Chapter 15

611 76 8
                                    

A U T H O R POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A U T H O R POV

Pria bertubuh tinggi itu masih menatap awan yang gelap dari balik jendela. Ia tidak tahan dengan suasana rumah sakit, Ryan ingin cepat kembali ke apartmentnya.

Tiba-tiba fikiran itu terlintas. Wanita berkulit putih dan bertubuh mungil yang baru saja menangis beberapa jam yang lalu karena dirinya.

Ryan berusaha berfikir, siapa wanita itu sebenarnya?

"Astaga! Wanita macam apa yang membuatku terus berfikir." Desisnya sendiri. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal.

Hingga tiba-tiba pintu dibelakangnya terbuka menandakan adanya seseorang yang masuk ke dalam ruangannya.

"Kau sudah pulih Ryan?" Tanya pria yang baru saja datang itu.

Ryan yang sudah hafal dengan suara itu hanya menghembuskan napasnya pelan sebelum ia benar-benar memutar tubuhnya dan melihat keberadaan Ayahnya yang tengah memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Ryan mengangguk-anggukkan kepala sembari melangkah menuju sebuah sofa didekatnya. "Aku sangat pulih. Aku meminta dokter untuk membiarkan ku menjalani perawatan dirumah." Kata Ryan sembari melahap anggur di atas meja.

Christian menyeringai. "Ya, kau harus pulang. Perusahaan sangat-sangat membutuhkanmu."

.
.
.

"James?" Lucy terkejut.

James menatap Henry dengan heran sebelum kembali menatap adiknya. "Sudah malam, ayo masuk." Kata James membuat Lucy mengernyitkan dahinya heran.

James sangat berbeda seperti biasanya dan Lucy sangat menyadarinya. "Terima kasih." Ujar Lucy sebelum James menyeret secara halus tubuh Lucy untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah berhasil menutup pintu, James membelalakkan kedua matanya ke arah Lucy. "Lucy? Jelaskan." Tukas James membuat kedua bola mata Lucy memutar malas.

"Jelaskan apa?"

"Pria tadi." Jawab James cepat.

Lucy menghembuskan napasnya. "Aku baru mengenalnya, dia temanku. Kenapa?" Kini giliran Lucy yang menatap James dengan tatapan meng-introgasi.

"T-tidak."

"Kau tidak mengiraku selingkuh kan? Aku sudah bersuami dan bahkan aku sudah punya anak James-"

"A-apa?" Lucy menggigit bibirnya kuat. Ia mengatakannya tanpa sengaja, James akan semakin mencemaskannya jika mengetahui kehamilannya. "Apa yang baru saja kau bilang tadi?" Tanya James lagi.

Lucy menatap ke arah lain sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak ada."

"Kau bohong Lucy, katakan padaku." James mengikuti langkah Lucy yang hendak menaiki anak tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Hingga akhirnya James meninggikan volume bicaranya. "Lucy!"

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang