Chapter 28

605 80 19
                                    

"Sampai jumpa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sampai jumpa." Henry melambaikan tangannya padaku sebelum akhirnya memasuki mobil hitamnya dan melaju pergi menjauhi kawasan rumahku.

Aku memutar tumitku dan mengunci pintu. Suasana diluar sangat dingin, bagaimana bisa Ryan melepaskan jaketnya seperti itu?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tidak habis pikir sebelum akhirnya melangkah menghampiri Ryan yang masih memejamkan kedua matanya di atas sofa.

Kedua lututku mendarat di atas ubin, tepat di samping Ryan yang masih menikmati alam bawah sadarnya.

Perlahan aku tersenyum ketika memandangi wajah damainya. Melihatnya menutup kedua matanya dengan damai seperti ini membuatku lupa akan semua hal yang ia lakukan padaku hingga membuatku menangis dan putus asa. "Aku melupakan semua kesalahanmu padaku, Ryan. Karena aku selalu memaafkanmu." Gumamku bergetar.

Air mataku perlahan kembali membasahi pipiku.

Aku menggigit bibirku kuat, aku tidak ingin terisak kemudian membuatnya terbangun.

Jari jemariku tanganku bergerak. Tanganku sangat ingin menyentuh wajahnya, entah mengapa. Keinginanku untuk melakukannya sangatlah kuat.

Apakah karena kekuatan dari keinginanku dan juga anakku di dalam perut yang membuat tanganku bergerak begitu saja menyentuh permukaan kulit wajahnya yang terasa sedikit kasar.

Ia belum mencukur bulu halus di wajahnya, dan hal itu membuatku kembali tersenyum perih. Kenangan-kenangan itu seakan tidak ada habisnya.

Setiap hal yang aku lakukan, setiap tempat yang aku kunjungi seakan memiliki momen tertentu antara diriku dan pria dihadapanku ini.

Kenangan dimana ia selalu merengek memintaku untuk merawatnya bahkan mengeramasi rambutnya. Dimana ia selalu memeluk perutku dengan erat dan menelusupkan wajahnya di dadaku dan lekukan leherku.

Ia selalu memintaku memeluknya hingga ia terlelap di dalam dekapanku.

Aku menangis sekarang. Aku terisak, sangat sulit untuk menahannya.

"Aku menginginkanmu Ryan, aku merindukanmu. Aku rindu ... Aku merindukanmu. Aku mencintaimu ... M-maafkan aku ... Maafkan aku sayang, aku mohon kembalilah. Aku mohon ingatlah siapa aku di dalam hidupmu. Ingatlah keberadaanku di dalam hidupmu yang sesungguhnya sayang ... Aku merindukanmu." Isak ku menjadi.

Tenggorokan ku bergetar. Hatiku sangat nyeri rasanya. Namun ada sebuah rasa lega ketika aku mampu mengucapkannya dengan keras di hadapan wajahnya walaupun ia tidak berada dalam kondisi tersadar. Tapi aku puas bisa mengatakan hal itu padanya.

Mengatakan betapa aku menginginkannya. Betapa aku merindukannya dan mencintainya.

Ibu jari tanganku masih setia mengusap wajahnya. Bagaimanapun ini adalah kesempatanku mampu menumpahkan sekian persen kerinduanku padanya.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang