Chapter 45

522 72 3
                                    

A U T H O R POV1 Week Later

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A U T H O R POV
1 Week Later . . .

"Kau sungguh akan tinggal di Amerika? Bukankah itu sangat jauh?" Pia memeluk tubuh Lucy. Keduanya menangis dan terisak bersama-sama di tengah cuaca yang begitu mendung.

"Aku tidak ingin pergi Pia ..." Lirih Lucy membuat Pia bertekad untuk terlihat lebih tegar. Ia tidak ingin langkah sahabatnya semakin berat.

Ia melepas dekapannya dan menatap wajah Lucy dengan mata sembabnya. Ibu jari tangannya bergerak menghapus air mata di pipi Lucy. "Jangan menangis, oke? Kita masih bisa saling menelefon, video call? Pasti akan sangat sulit tapi ... Percayalah aku akan berusaha terus menghubungi mu." Tukas Pia membuat Lucy mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali memeluk tubuh Pia.

"Terima kasih ... Terima kasih Pia." Lirih Lucy yang langsung di sambut dengan usapan lembut dari Pia.

"Aku menyayangimu." Tukas Pia membuat Lucy yang kini melepaskan pelukannya itu tersenyum dan tertawa kecil.

"Aku juga menyayangimu sahabatku." Balas Lucy membuat keduanya tertawa kecil.

Hingga tiba-tiba James melangkah masuk ke dalam kamarnya yang beberapa hari terakhir itu di gunakan oleh Lucy.

Pia menatap keberadaan James yang hendak membawa koper milik Lucy di balik daun pintu. "Tunggu ..." Sergah Pia saat James hendak melangkah keluar dengan dua buah koper di kedua tangannya. Kedua mata Pia membelalak, "Kau tidak akan pergi sekarang kan?" Tanya Pia menatap Lucy terkejut.

Lucy beralih menunduk dan menatap Pia lagi dengan berlinang air mata, "Maafkan aku ..." Tukas Lucy gemetar.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku ..." Lirih Pia menggenggam erat tangan Lucy dan mengusapnya lembut dengan ibu jarinya.

"Aku yang memutuskannya. Lucy tidak tahu apa-apa." Ujar James sebelum melangkah turun menuju lantai 1.

"Lucy, tunggu sebentar ya." Pia beranjak dari hadapan Lucy yang hendak menghentikan langkah Pia. Namun ia terlambat.

Lucy tidak protes, fikirannya masih terlalu penuh dengan Ryan.

.
.
.

"James!" Pekik Pia berkali-kali sembari mengikuti James yang terus melangkah menuju ruang tamu.

Hingga James sampai di tempatnya, ia menaruh dua buah koper itu ke atas lantai kemudian memutar tumitnya untuk menghadap ke arah Pia dengan sedikit malas. "Apa?" Tanya James begitu tidak berminat.

"Apa katamu? Apa kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Pia begitu kecewa.

"Ya, aku sadar. Aku tidak sedang mabuk atau linglung. Aku dalam keadaan sadar." Tukas James begitu santai. Ia hendak beranjak dari hadapan Pia, hanya saja cengkraman kuat dari Pia membuat langkahnya kembali terhenti.

"Apa kau tidak sadar bahwa apa yang kau lakukan ini justru membuat Lucy semakin tertekan? Kau bahkan membuat semua impian dan perjuangannya sia-sia ..."

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang