🕯Epilog '23

577 78 8
                                    

Tok... Tok... Tok...

"Masuk ..."

Seorang wanita melangkah keluar dari balik daun pintu dengan lenggak lenggok yang menarik tanpa dibuat-buat. 

Tubuhnya yang tidak kurus dan tidak gemuk itu terlihat sempurna di dalam balutan rok ketat dan kemeja putih yang tipis. 

High heels setinggi 15cm yang membuatnya cukup sulit berjalan itu menepuk ubin hingga menimbulkan suara nyaring yang terkesan seksi menghampiri Henry yang tengah berkutat dengan beberapa lembar CV di tepi meja kerjanya. 

Henry menegakkan tubuhnya menerima kehadiran wanita bertubuh seksi itu dan menebar senyum terbaiknya. "Julie Dorman? Silakan duduk." Tukas Henry yang langsung di berikan anggukan oleh wanita bernama Julie itu. 

Henry mendaratkan bokongnya disebuah single sofa andalannya setelah menerima uluran tangan dari Julie.

"Baik, darimana aku harus memulai?" Tanya Julie begitu saja karena kegugupannya dan Henry mengernyitkan dahinya kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. 

"Oke, aku suka semangatmu." Kekeh Henry yang disusul tawa nyaring wanita itu. 

"Ah! Bisa saja!" Wanita itu memukul kecil lengan Henry secara tiba-tiba hingga membuat Henry cukup terkejut atas sikapnya yang begitu nyeleneh. 

Julie yang menyadari respon dari Henry itupun meringis diam-diam dan membenarkan sebuah alat kecil yang ia pakaikan ditelinganya, dua orang temannya diseberang sana terdengar sangat gembira di seberang sana.

Henry yang memasang raut terkejut itupun dengan cepat menggantikannya dengan senyuman tidak tulusnya. "Baik, bisa ceritakan pengalaman mu sebelum akhirnya melakukan interview di perusahaan Head Company ini?" Tanya Henry.

Wanita itu menggeserkan tubuhnya untuk berada di ujung sofa yang dimana letaknya lebih dekat dengan keberadaan Henry. "Sebelumnya aku pernah magang di sebuah perusahaan yang sama besarnya seperti Head Company ini. Aku ditugaskan sebagai asisten sementara CEOnya. Sekretarisnya mengundurkan diri dengan alasan karena ia sudah pensiun." Tutur wanita itu membuat kening Henry mengerut.

"Perusahaan yang sama besarnya seperti Head Company? Perusahaan apa?" Henry begitu dibuat penasaran.

Namun tanpa diduga, wanita itu menggerakkan tangannya dan mendaratkannya di salah satu paha Henry dengan menggerakkannya secara naik turun. "Kau ingin mengetahuinya?" Wanita itu mengerlingkan matanya nakal.

Henry mendengus dengan tawa disela-selanya. "Ya, katakanlah." Ujar Henry dan wanita itu kini melepaskan kancing teratas kemeja tipisnya.

"Oh astaga, apa kau tidak kepanasan?" Henry semakin menyeringai dan menatap wanita itu dengan geli.

"Apa kau menggodaku? Dengar, aku tidak akan tertarik sama sekali padamu. Jadi katakanlah yang sebenarnya kemudian keluar dan menunggu hasilnya." Tutur Henry santai.

Wanita itu mendengus kesal, namun tentu saja Julie tidak menyerah. Karena tujuan utamanya men-drop CV nya ke Head Company pun adalah untuk hal-hal seperti ini. Julie benar-benar jatuh cinta pada Henry walau hanya dengan melihat fotonya di internet. Dan selain itu Julie juga harus menjalani hukuman dari teman-temannya dalam permainan Truth or Dare beberapa hari yang lalu.

"Oh ayolah ..." Julie merajuk, ia beranjak dari sofa dan melangkah mendekati Henry. Hingga langkahnya terhenti di belakang tubuh Henry bersama kedua tangannya yang ia usapkan di kedua bahu tegap Henry. "Kau tidak ingin bermain dulu sebentar denganku?" Bisik Julie.

Henry menyeringai. Tangannya menarik Julie dan membawanya ke atas pangkuannya. Julie cukup terkejut akan hal itu. "Begitukah? Kau ingin aku mengalah dengan pertahananku hm?" Parau Henry. Hati dan batin Julie menjerit bahagia sekaligus gugup setengah mati.

Henry menyambar bibir ranum wanita yang tengah mematung di atas pangkuannya itu dengan cepat. Lumatannya membuat sedikit tubuh Julie terhuyung ke belakang, namun dengan cekatan Henry melarikan salah satu tangannya ke belakang tengkuk Julie sehingga bibir itu saling bersentuhan dengan sempurna.

Julie melenguh ketika bibir itu digigit dengan lembut oleh pria idamannya selama ini. "Kau memang menginginkannya? Kau salah karena menyerahkan diri pada singa lapar." Seringai Henry.

Dan Henry mulai mengerti mengapa dirinya selalu gagal dalam suatu hubungan. Ia mengakui kenakalannya terhadap setiap wanita. Ia selalu memiliki perasaan ketertarikan pada setiap wanita, tidak terkecuali Lucy.

Ia hanya akan memperlakukan Lucy sebagaimana pada wanita-wanitanya yang lain, selain itu tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan Ryan.

Epilog '23 The End ...

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang