Seperti pada pertemuan lainnya, wanita yang menjadi marga George setelah menikahi suaminya, bergabung dengan para wanita lainnya untuk mulai berbincang. Namun, melihat sosok Eli yang buru-buru keluar, ia jadi ingat ada sesuatu penting yang harus ia sampaikan.
Sebelum Eli kembali sibuk dengan pekerjaannya, sebaiknya ia menyampaikannya terlebih dahulu. Ia menghentikan obrolannya dan berdiri untuk mengejar anak sulungnya. Merasa ada yang mengikutinya, ketika berada di koridor, ia berbalik. "Mother?" Ia agak heran karena ia mengira yang mengikutinya adalah orang asing.
"Eun, kau terlihat buru-buru.." Ia tersenyum tipis, melihat anak sulungnya yang gagah. "Ada seseorang yang aku cari. Ada apa?"
"Ada hal yang ingin Ayah bicarakan padamu, jadi ia memintamu untuk pulang" Eli mengangguk mengerti. "Bagaimana jika nanti pulang bersama dengan Mira?" Eli menolak halus, "Maaf.. ..." .
Sementara gadis itu tengah berada di sekitar mengamati taman, hingga matanya menangkap sosok Liel di lorong dan berjalan mendekat, melihatnya tengah berbincang dengan seseorang di belakang pilar. "Hah!" Ia langsung mundur melihat Ibu kandungnya sendiri.
"Hm?" Ia memalingkan wajahnya ke arah suara, sementara Eli hanya mengamati ekspresi Ibunya.
Wanita itu terbelalak, meskipun ragu, ia bisa langsung mengenali gadis itu sebagai anaknya. Sedangkan, Moca hanya membeku di tempat setengah berharap wanita itu tidak mengenalinya, setengah berharap ia tidak memperlakukannya sebagai pembawa nasib buruk, dan sebagian kecil hatinya berharap wanita itu merindukannya karena begitu dengannya.
Jadi selama ini ia tinggal di istana-dari pakaiannya ia menyamar sebagai laki-laki-tapi apa-apaan yang satu ini kan jelas sekali fitur wajahnya-pertumbuhannya agak terbelakang dibandingkan Mira-Kulitnya sedikit lebih gelap daripada dulu-apa ia mengenaliku?-maksudnya ia masih mengingat kejadian itu?-aku pikir anak kecil mudah lupa..
Ia melihat ekspresi Eli, tidak yakin harus berbuat apa. "Dia orang yang kau cari?" Eli mengangguk. Ia kembali menatap ke arah gadis itu, "Aku lupa namanya" Ia tersenyum hambar. "Eli, kau tidak berharap aku kecewa, kan?"
"Aku jadi ingat kau pernah bilang kalau akan membuktikan gadis itu akan berharga dimataku, tapi tampaknya hingga saat ini tetap. Mira lebih cantik.. lebih anggun.. dan lebih pintar.. Mira lebih berharga daripada gadis tidak dikenal itu" Wanita itu mengamati sosok gadis itu seolah mencari sesuatu dengan teliti.
Mendengar hal itu, Eli mengernyit, menahan kesal.
"Sejak awal seharusnya aku tidak mempercayai selera Anda.. atau sebenarnya Anda mengakui kalau bahkan saat ini gadis itu lebih baik daripada Mira?"
Alis dan hidung gadis itu memerah, ia mendengar semuanya.
"Tsk, jangan jadi buta hanya karena dia adik kandungmu, apa yang ingin kau buktikan dengan melakukan hal itu?" Tapi sekilas matanya terlihat khawatir melihat gadis itu berlari sambil menangis. Tangan pria itu mengepal erat.
"Sudahlah, tolong bilang pada Ayah aku akan pulang besok malam. Aku kecewa mengobrol dengan Anda." Ia berbalik dan berjalan mencari kemana perginya gadis itu. Meninggalkan wanita itu melihat punggung bidangnya yang menjauh.
Wanita itu membenarkan rambutnya canggung sebelum turut berbalik kembali ke ruang pesta. "Monica.." Mulutnya bergumam. Hatinya mengaku, menyesal.
.
.
.
"Jadi, kau ingin membicarakan apa?" Mira bertanya terus terang ketika ia sudah berada jauh dari kerumunan, tapi merasa sedikit kecewa ketika Ji melepas gandengan tangannya. "Tampaknya Anda sudah tumbuh menjadi sangat menawan diusia Anda, aku tidak sabar melihat Anda dewasa"
"Tampaknya Pangeran terlalu sibuk bekerja, belakangan ini saya sering mengunjungi istana bahkan sering melihat Anda bersama dengan Eli"
"Ah.. aku tidak menyadarinya.. Apa Anda kecewa?"
"Tidaklah, buat apa juga?"
"Jadi.. kenapa Anda sering datang kemari?"
"Aku hanya menemani Ayah sesekali dan beberapa kali memenuhi undangan Ratu Edelweiss."
"Ah.. aku tidak yakin itu menyenangkan, Ratu agak kesulitan dengan jalan pemikiran anak muda.."
"Ah, bukan.. tidak hanya aku yang diundang, bersama yang lain juga dan acaranya dipimpin oleh Tuan Putri Ai.."
"Aku mengerti.." Ji mengangguk. "Omong-omong, maaf sudah menganggu acara Anda menikmati pesta, Lady Mira."
"Ah, tidak apa." Ia menggoyangkan tangannya. "Lagipula udara di luar lebih segar daripada di dalam.." Gadis itu mengamati wajah Ji yang menatap ke arah taman. Lihat ini. Dari sekian banyak perempuan di dalam aula, ialah yang dipilih untuk menemani pangeran yang kesepian. Semakin hari ia semakin percaya, kalau pangeran akan bahagia bersamanya. Hanya perlu menunggu lima tahun lagi.
.
.
.
Sementara Sarah bisa merasakan suasana tidak enak dari para pemuda disana. Begitu juga Rey, Siam, dan Loi yang menyadari sesuatu.
Semua pemuda menyadari Mira dari keluarga George, tidak memiliki kembaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
HistoryczneTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021