Chapter 89

478 53 6
                                    

R Y A N POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R Y A N POV

"Aku pulang ..." Tukasku ketika baru saja sampai di dalam rumah.

Sangat lelah dan pening, itulah kondisiku sekarang.

Namun seketika semua lelah itu luruh dalam sekejap ketika Lucy, Aiden, Aina dan Dylan menghampiri dan menyambut kehadiranku.

"Daddy!" Pekik Aiden dan Aina sebelum keduanya benar-benar berada di dalam pangkuanku.

Dylan pun terlihat begitu antusias. Ia menepuk kedua tangannya berkali-kali sampai menjerit-jerit. "Daddy!" Tukas Dylan membuatku tertawa bersama Lucy.

Pasalnya cara Dylan menyebut Daddy padaku masih sangat lucu dan cadel.

"Hai sayang, jagoan-jagoan Daddy." Sapaku.

Aku yang tengah membawa Aiden dan Aina pun melangkah maju untuk mengecup kening Lucy dan tidak lupa dengan Dylan.

"Kau sudah makan malam?" Tanya Lucy.

Aku menggelengkan kepalaku, "Belum, aku harus makan di rumah bersama anak-anak." Ujarku sembari mengecup singkat kepala Aiden dan Aina.

Lucy terkikik, "Baiklah, ayo masuk. Kita sedari tadi menunggumu." Tukasnya sembari melangkah menuju ruang makan.

Ia adalah seorang wanita yang begitu sempurna bagiku.

Ia telah berhasil menjadi Istri sekaligus Ibu yang baik untuk keluarga kecilku, bagaikan malaikat tak bersayap.

Aku yakin banyak sekali pria yang menyukai Lucy, dan aku bangga mendapatkan dan memiliki hatinya.

"Sayang? Kenapa diam saja, ayo?" Aku tersenyum. Lucy kembali ke arahku dan membawaku bersama Aiden dan Aina ke arah meja makan.

Dan sesampainya disana Lucy benar-benar sudah siap dengan semua hidangan di atas meja makan. Wanginya sangat harum dan mampu menggugah selera dalam sekejap.

"Kau yang memasaknya?" Tanyaku sembari menggerakkan kedua tanganku mengikuti arah Lucy yang tengah melepaskan jas di tubuhku.

"Ya, bisa dibilang begitu. Aku memasak sebagian setelah beberapa di bantu Farah. Kau tahu? Yuna lebih pantas menjadi pengasuh Dylan, Aiden dan Aina." Kekeh Lucy membuatku mengecup salah satu pipinya singkat. Ia tersenyum, dan jantungku berdebar cepat.

"Kalau begitu tugaskan Yuna untuk mengasuh anak-anak saja, kasihan jika dia meng-handle dua pekerjaan sekaligus." Tukasku sembari mendaratkan bokong di atas kursi.

Lucy melangkah ke arah Aiden, Aina dan Dylan untuk menghidangkan makanan mereka dengan begitu telaten, namun sialnya aku malah salah fokus. Pakaian tidurnya yang rendah itu membuatku sulit mengedipkan mata.

"Tadinya juga aku akan memutuskan seperti itu, tapi aku menunggu keputusan darimu terlebih dahulu sebagai kepala keluarga." Katanya sembari menyendokkan beberapa lauk ke atas piring.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang