatapnya.

"Kau sangat menggoda dengan gaun merah." Tukas Ryan begitu rendah membuat Lucy memukul kecil dada bidang Ryan sambil tersipu malu. "Aku serius sayang." Bisik Ryan.

"Baiklah, terima kasih." Ujar Lucy sambil terkekeh.

"Hari ini kau sudah selesai kan?" Tanya Ryan membuat kening Lucy mengernyit.

Ia tahu kemana arah perbincangan itu dan berfikir untuk bermain sedikit pada Ryan.

"Um ... Belum." Lucy menggelengkan kepalanya hingga membuat Ryan menghela napas di tempatnya.

"Kapan kau akan selesai? Hari ini sudah hari ke tujuh." Rengek Ryan sembari menaruh kepalanya di dada Lucy.

Diam-diam Lucy tertawa melihat penderitaan suaminya yang telah berlangsung 1 minggu itu.

.
.
.

L U C Y POV

"Kapan kau akan selesai? Hari ini sudah hari ke tujuh." Aku terkikik dalam diam melihatnya begitu menderita selama satu minggu terakhir ini.

"Ya, aku tidak tahu. Bulan ini periode nya melebihi satu minggu." Tukasku kembali membuatnya mendengus kesal di dadaku.

Tiba-tiba ia menengadah menatapku, "Kau tidak berbohong kan?" Tanyanya membuatku menelan saliva ku susah payah.

Apa ia mencurigaiku?

"T-tidak ..." Tukasku padanya yang kembali memeluk tubuhku erat.

"Baiklah, aku akan tetap menunggumu selesai." Ujar Ryan begitu putus asa. Ia bahkan sudah menjadi Ayah dari 2 orang anak kembar dan 1 anak di surga sana, tapi sikapnya tidak memperlihatkan sosok seorang Ayah sama sekali.

Ia masih senang merengek padaku, apa Ryan ingin menyaingi Aina dan Aiden? Astaga lucu sekali.

"Apa rasa ASI itu enak?" Kedua mataku melotot ke arahnya.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang