"Moca.." Eli menarik tangan gadis itu.
Ia kesal, memangnya kesalahan apa yang ia perbuat? Kenapa ia selalu dibandingkan dengan gadis itu? Apa ia selamanya tidak bisa lebih baik daripada gadis bersurai merah itu?
"Jangan mengambilnya dalam hati.." Tapi Moca menarik tangannya paksa, lepas dari pegangan Eli. Ia menangis, bagaimana bisa ia tidak mengambilnya dalam hati? Perbedaan itu benar adanya. Ia melihat dengan matanya sendiri betapa mengagumkannya pasangan kakak-adik itu. Jauh daripada dirinya.
"Apa yang kau kesalkan? Kau merasa perkataan itu benar?" Gadis itu mengangguk, telanjur dilecehkan oleh orang tuanya sendiri, kepercayaan dirinya ludes.
"Ikut denganku.." Ia menggandeng tangan kecil itu dan berjalan menuju empat kuda yang berjejer rapi di kandangnya.
Ia menaiki kudanya, barulah mengangkat Moca untuk duduk di depannya.
"Hah!" Ia memacu kuda itu keluar dari area istana.
Angin yang kencang membuatnya berhenti menangis, hanya saja ingusnya masih mengalir. "Moca.. maaf kalau aku tidak bisa membuatmu hidup seperti Mira." gadis itu hanya diam, memandang ke depan, tetapi telinganya fokus mendengar.
"Kau iri aku kelihatan lebih baik bersama Mira?" Gadis itu tetap diam. "Apa kau kesal ia menggantikan posisimu dalam keluarga?" Gadis itu menggeleng pelan. "Kau kesal dibandingkan dengannya?" Gadis itu hanya diam.
"Baru kali ini aku mengenal orang yang tidak tahu kecantikan dirinya sendiri.." Liel terkekeh kecil.
Butuh agak lama, sampai kuda itu berhenti di halaman belakang sebuah gedung. Tulisan besar "butik" membuat Moca mengernyit pelan. "Aku merasa butik langganan Putri Yo Ai lebih cocok untukmu daripada butik gaun Mira.." Liel kembali menggandeng tangan Moca dan mengajaknya masuk.
"Selamat siang, apakah anda mencari hadiah untuk seseorang?"
Eli tersenyum tipis, "Tolong beri saya ruang privat" Ia menunjukkan liontin pengenalnya, membuat banyaknya pelayan segera hilang dari pandangan kecuali kepala pelayan.
"Rahasiakan kalau dia ini seorang gadis, aku akan mencari gaun yang sesuai dengannya." Moca agak heran. "Liel, tidak perlu.. untuk apa aku memakai gaun?"
"Hari ini saja, aku ingin melihatmu mengenakan gaun.." Eli berjalan mengikuti arah rentetan gaun-gaun itu.
Matanya terlanjur teliti, ia tidak berlama-lama, "yang ini" Ia menunjuk sebuah gaun yang justru terletak di paling belakang. "Aku yakin ini sesuai denganmu"
Moca juga menganggap itu gaun sederhana yang menarik. "Tolong sesuaikan dengan aksesorisnya juga.." Pelayan itu mengangguk kecil.
"Pergilah"
"Huh?" Moca tidak mengerti.
"Ganti bajumu"
"Ah!" Ia mengangguk menurut, mengikuti jalan kepala pelayan.
.
.
.
"Pfft" Sarah mengacak rambut Rey pelan tetapi Rey justru berhenti makan dan menatap Sarah canggung. "Aku tidak tahu anak muda sekarang ini suka sekali makan.." Sarah terhibur dengan bagaimana Rey tanpa ragu mengumpulkan makanan di tangannya.
"Bukan, itu karena dia hampir tidak pernah makan-makanan seperti ini" Arka terkekeh.
"Ah, Tuan Alphard, teman-teman Anda bergabung dengan pasukan, mengapa Anda tidak ikut?"
"Tidak, saya memang teman sepermainan mereka, tetapi tujuan saya sejak kecil sudah ditentukan untuk meneruskan bisnis keluarga.." Sarah mengangguk mengerti.
Sarah melihat situasi yang akrab antara Arka dan Rey, "Maaf, aku ingin sekali bertanya, ini tidak ada hubungannya denganku, tapi.. Siapa yang melatih kalian bela diri?"
"Kakek.. hmm siapa ya, kalau tidak salah nama kakek, Bayleish?" Rey menanggapi.
"Ada apa, Madam?" Arka bisa melihat Sarah yang terhenyak. "Apa Anda mengenalnya?"
Ia menggeleng pelan, "Tidak"
"Hmm, beruntung dia bukan orang yang Anda cari.. Ia sudah meninggal setahun lalu" Arka sedikit sedih, tapi tetap tersenyum merelakan. "Arka, ingat Monica?" Rey mengalihkan topik, ia yakin tidak ada yang tahu maksud omongan mereka kecuali Sarah.
"Ah, gadis yang kabur begitu saja?"
"Dia adalah orang yang mengalahkanku saat bertarung di malam festival sekitar 3 tahun lalu"
"Apa maksudmu? Aku tidak begitu ingat.."
"Kakek memanggil seorang prajurit kerajaan dan memanggilnya untuk bertarung. Tidak ingat?"
"Jadi? Monica adalah prajurit kerajaan?" Obrolan Rey sulit dicerna.
"Eun, aku berada dalam satu kelompok yang sama dengannya di Istana."
"... Kerajaan kita tidak merekrut kesatria wanita.. dan gadis itu tidak terlihat seperti prajurit"
Sarah yang menyimak obrolan itu tersadar akan satu hal: terlalu banyak benang takdir yang dilibatkan. Ia berharap untaiannya tidak menjadi kusut.
"Tanya Loi aja sana" Rey kembali berjalan menuju meja makan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021