MOLI.29

249 37 8
                                    

Begitu dengan Yo Ji, yang selesai lebih dahulu dan sudah sampai pusat kerajaan tiga hari lebih awal. "Eli belum pulang?" Yo Ji bertanya pada salah seorang bangsawan yang ada di kota. "Tidak ada kabar yang menyatakan ia sudah pulang dan aku juga belum melihatnya berada di istana." Yo Ji mengangguk. 

"Kalau begitu sebaiknya aku bersantai dahulu.." Bangsawan itu menyatukan alis melihat Yo Ji yang santai-santai saja. "Apa itu artinya kabar baik?" 

Yo Ji mengendikkan bahunya, "Tergantung dengan berita yang dibawa Eli, tapi bagaimanapun peperangan bukanlah kabar baik.."

"Jadi maksudmu benar-benar ada perang?" Yo Ji melihat sekitar yang penuh dengan masyarakat. "Ck, entahlah, aku ingin bersenang-senang setelah berlelah-lelah, bye-bye." Yo Ji melengos pergi dari situ. 

Malamnya, Pangeran itu keluar dengan pakaian yang rapi layaknya bangsawan pada umumnya dan berjalan masuk ke dalam Gedung Seni Aristokrat. 

Orang-orang mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang Pangeran, tetapi Hannah tau betul. "Selamat datang, Tuan." Hannah langsung menyambutnya sopan dan senyuman hangat. 

"Eun." Yo Ji melihat sekitar dari bangunan yang sama sekali tidak berubah sejak terakhir kali ia mengunjunginya. "Apa kau butuh ditemani?" Hannah kembali bertanya. 

"Ya, cari seseorang yang sekiranya seandal Eli untuk mengawalku beberapa hari." Hannah segera mengangguk. "Baiklah, tolong ikuti saya." Beberapa bangsawan yang berada disana juga langsung tahu bahwa orang itu adalah pangeran, tapi mereka tidak berani mengganggunya. 

Ji mulai mengelilingi galeri gedung begitu mendapatkan ternyata seorang bangsawan yang ia kenal yang mengawalnya. "Ceritakan berita yang kau tau." Ji mulai mengangkat bicara ketika dirasa sangat sepi. "Tidak ada yang berbeda kecuali berita tentang pelatihan para tentara yang mengintens, dan yang kudengar para keluarga mulai diminta untuk mendaftarkan anak putra mereka untuk berlatih menjadi prajurit. Dibuka pendaftaran untuk pemimpin barisan depan." 

Ji mengangguk mendengarnya, "Hn, beritahu aku gosip terbaru." 

Bangsawan itu terkekeh mengetahui Pangeran meminta gosip. "Para bangsawan tengah membicarakan perkelahian Duke Alpheus dan Duke Frederick, perkelahian mereka dalam industri pertanahan semakin sengit.. Tampaknya kali ini Duke Alpheus yang menang dan secara tidak langsung menyinggung hati Duke Frederick, bahkan Duke Alpheus juga memenangkan lomba pacu kuda sebagai juara ketiga sementara Duke Frederick kalah tepat dibelakang Duke Alpheus." Ji tersenyum miring mendengarnya, "Aku yakin Duke Frederick tengah merencanakan balas dendam sama seperti Duke Alpheus dulu." 

"Kekkek, benar, pasti akan tambah sengit setiap tahunnya." 

Ji menikmati galeri seperti orang pada umumnya. Ketika sosoknya menatap seorang gadis berambut pirang yang tampak kesal menatap sebuah lukisan genre surialisme. Gadis itu berbalik, berjalan dengan langkah kecil tetapi terlihat terburu-buru. Membuat Ji tanpa sadar mengikutinya dari belakang. 

"Permisi, Madam Robane.." Suara gadis itu jelas terasa tidak asing di telinganya. "Madam Robane tolong luluskan saya dari kelas Anda." dari nadanya gadis itu jelas terdengar menahan kesal. 

"Monica.. kau belum lama berada disini. Dibutuhkan minimal dua tahun bagi seseorang untuk dapat lulus dari sini." 

"Madam Robane, asalkan Anda dan yang lainnya menyatakan lulus, saya bisa lulus.." Monica berkata pelan, memohon. "Anda tidak perlu secara terbuka menyatakannya, cukup lakukan diam-diam.." 

"Monica, kau belum mencetak satu prestasi sama sekali. Lagipula apa alasanmu terburu-buru? Kau masih muda." 

"Madam sudah memajang lukisan saya, mengapa Anda masih belum menyatakan saya lulus?" 

"Tidak bisa. Tapi aku bisa memikirkannya kembali kalau kau mau melanjutkan pendidikanmu segera ke Kerajaan Yugoria." 

"Madam_"

"Pendidikan adalah hal yang utama, kau tidak boleh menyia-nyiakannya begitu saja. Sudahlah, kalau kau tidak mau mendengarkan ucapan saya." Moca benar-benar kesal. Ini sudah pertengahan bulan keempat, ia rasa ia sudah belajar lebih giat daripada yang lainnya, dan sudah menyelesaikan setiap studinya, "Kalau begitu saya pamit." Belakangan ini guru-guru terus mengabaikannya bahkan dengan sengaja memberinya nilai rata-rata. Ia bahkan frustasi akan 

Ia keluar dari pintu itu dengan sedikit air mata yang menggenang. 

"Oh, Monica ada apa?" Hannah yang kebetulan lewat bertanya. "Mo_Monica!" Hannah agak panik mengetahui gadis itu hampir saja jatuh, tangan kecil itu memegang kepalanya erat yang menyatakan rasa sakit secara tersirat. Manik mata gadis itu balik menatapnya.

"Lady Hannah.. mereka tidak mau mengakui saya." Tangan Hannah menahan kedua lengan Monica agar gadis itu tetap dalam posisi berdiri. "Saya harus segera pulang.." Hannah sedikit kebingungan. 

"Iya-iya.. Tubuhmu dingin sekali, apa kau stress belajar??" Hannah hendak membantu Monica berjalan. "Istirahatlah selama beberapa hari_" Mendengar kata-kata itu, dengan sengaja Monica mendorong lengan Hannah lepas. Mata gadis itu menatap kearahnya kesal.  Ia tidak ingin berada disana beberapa hari lagi, ia ingin segera kembali ke istana dengan teman-teman dekatnya. 

Ji melihatnya agak kasihan, tapi gadis itu benar-benar terlihat tidak asing di matanya. 

Pandangannya mengkabur dibarengi dengan pening yang memuncak, "Moni_" tubuh itu mengantuk lantai jika saja Ji tidak menangkapnya cepat. Ia membopong gadis itu dengan kedua tangannya. "Ah, Pangeran Yo, saya akan mencari orang lain untuk menolongnya tunggu sebentar" 

"Tidak perlu, aku akan mengantarnya." Ji mengatakannya tegas sebelum Hannah berbalik. "Kalau begitu sebaiknya antar dia ke ruang kesehatan." Ji mengangguk dan melangkah cepat menuju ruang kesehatan. 

Melihat kanvas wajahnya yang pucat  ia semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi. 



My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang