Moca bangun pagi buta. Bahkan kini figur berambut merah bermata emas--Mira itu turut mengganggu mimpinya. Ia duduk melihat ke bawah dimana dua orang lelaki tengah tertidur dan melangkahinya. "Hh.. Mo? Apa yang kau lakukan?" Andrass yang setengah sadar itu bergumam melihat sosok Moca yang keluar dari tenda begitu saja. "... it's cold outside.." Tetapi bocah itu sudah keluar, membuatnya berat untuk tidak menutup matanya lagi.
"Liel wake up!" Ia masuk begitu saja kedalam tenda Eli dan menarik tangannya. Ia terbangun cepat, langsung waspada. "Moca, ada apa? Apa yang terjadi."
"Follow me.." melihat muka kesal Moca bersamaan dengan pakaian tipisnya ia sedikit bingung, menyambar jubah hangatnya sebelum ia benar-benar ditarik keluar. "Diluar dingin.." Tapi Moca hanya menariknya masuk ke dalam hutan.
"Hah, kemana perginya bocah itu?" Andrass membuka tutup tenda cepat. "Apa dia lapar karena ia hanya makan sedikit tadi malam?" Andrass berpikir gadis itu tengah berburu di hutan. Melihat jejak kaki itu ia mengikutinya.
Merasa sudah lumayan jauh dari perkemahan Moca berbalik menatap kakaknya. "Apa ada yang mengganggumu?" Eli bend down, tangannya menggenggam lengan Moca lembut. "Kemarin malam aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Pangeran.." bagian alis dan ujung hidungnya memerah. Eli berpikir sejenak, "Kau lebih suka Mira daripada Moca.." mata Eli membesar mendengarnya, omong kosong darimana itu.
"Aku mendengarnya sendiri, jadi kau tidak boleh mengelak!" Moca mengusap ingusnya dengan lengan bajunya yang panjang. "Itu bukan kemauanku juga, dilahirkan dengan rambut pink dan mata abu-abu.." Eli mengerti gadis itu tengah membandingkan dirinya dengan Mira.
"Menurutmu aku lebih suka Mira?" Eli tersenyum kecil, penasaran dengan reaksi Moca. "Mira.. Papa dan Mama menyukainya.. Ia juga sering sekali tersenyum, setiap bertemu ia lekat dengan kakak, ia seorang bangsawan, dan.." Ia agak enggan mengatakan selanjutnya, "lebih cantik.." Ia berbisik.
Eli terkekeh pelan mendengarnya. "Cermin mana yang mengatakannya?" Moca hanya diam tidak mengetahui jawabannya. "Tapi sebelum aku menjawabnya.." Matanya berubah menatap serius pada Moca, "Jawab aku dulu, kau lebih menyukai Sarah atau aku?"
"Liel." Ia menjawab tanpa ragu, tapi meragukan perkataannya sesuai dengan kenyataan, "Kenapa?" Ia kembali bertanya.
"Apalagi? You're everything to me." Mengolah perkataan itu di otaknya, membuat wajahnya memerah malu. ".. I_ I can't believe!" Eli berusaha untuk tidak termakan ucapan manis Moca, meskipun ia sudah.
Moca kini yang heran dengan Eli, mengapa ia tidak percaya perkataannya. "Mungkin saja kau lupa, tapi aku tidak akan pernah lupa.." Matanya tidak bisa fokus pada Eli, ia melihat sekeliling. "Dunia ini.. aku bisa hidup sekali lagi karena kamu." Eli tertegun mendengarnya.
"Aku ingin bersama dengan Liel, jadi aku mengikuti saran Sarah menjadi prajurit.."
"Tapi, aku tidak bisa hidup seperti Mira, gadis bangsawan. Aku juga tidak bisa terus menempel karena yang lain akan bilang kakak seorang gay.. Aku tidak bisa hidup sebagai perempuan.. itu hanya teori saja.. Aku hanya senang aku milik Liel." Empat mata itu sama-sama berair.
"Moca.. Aku tidak pernah tahu aku akan memiliki sesuatu yang sangat berharga." Ia membelai lembut kepala Moca, membelai pipinya. Ia melingkarkan jubah yang ia bawa pada leher Moca, menyelimuti gadis itu dengan kehangatan. "Kau gadis tercantik yang pernah aku temui, jangan khawatir akan yang lain.. Aku akan melindungimu lebih dari siapapun mulai saat ini dan seterusnya.. My Moca"
Moca berjalan mendekat dan memeluk kakaknya itu.
Suasananya dingin tetapi terasa hangat. Hening dan nyaman sekali.
.
.
Andrass melangkah kembali ke perkemahan dengan langkah pelan, matanya tidak jelas menatap kemana. Ia dalam kondisi shock.
Awalnya ia pikir Eli benar-benar gay, tapi yang ia dengar lebih mengejutkan lagi. Nampaknya semua orang telah dibodohi oleh Moca, Eli, bahkan Sarah. Siapa yang menyangka pemuda dengan paras cantik dan suara lembut itu benar-benar seorang perempuan. Siapa yang menyangka pemuda berambut cekak yang ia lihat selalu memakai celana dan kemeja itu seorang perempuan.
Siapa yang mengira kalau seorang gadis benar-benar telah hidup bersama mereka selama lebih dari tiga tahun?
Apa yang seharusnya ia lakukan? Apa yang sebaiknya ia lakukan?
Ketika Moca dan Eli kembali, matahari sudah terbit dan beberapa orang sudah memulai latihan mereka. Eli membawa seekor kelinci di tangannya dan tangan lainnya menggandeng Moca. "Kau boleh bermain, aku akan memasaknya untukmu." Gadis itu mengangguk, mengembalikan jubahnya pada Eli dan berlari untuk mengambil busur dan panahnya.
Sementara Ji yang tengah mengunyah daging rusa itu mengamati bagaimana anak panah bocah itu terus-terusan meleset dari lingkaran tengah. "Pegangannya salah, arahnya salah.." Ia menggelengkan kepalanya, saat bergumam kecil.
"Lihat ini!" Ia telah mengambil busur dan mengambil sebuah anak panah dari tempat Moca. "Tanganmu harus satu garis lurus satu sama lain, pegang yang benar." Ia memfokuskan pandangannya dan panah itu melesat tepat pada "pusat koordinat".
Bocah itu melongo melihat seberapa mudah kelihatannya bagaimana Pangeran Yo dengan busurnya. "I'll try" Ia menaikkan busurnya lalu memasang anak panahnya dan menarik busurnya. "He_hei.." Ji mengernyitkan dahinya melihat postur yang berantakan.
"Luruskan tangan dan badanmu!" Ia membenarkan posisinya. "No-no!" Ia kembali menekuk lututnya memegang tangan Moca dan menariknya lebih ke belakang. "Sampai segini, kemudian lihat garis panah saat fokus pada garis merah disana.." Moca mengangguk. "Shoot."
Gadis itu terdiam saat panahnya hampir tepat berada di tengah, itu pertama kalinya. "Hm, benar begitu, berlatihlah!" Ji memegang kepalanya pelan dan kembali ke mejanya.
Tentu saja, tembakan selanjutnya tidak lebih baik dari yang barusaja diajarkan Ji, tapi setidaknya ia tidak meleset lingkar merah terlalu sering.
"Andrass. Keep it a secret." Eli mengucapkannya pelan sambil berjalan melewati Andrass. "Kau tau?_" Ia menarik lengan Eli. "Bagaimana kau bisa tau itu aku?"
Eli meluputkan lengannya dari pegangan Andrass. "Aku hanya tau."
Andrass terheran dengan ucapan Eli, mengingat Ji berhasil mengalahkan Eli membuatnya semakin penasaran apa saja senjata yang selalu mereka bawa dalam diri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021