"Kerajaan Emeria itu indah. Memiliki pagi keemasan yang hangat, cahaya lebih dulu menerangi bagian timur Gunung Sanasia, sebelum bergerak perlahan bersama dengan burung-burung yang mulai berterbangan mencari makan. Di sisi-sisi sungai, rusa menjulurkan lidahnya untuk minum.
Satu tempat dimana warna keemasan matahari diubah menjadi sinar perak, suatu tempat asal mula kerajaan mulai tumbuh. Aromanya manis, namun tidak ada warna emas yang bisa menyentuh tempatnya. Hutan Emeria.
Kerajaan Emeria adalah kecerdasan. Yang tidak berpengertian akan mati dan semua mencari pengertian hingga mati. Yang berhenti mencari akan tertinggal, yang bersikeras sudah mengerti akan mati. Kerajaan Emeria terus memimpin dalam kemakmuran.
Sejarah Emeria penuh dengan kemenangan. Peperangan demi peperangan, yang hidup telah kehilangan, yang mati telah menang. Kami menjaga satu sama lain, supaya tidak ada lagi yang kehilangan, supaya Emeria tetap mendengar sorak sorai.
Kini Emeria seluas dari ujung utara yang selalu dingin hingga ke wilayah tropis yang panas. Berkat dan Kemuliaan bagi Emeria."
-Eli George-
Sebuah hidup terletak di ruangan ujung mansion paling belakang. Ruangan yang pintunya dikunci rapat-rapat. Dari rumah seluas ribuan meter persegi, gadis itu tidak memiliki tempat lebih dari kamar kecil. Bersyukur, sebagai seorang pembawa kemalangan, gadis itu masih beruntung gadis dapat memiliki setitik tempat untuk tinggal. Meski nyatanya ia berada dalam kurungan yang membuatnya bisa mati kapan saja.
Setiap orang berusaha untuk hidup. Begitu pula dengan dirinya yang terus menerus mengetuk pintu yang dikunci. Jendela kamarnya dipalang, ditutup rapat sehingga cahaya didalam ruang itu sangat remang.
Tak. Tak. Tak.
Ia harus terus mengetuk hingga seseorang mendengarnya dan memberikannya makan.
Gadis itu berada di dalam sana hanya karena satu alasan. Bahwa dia membawa kemalangan bagi orang-orang disekitarnya.
Dimulai ketika ia lahir. Ia berhasil hidup tanpa cacat sementara kembarannya tidak bertahan hidup segera setelah ia lahir. Keluarganya menganggapnya suatu anugrah bahwa masih ada bayi yang hidup. Hingga pada ulang tahun pertamanya, kakeknya meninggal ketika tidur bersama dengan gadis itu. Mereka masih berpikir bahwa mungkin suatu berkah dapat pergi setelah melihat cucu kecilnya. Pada ulang tahun yang keempat, mereka tidak menduga ada seorang peramal yang mengatakan bahwa gadis itu membawa nasib buruk pada sekitarnya. Tidak percaya. Mereka tidak bisa percaya gadis yang masih ada dalam gendongan mereka itu membawa nasib buruk.
Tetapi hal yang disebut buruk itu nyatanya terus hadir dalam keluarga mereka setahun setelah itu. Jumlah pasukan mereka terus menurun akibat peperangan. Hingga kematian pamannya dimedan perang tepat pada ulang tahun kelimanya.
Sejak saat itu, hidupnya tidak lagi memiliki cahaya. Ia diletakkan ke kamar tidur tua paling belakang dan menutup pintunya rapat-rapat.
Ia terus bertanya pada semua orang apa salahnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri apa ia melakukan kesalahan.
Setiap kali pelayan memberikan makanan lewat celah yang dibuat di tembok, yang ia tanyakan hanyalah keberadaan orang tuanya. Ia menunggu setiap harinya, berharap agar orang tuanya segera memaafkan kesalahannya. Ia tidak bisa lagi menghitung sudah berapa lama ia berada di situ.
Hidupnya bergantung pada celah cahaya dari ventilasi dan garis-garis sela jendela. Ketika musim dingin datang ia hanya bisa meringkuk memeluk satu-satunya boneka, menahan rasa dingin yang merasuk ke tulang. Setiap membuka mata, ia harap orang tuanya segera menjemputnya. Ia menunggu dan menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021