Monice09

215 23 2
                                    

Tetapi orang itu mengambil kesempatannya, ia mengkode bawahannya untuk menembakkan anak panah ke arah Moca. "Jangan gegabah, kalau gadis ini sampai meninggal aku juga tidak sungkan membuat Mira jadi satu-satunya penerus Ayah." Dari perkataan itu, ia memerintah anak buahnya untuk mundur. 

"Liel" Ia tidak ingin setuju dengan apa yang baru saja ia dengar.

Ia merobek lapisan baju Moca, mengikat lukanya erat sebelum ia bawa kembali ke perkemahan. 

.

.

.

Seisi perkemahan termangu melihat tiga orang itu datang bersamaan, dengan Moca yang terluka. 

Mereka tidak tahu persis apa yang terjadi, yang jelas pasti ada pertengkaran antara mereka. "Panggilkan dokter, cepat" Sementara beberapa perwakilan dari kerajaan barat yang tinggal tidak mengerti apa yang telah terjadi, dan tidak seorangpun mau menceritakannya. 

"Komandan Eli, ini Rey" 

"Tidak ada yang boleh masuk kecuali tabib." Freya yang mendengarnya langsung bertindak sebagai pengawal, menjaga pintu agar tidak siapapun bisa masuk. 

Eli membersihkan lukanya dengan hati-hati. Terdengar rintihan kecil dari bibir pucat ketika herbal itu menyentuh lukanya. Ketika matanya terbuka, gadis itu langsung menangis. 

"Maaf, apa sakit sekali? Aku akan melakukannya lebih hati-ha_ Moca!" Ia tidak percaya, gadis itu memiliki tenaga untuk tiba-tiba memeluknya seperti itu. "Apa yang kau lakukan?" Ia mengelus gadis itu pelan. "Ada sesuatu yang mengganggu?" 

"Lier.." Suara itu bergetar, "Jangan.." Ia tidak tahu bagaimana harus mengatakannya "Liel.. kenapa aku harus hidup?" Ia tidak bisa menanggungnya, ia tidak mau. Ia tidak ingin terus kebingungan dengan identitasnya. Ia tidak mau hidup sebagai pembawa nasib buruk.

"Karena kau satu-satunya yang aku punya." Sepatah kata itu sudah begitu hangat, "Karena Moca bisa mengikutiku kemanapun aku pergi. Selalu mengerti bagaimanapun keadaannya.. Aku tidak berharap yang lain asal kau selalu disampingku" Begitu banyak alasan untuk menahan gadis itu dan tidak pernah melepasnya. 

Tangan gadis itu sudah tidak mencengkeram pinggangnya erat,  ia pasti sudah lelah dan mengantuk. Ia membaringkan gadis itu kembali, dan mengobati lukanya. "Tapi.." Ia tersenyum pahit, "Moca yang membawa kebahagiaan bagi Liel belum cukup bahagia dan hanya terus memaksakan diri" Ia merasa hanya memanfaatkan eksistensi gadis itu untuk kepentingannya sendiri. 

.

.

.

Kini mereka hanya perlu menunggu keputusan yang disampaikan oleh Kerajaan. Kerajaan Anaran sudah menyerah tanpa syarat. Meskipun pasukan mereka harus meladeni para pasukan kerajaan Anaran yang membelot, tidak terima dikalahkan begitu saja. 

Moca terbangun didalam tenda yang kosong. Ia bisa merasakan nyeri yang menjalar sampai ke ubun-ubun ketika ia mencoba untuk duduk. Tapi bukan Moca kalau memilih diam dan tidak mengetahui apa yang tengah terjadi. 

Freya agak terkejut melihat Moca dengan pucat keluar dari tenda. "Senior Mo, kenapa Anda keluar? Anda jelas masih tidak sehat" Dan ia lebih takut lagi kalau Kapten melihatnya. 

"Freya, beritahu aku apa yang terjadi, kenapa perkemahan sepi?"

"Akan saya beritahu, sebaiknya kita berbincang didalam saja.." Moca hanya menurut. Segera setelah ia duduk, Ia diberitahu kalau terjadi pemberontakan pada pasukan kerajaan Anaran. Sementara, keputusan dari Raja baru akan diterima paling cepat besok pagi. Segera setelah memberitahukan semuanya Freya segera menuang obat herbal ke dalam mangkuk logam. 

"Komandan Liel berpesan untuk segera memberimu obat ketika Anda bangun." Gadis itu tanpa ragu meminumnya habis. Ketika akhirnya ia tersadar, kalau keputusan Raja sudah diterima besok pagi.. "Freya, sudah berapa lama aku terus tidur?" Freya tidak berani mengatakan bahwa ia sudah terus berbaring selama lima hari. 

Gadis itu melihat mangkuk logam yang ada di tangannya dan menyadari efek sampingnya. "Sial, kau memberiku obat tidur?!" Hanya karena berteriak sedikit saja lukanya terasa perih, tapi itu tidak menghentikannya memberikan tatapan tajam kepada Freya. "Senior, jangan memberontak kembali berbaring saja.. tidak baik kalau Kapten sampai mengetahui anda terjaga." 

"Setidaknya aku bisa mengetahui apa yang sedang terjadi jika terjaga." Dahinya mengerut karena serius kesal, "Tidur lima hari? Memangnya aku putri tidur?"

"Bukan juga si." Wah, bikin emosi. "Meskipun tau apa yang sedang terjadi, Senior tetap tidak bisa berbuat apa-apa, jadi lebih baik anda tidur.." Tau seniornya berada di posisi lebih lemah darinya, ia tidak takut menyuarakan isi hatinya.

"Memangnya kenapa dengan luka kecil ini? Aku harus memeriksa pasukan 304!" Ia beranjak berdiri, tetapi kepalanya terasa sangat berat. "Senior, jangan memberontak!" Brak!

"Senior Mo!" Gadis itu tidak bisa melawan efek dari obat yang membuatnya mengantuk bahkan tidak sadar kepalanya mengantuk meja. "Hah.. ternyata sama saja keras kepalanya dengan adikku yang dirumah.."





•̩̩͙⊱••••✩••••̩̩͙⊰•

StarryRibbon.

ଘ(੭ˊ꒳ˋ)੭✧

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang