Chapter 5

821 98 6
                                    

L U C Y A N A POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


L U C Y A N A POV

Aku masih berdiri disini. Di ujung bangunan bersama langit yang terang akan bulan yang tiada bosannya menemani malamku.

Bintang-bintang yang berkelip perlahan membuatku tersenyum sendiri bersama segarnya semelir udara bersih ketika sebagian besar manusia terlelap di tengah malam.

"Ryan?" Gumamku menatap salah satu bintang yang paling bersinar di antara yang lainnya.

Aku berfikir. Firasatku baik kali ini. Mungkinkan Ryan akan membuatku lebih bersinar?

Aku rasa ia bukan pria jahat. Ia terlihat baik di mataku. Entahlah, hanya itu yang ku lihat darinya untuk pertama kalinya.

Ia begitu menawan dengan lubang sempurna di kedua pipinya ketika tersenyum. Suaranya berat dan khas menurutku.

Astaga! Ia membuat otak ku penuh akan semua bayangan dirinya sendiri.

Seakan bintang-bintang itu mendengar suara hatiku, mereka berkelip menarik perhatian ku. Aku tertawa kecil. "Kalian mendengarku?" Tanyaku pada taburan bintang di atas langit.

Dan lagi, mereka berkelip seperti mengatakan iya dari pertanyaanku.

Aku menghembuskan napasku perlahan sembari menatap kagum hiasan indah yang begitu sempurna ciptaan Tuhan itu. "Apakah ... Ini yang dinamakan jatuh cinta?" Tanyaku lagi sedikit bergumam.

Aku menunggunya. Aku menunggu taburan bintang itu kembali berkelip mengiyakan pertanyaanku.

Wajahku masih menengadah cukup lama hingga akhirnya rasa kecewa menggerayangiku. Aku kecewa karena mereka tidak menjawab pertanyaanku.

Aku hendak menurunkan pandanganku ke bawah, namun belum selesai dari rencana ku mereka berkelip. Mereka berkelip dan membuatku kembali tersenyum bahagia.

"A-aku sedang jatuh cinta?" Gumamku tergagap.

Hingga tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku dan mengejutkanku. "Lucyana! Lucy Lucy ku rupanya sedang melamun, kau bicara lagi pada bintang?"

Kedua mataku membelalak melihat keberadaan kakak ku sekaligus keluarga yang kumiliki satu-satunya. "James!" Pekikku beranjak melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan memeluk tubuhnya erat. Aku tidak peduli ia akan kehabisan napas karena ku.

"Hei! Lepaskan, tenggorokan tercekik ... Aish! Astaga." Celoteh James hanya membuatku tersenyum lebar padanya.

"Kapan kau kembali? Kenapa kau tidak menghubungiku?" Tanyaku bertubi-tubi membuatnya terlihat menggaruk tengkuknya.

"Duduklah, aku membawakan banyak makanan untukmu." Ujarnya sembari melangkah dan duduk di tepi susunan kayu yang berukuran lebar.

Tempat dimana biasanya aku menikmati malam yang begitu cerah sembari berbaring hingga tertidur pulas. Tempat dimana aku selalu makan dan berbincang hingga bercanda ria bersama orang-orang terdekatku.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang