Chapter 39

609 88 7
                                    

FlashbackON

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FlashbackON

"Aku tidak menyangka kau melakukannya. Kau benar-benar brengsek." Sarkas Henry.

Ryan kini benar-benar diam. Ia menarik rambutnya, "Aku melakukannya karena ... Karena aku cemburu. Dan aku fikir aku harus membuatnya cemburu juga, tapi sekretarisku menganggap drama itu serius." Tutur Ryan membuat Henry bergidik. "Aku menyadarinya, aku sadar aku tertarik padanya walau bukan pada perasaan yang dulu. Aku menyukainya dengan diriku yang sekarang."

Henry mendengus ditempatnya, "Baguslah, berarti niatku membuatmu kepanasan berhasil. Bisa ku akui kalau kau memang memiliki perasaan itu pada Lucy. Jika kau tidak tertarik padanya kau tidak akan sekacau ini." Tukas Henry sedikit memancing amarah Ryan. Hanya saja ia lebih memilih untuk diam. Kepalanya terasa panas dan seperti akan meledak dalam waktu dekat.

Ia hanya memikirkan Lucy.

"Apa Kakaknya benar-benar membenciku?" Tanya Ryan pada Henry yang kini telah menjadi sahabatnya kembali, walaupun dalam waktu tertentu keduanya masih sering merasakan perang dingin itu meski hanya sekian persen.

Henry mengangguk-anggukkan kepalanya, "Begitulah. Pia mengatakan padaku kalau Kakaknya melarang keras dirimu untuk datang kesana. Dan ia berjanji akan mematahkan lehermu jika kau diam-diam kesana." Kekeh Henry menertawakan keterpurukan sobatnya.

Sedangkan Ryan, ia seakan mendapatkan pencerahan dan ide cemerlang. Ia beranjak dari kursinya dan melangkah ke kiri dan ke kanan dengan sedikit cemas. "Kau benar, aku harus diam-diam untuk datang kesana." 

Henry membelalakkan kedua matanya, "Apa katamu?"

"Aku harus diam-diam pergi ke rumah sakit." Tukas Ryan begitu lantang dan mantap.

Henry menghembuskan napasnya, "Apa kau gila? Kau ingin mati?" Tanya Henry tidak menyangka.

Ryan tersenyum menatap kosong ke arah meja datar di hadapannya, "Bahkan aku akan merelakan nyawaku untuknya."

FlashbackOFF

.
.
.

"Apa kau yakin?" Tanya Henry menatap Ryan yang tengah melirik ke kiri dan ke kanan dengan penuh waspada. Masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya itu membuat Ryan terlihat seperti perampok yang akan melancarkan aksinya. Padahal ia hanya menghindari James. 

"Ya! Jawab aku!" Henry menarik jaket bagian belakang yang Ryan gunakan hingga tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Iya! Aku yakin! Bawel sekali." Celetuk Ryan kesal dan kembali melangkah mendahului Henry yang kini memutar bola matanya jengah.

Setelah sampai di hadapan pintu berwarna putih, Ryan meraih knop pintu dan mulai menggeser pintu ke arah kanan, langkahnya kembali terasa berat ketika melihat tubuh wanitanya terbaring dengan lemah di atas ranjang rumah sakit.

My Endless Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang