Hari kembali siang saat gadis itu terbangun. Tidak ada Freya yang menjagai tendanya, sehingga ia bisa sejenak berjalan keluar.
"Oi, Mayor_ ah, bukan yah.. pokoknya, seseorang menyampaikan pesan, kalau Komandan Eli menunggumu di Batuan Besar." Moca memiringkan kepalanya, dari kemarin ia disuruh tidur lalu sekarang sehabis bangun Liel memintanya menuju Batuan Besar?
"Ada apa memangnya?"
"Mana aku tahu, aku hanya disuruh menyampaikannya padamu" Moca mengangguk mendengarnya, "ah, apa hubungan diplomasi sudah selesai?" Ia penasaran tentang apa yang tengah terjadi.
Pemuda itu mengangguk, "Tadi pagi keputusan sudah bulat, Anaran akan dibangun menjadi kota besar dibawah kekuasaan Kerajaan Emeria." Moca mengangguk mengerti.
Ia kemudian masuk, mengganti bajunya, dan meskipun ragu apa ia perlu membawa pedang untuk bertemu kakaknya, ia tetap menyaut pedang yang ada di meja.
Ia menunggang kuda untuk sampai ke batuan besar itu. Tapi tidak mendapati adanya sosok Eli.
"Liel!!" Ia memanggil senang, tetapi langsung melangkah mundur, menyiapkan pedangnya ketika merasakan 11 pasukan yang tidak ia ketahui berlari mengepungnya.
"Apa-apaan.." Ia sama sekali tidak mengerti mengapa orang orang itu mengepungnya, "perang sudah selesai, siapa kalian?" Tapi orang-orang bermasker kain hitam itu tidak balas menjawab.
Mereka menyerang tanpa ragu gadis itu hanya bisa menghindar. Orang-orang ini jelas bukan seorang preman rendahan. Mereka cakap dan kuat. "Apa maksudnya ini?"
.
.
.
Eli mengernyit melihat Freya tidak ada di tempat seharusnya ia ada. Perasaan tidak enak langsung menyelimutinya. Ia segera mengecek masuk kedalam tenda, tetapi kosong.
"Eklis, dimana Moca?" Eklis yang ditanya justru kaget, "Masa? Aku dengar seseorang menyampaikan kalau kau menunggunya di Batuan Besar.."
"??! Tidak pernah!" Ia langsung mengambil busur dan anak panah dari meja mendorongnya ke Eklis. "Bantu aku" Eklis mengangguk.
Mereka menunggang kuda dan segera pergi ke batuan besar. "Eli, jangan bilang Ayahmu yang merencanakan ini?"
Eli benar-benar ingin kudanya berlari lebih cepat. "Jangan ragu, panah titik vital atau kau yang mati. Ayah bukan orang yang sembarangan merekrut orang." Eklis terkejut tapi ia percaya.
.
.
.
Moca saat ini percaya peperangan kemarin jauh lebih mudah daripada pertarungannya saat ini.
Teknik yang mereka lakukan begitu beragam, ia kebingungan ketika 3 tali itu melingkar di pinggangnya. Gerakannya lagi lagi terkunci. "!" Ia tidak membiarkan pelatihannya selama bertahun-tahun dengan Pascal sia-sia. Ia harus berusaha memutuskan tali itu walau berarti ia akan terluka.
Salah seorang penyerang itu menyembunyikan senyumnya di balik kain hitam yang menutup hidung dan bibirnya. Bocah kecil itu gesit. Ia awalnya merasa misi ini keterlaluan karena analog dengan 11 harimau melawan satu kelinci kecil. Tapi kelinci ini tampaknya tidak putus asa.
"Cukup bermain-main" Begitu sosok itu mengatakannya, semua orang mundur. Gadis itu juga mundur, ia mengamati tokoh-tokoh di depannya. Bertanya-tanya kenapa matahari begitu terik hari ini.
Gadis itu tersenyum miring. Tangannya yang mengacungkan pedang kedepan bergetar hebat. "Kau sudah kelelahan, ya, kelinci kecil?"
Pertarungan melawan manusia didepannya benar-benar membuatnya banjir keringat. Kaki gadis itu lemas, ia jatuh terduduk. Sebelas orang didepannya sudah menarik tali busur mereka.
Gadis itu menatap seorang yang ditengah, yang ia yakin pemimpin karena ia yang memegang perintah. Tatapannya seolah bertanya, "Apa sebenarnya yang terjadi" tetapi disusul dengan senyum tipis tidak pedulinya.
"Cepat, sebelum Liel datang" lirihnya. Membuat pemuda itu mengernyit.
Gadis itu memegang dadanya yang perih. Lukanya kembali terbuka.
.
.
.
"Sebenarnya kenapa? Kenapa ini harus terjadi? Gadis itu salah apa?" Eli benar-benar marah entah kepada siapa.
Gadis itu adalah pembawa kemalangan
"Bukan, aku tidak akan pernah percaya."
Orangtuanya berkata begitu; identitas itu melingkar di lehernya.
"Gadis itu selalu ada untukku, bagian mananya ia pembawa kemalangan?!"
Dia tidak bahagia.
"Hah, omong kosong!"
"Sial.." Ia kembali fokus kedepan, menatap gadis yang tengah menyerahkan diri, begitu pasrah.
Dia tersenyum.
"Tch"
"Eli, tidak sempat, mereka bisa langsung menembaknya, kalau aku panah sekarang, kita bisa langsung mati jadi sasaran tanpa bisa menyelamatkan Moca. Apa yang harus kita lakukan?" Eklis sudah membidik, tetapi Eli sama sekali tidak merespon.
"Eli, jangan gegabah!" Eklis mengingatkan ketika Eli mempercepat kudanya. "El_ ? Jangan bilang ... !"
Kuda hitam Eli dipacu cepat melawan angin gurun. Ia segera melompat dari kudanya.
Bats! Anak-anak panah itu melesat cepat. "Li_" memeluk erat gadis itu.
Eklis segera menembak dengan cepat 3 orang itu tepat pada leher mereka, dan 3 orang lainnya. Sementara sosok pemimpin yang mengurungkan panahnya, menyuruh mereka untuk mundur.
"Lii_" Suaranya bergetar hebat "eru" Badan Eli menghalangi tubuh kecilnya dengan sempurna. "Tidak.." Moca bisa merasakan darah dan batang panah ketika memegang punggungnya.
Moca memundurkan kepalanya, berharap wajah yang ia temui itu bukan kakaknya. Wajah Liel menatapnya tenang, menyembunyikan rasa sakit luar biasa.
"Kenapa?" Air matanya langsung tumpah. "Mo_ ca.." tangannya bergerak meraih gadis itu. Ia menaruh tangan Liel di wajahnya. "H_" darah keluar dari mulutnya, "Hidup_lah untukku Moca.." Gadis itu menggeleng, "Ikut" sesengguk gadis itu, Ia mengambil pedang yang ada disampingnya. "Moca.. tolong_ permo_honanku.." Gadis itu jadi dilema, ia menggeleng, menangis keras.
"Liel! Lielll! Uwaah!" Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi tidak ada yang tersampaikan selain tangis dan namanya. Eli semakin membungkuk tidak kuat, ia bersandar pada bahu Moca. "Aku sayang Moca" Kalimat itu memutus napas Eli. Ia memeluk erat lehernya, tubuh yang menjadi berat dan lemas itu.
Tangis yang tidak berhenti.
Monice10.
Aku ingin ia menemukan kebahagiaan seperti saat aku menemukan dia.
Selamat tinggal, Malaikat kecilku.
🏵🏵🏵
-buku satu selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021