Special Episode -Yo Ai- 02

173 19 1
                                    

Gadis itu seolah terbagun dari tidur lamanya. Kepalanya begitu pening. Ia mendapati terdapat surat di nakasnya. Ia membuka dan membacanya. 

"Sarah?"

Ai, Ai hanya perlu mencari kebahagiaan Anda sendiri. Kalau Anda tidak tahu apa yang harus diperbuat, maka lakukan sesuatu yang membanggakan kedua orang tua Anda. 

Anda tidak perlu merasa bersalah akan kematian paman. Tidak perlu. 

Juga terima kasih karena telah memberitahukan kebenarannya pada saya. 

Bibi pamit. Bibi akan segera kembali dan bermain dengan Ai lagi. 

"Siapa Sarah? Siapa Paman?" Ia menaruh surat itu kembali ke nakas. Bahkan ia sedikit terkejut ketika para pelayan bertanya apakah dia sudah sehat. Ia hanya meminta pelayan itu menyiapkan pakaiannya dan segera berangkat belajar. 

Ia pergi ke ruang belajarnya, tetapi tidak ada guru yang menunggu. Sampai sang Ratu masuk ke ruangan itu, "Ai, mulai hari ini jadwalmu akan berkurang, Ji akan menggantikanmu mengambil semua jadwal padat itu." Ai agak bingung, "Kenapa, Ji?"

"Kau benar-benar lupa apa yang sudah terjadi?"

"Apa yang aku lupa? Kemarin bukannya aku menghabiskan waktu bersama Ji ketika ia pulang?" Ratu hanya tersenyum lega. 

"Iya, Ji pulang dan aku memintanya untuk menggantikan jadwalnya, kukira dia sudah memberitahumu. Kau sudah berusaha keras selama ini, jadi kau diberi waktu untuk sedikit bersantai." Ai masih tidak mengerti, tetapi akhirnya ia benar-benar mengira kalau ia mendapat waktu senggang. 

Peperangan yang sering meledak menyebabkan semua orang menjadi sibuk untuk mengatur sistem keuangan dan tetap waspada. Ji yang kesepian itu mendapatkan teman bermainnya, Eli George yang kemudian diangkat untuk menjadi pengawal Ji. 

Sementara Ai merasa bingung karena perhatian orang tua yang sehari-hari ia dapatkan tiba-tiba berhenti. Ia memiliki banyak waktu luang yang bisa ia gunakan untuk bersenang-senang, tetapi ia merasa bosa karena tidak diperhatikan seperti dulu lagi. 

Sampai akhirnya ia mencari onar untuk mencari perhatian. 

"Tuan Putri Ai.." Saat itu ia sedang mengerjai seorang prajurit ketika Sarah memanggilnya. Ia kembali setelah satu tahun. 

"Hm?" Ai tahu wajah yang persis seperti lukisan yang terpampang didalam hall istana. "Princess Sarah?" Sarah justru merasa aneh karena Ai tidak pernah memanggilnya dengan formalitas. 

"Anda terlihat tidak asing, meskipun ini kali pertama aku melihat Anda." Ai tersenyum miring. 

Dihadapan Sarah gadis itu sedikit berbeda, bagaimana tatapan matanya juga cara berbicaranya. "Kali pertama?" Ai sedikit kesal melihat Sarah seolah bertanya "kau lupa?"

"Kalau Anda bertanya tentang Bibi atau Paman seperti yang pernah dilakukan semua orang, aku tidak ingat" Ai menatapnya malas, "Jadi, karena yang disebut Bibi itu sudah disini, aku bisa bertanya.. Apa sebenarnya yang aku lupa?" "Apa sebenarnya yang membuat orang tuaku mempercayakan yang sudah aku usahakan bertahun-tahun kepada Ji?"

Sarah tersenyum iba, "Anda yang membuat saya kembali, saya juga tidak tahu harus bagaimana kalau begini." Ai mengernyit. "Tampaknya Anda orang yang cukup seru.." Ia tersenyum miring, senyum yang terlihat baru dimata Sarah, "Anda kembali karena saya, berarti Anda tidak keberatan berjalan-jalan sebentar dengan saya" 

Sarah hanya mengangguk, dan ia mengikuti jalan gadis itu. "Aku sering bermain dengan Paman dan Bibi, kemudian Paman dieksekusi mati karena bencana kerusakan bendungan, kemudian aku sakit, dan tidak ingat." Bahkan irama gadis itu berbicara berbeda dengan gadis yang ia kenal. 

"Kemudian karena kejadian itu, Ji diangkat sebagai putra mahkota." Sarah tidak pernah mengikuti berita tentang keadaan Istana, jadi ia tidak tahu kalau Ai hilang ingatan, tetapi ia tahu tentang penobatan Ji dan peperangan yang terjadi. 

"Hoo, Sarah, kau lihat itu?" Ia menunjuk sosok yang berada agak jauh ujung pagar. "Eli, diangkat sebagai pengawal pangeran. Ia dikirim kemari baru beberapa bulan yang lalu dan tampaknya berbakat" Sarah diperlihatkan sosok Eli yang melawan prajurit yang memergokinya berusaha kabur dari istana. 

Ai menatap Sarah yang terlihat tertarik dengan tingkah anak kecil itu. "Bagus, kalau kau tertarik. Penjaga Istana Prajurit sudah tua dan mungkin kau bisa menggantikannya. Minta izin saja pada Raja atau Ratu" Sarah agak bingung dengan tingkah Ai. "Aku akan sering berkunjung." 

Ai sendiri tidak menyangka ia benar-benar bertemu dengan Sarah ketika berkunjung ke asrama pria tersebut. "Wah, Anda benar-benar disini.. padahal aku hanya bercanda" Sarah benar-benar mendapati sosok berbeda dari tokoh yang polos, energik, dan ceria. Menjadi tokoh yang licik, ambisius, dan pembuat onar. 

"Ohh. Eli.. bagaimana dengan percobaan kaburmu? Toh kalau kau pulang, Ayahmu akan langsung mengirimmu kembali ke istana" Eli yang bertatapan dengan gadis itu merasa tidak nyaman. "Tuan Putri, apa Anda ingin segelas teh" Sarah menawarkannya dengan formal. 

"Tidak, aku hari ini mau bertarung dengan Andrass, musuh si anak pengawal ini." Sarah mengangguk, ia memanggil Andrass dari kamarnya. "Hahah, pendiam sekali" Ai duduk di sebelah Eli yang hanya diam. "Kau tidak suka Andrass, kan? Padahal aku suka.. dia paling berisik, paling nakal, dan memberikan reaksi yang paling baik.." 

"Aku tidak suka, ia paling berisik, paling nakal, dan tidak pernah tahu situasi." Eli menyahut. 

"Ahh, Andrass juga bukan orang yang pendendam, jadi kalau dipermainkan sedikit juga ia hanya bereaksi sebentar.." Eli tidak mengerti dengan maksud perkataan gadis itu. "Kau harus melihat pertandingan ini kalau mau tau cara mengalahkan Andrass di pertandingan selanjutnya.. kudengar kau kalah dari Andrass dalam tiga pertandingan berturut-turut." Eli yang mendengarnya langsung tertarik. Menonton dengan teliti bagaimana Andrass dikalahkan dengan sangat detail. 

Ai menjadi sosok yang menginspirasi Eli dengan gerakan yang begitu terkontrol. 

Selesai bertanding, Ai sama sekali tidak terpengaruh dengan kemarahan Andrass yang tidak terima dikalahkan. "Bagaimana? Kau ingin mencoba melawanku? Pengawal Ji?" Eli mengangguk semangat.

Eli sedikit kesal ketika semua serangannya tidak ada yang berhasil, dan ia dikalahkan hanya dengan satu serangan. "Tangan kirimu kurang kontrol dan tidak kuat, pergelangan kakimu juga sangat kaku, gerakanmu juga masih saangat lambat.. tapi masih lebih baik daripada Ji, sih.." Ia tersenyum, dan berbalik kembali ke istana. 

Keren, tapi setelah Eli semakin mengenal Ai, ia justru semakin takut. "Aku berbeda dengan Andrass, aku pendendam dan dapat membalas kapan saja." Eli awalnya tidak begitu menanggapi serius ucapan itu, sampai ia melihat Ai dengan mudah memanipulasi orang-orang disekitarnya, awalnya adalah para pelayannya, kemudian Ji, bahkan beberapa anggota bangsawan tanpa sadar sangat bergantung dengannya. 

Ai memiliki koneksi dimana saja. Ia mendetail dan perfeksionis. 

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang