MOLI.5

742 85 3
                                    

"Apa-apaan, kau baru datang sekarang" Seorang laki-laki seumuran dengan Eli dengan pakaian khas kerajaan Emeria menatap kesal pada Eli. "Siang, Pangeran Yo, semoga berkat melimpah bagi Kerajaan Emeria." Eli hanya menjawab tenang. "Apa maksud suratmu? Kau menunggu saudarimu sehingga kau terlambat datang?" Ia berjalan bersama dengan Eli. "Adikmu Mira, Apa dia mengamuk dan melarangmu kembali ke istana?" 

Eli hanya diam sembari terus berjalan. "Beraninya kau tidak menjawabku?" Pangeran Yo yang diabaikan jadi kesal.

"Aku bingung harus menjelaskan darimana" Meskipun begitu, Eli berhasil menceritakannya dengan lengkap.

"... Sungguh? Mira bukan adik kandungmu? Kau yakin anak yang kau temukan benar-benar adik kandungmu?" Yo mengatakannya dengan volume kecil. "Hm" Eli mengangguk pelan.

"Kalau begitu, biarkan aku bertemu dengan adikmu aku penasaran."

"Tidak, tidak boleh."

"Ha?"

"Aku yakin kau akan tertarik padanya jadi tidak boleh?"

"Hah? Memangnya dia lebih cantik daripada Putri Sora Kerajaan Wiam? Aku yakin dia hanya terlihat seperti dirimu tapi versi wanita."

"Karena itu, lupakan."

"Hei!? Belum tentu juga aku akan menyukai adikmu itu, ditambah lagi aku yakin ia tidak bisa berkomunikasi dengan normal setelah 2 tahun dikurung. Juga, seharusnya siapapun bersyukur bisa menjadi kekasih Pangeran Mahkota!" Ia menyilangkan tangannya di dada. "Aku tidak peduli lagi pada adikmu itu, cih!"

"Pangeran Yo, biarkan malam ini aku pulang cepat_" Pangeran Yo yang mendengarnya langsung melingkarkan salah satu tangannya ke leher Eli dan menariknya, membiarkan Eli kesusahan bernapas. "Beraninya kau bawahanku mengabaikanku hanya untuk gadis kecil itu?" Tidak lama kemudian ia melepas tangannya dan tertawa membuat Eli juga ikut tertawa sambil terbatuk-batuk.

"Kau benar-benar akan pulang malam, malam ini!"

"Pangeran_"

"Kau terlambat dan meminta keringanan? Cih, tidak akan!"

Tentu semua tugas bukan sesuatu yang terlalu sulit bagi Eli. Tengah malam ia menyelesaikannya dan berjalan pulang dengan tergesa-gesa. Moca moca moca, yang memenuhi pikirannya hanyalah Moca. "Yuhuu, Eli!" Ia langsung disapa oleh wanita yang pekerjaannya mengatur keuangan istana prajurit. "Ah, Madam Sarah, maaf tapi aku harus segera_"

"Moca, kan?" Wanita 27 tahunan itu duduk di sofa ruang tengah sendirian. Eli yang mendengar nama adiknya disebut diam ditempat. "Tenanglah, gadis itu sudah tertidur"

"Madam.." Eli penasaran apa yang terjadi. Tadi pagi ketika ia bangun, Moca masih tertidur ia tidak tega membangunkannya dan pergi hanya meninggalkan note kecil yang ia selipkan di saku pakaian Moca.

"Mungkin karena terlalu panik, kakaknya yang ceroboh meninggalkannya begitu saja. Ia berlari keluar dan.. ia pasti memiliki masalah dengan kakinya karena tidak biasa bocah 7 tahun terjatuh dari tangga." Napas Eli tercekat dan matanya melebar mendengarnya tapi wajah khawatirnya langsung disambut oleh tawa Sarah.

"Hahah, ia terjatuh tapi tangannya berhasil meraih tiang pegangan." Sarah menatap Eli yang bernafas lega. "Aku hanya menonton saja, ia terlihat imut sekali.. aku menunggunya menangis"

"Dan tentu saja ia menangis..hahah" Sarah tidak menikmati tawanya. " Anehnya saat aku menemuinya dia langsung diam."

"Aku penasaran bagaimana kau mendidiknya, karena anak itu aneh sekali hahah. Duduklah Eli, kau tidak mau berdiri terus, kan?" Ia menatap Eli yang kemudian berjalan duduk ke sofa klasik. Eli hanya berusaha mendengarkan dengan penuh perhatian. "Ia diam, saat aku menanyainya ia juga diam saja.." Eli sadar kalau itu juga terjadi pada Vanilla. "Aku ingin menggandengnya turun, tapi mengingat kakinya tidak bisa berjalan, aku menawarkan gendongan padanya dan dia menjawab 'Moca, Lieru' Aww, imut sekali, tapi masalah aku tidak mengerti siapa 'Erui' atau siapa gadis itu sampai aku menyadari kertas pada bajunya ah, ternyata kau"

Eli hanya nyengir mendengarnya. "Ya sudahlah, sepertinya dia tidak menolak jadi aku menggendongnya turun ke bawah. Aku memandikannya, memberinya makan, mengajaknya bermain piano, tapi ia hanya diam bahkan sampai ia kembali tertidur juga hanya diam. Jadi, siapa dia?"

"Dan aku ingin bertanya. Ini Istana untuk pria dan hanya aku wanita penjaga disini, tapi kau membawa gadis berusia 7 tahun yang bahkan tidak bisa berkomunikasi atau berjalan dengan baik kemari?" Madam tidak tahu apakah kakak yang satu ini akan dapat diandalkan atau tidak. 

Eli sendiri tidak tahu harus bagaimana. "Itu_" Eli menjelaskan agak terputus-putus, pasalnya ia seolah mengumbar keburukan orang tuanya. 

"Sudah aku tebak, pasti masalah dengan keluarganya. Mana ada keluarga George, bangsawan elit itu memiliki gadis cacat sepertinya?" Eli sedikit terkejut mendengar kata cacat yang sangat jelas itu. "Dia itu cacat, dan kau membawanya kemari di saat kau memiliki banyak pekerjaan, apa kau ingin gadis itu menjadi beban semua orang?" Eli mengepalkan tangannya.

"Mo_Moca tidak cacat, jangan menyebutnya seperti itu." Kemarahannya kembali disambut dengan tawa. "Ia dikurung selama dua tahun, aku.. aku membawanya kemari setelah mengetahuinya."

Sarah : "..." siapa juga yang menyangka ada kasus seperti itu. "Kau benar-benar berencana membuatnya tinggal di istana?" 

Eli terdiam sebentar sebelum mengangguk. "Aku ingin membuatnya tinggal di tempat aku bisa dekat dengannya."

"Kalau kau mau ia tinggal di istana, maka ia tidak boleh tetap seperti itu." Ia kembali tersenyum setelah mengatakannya. 

"Yah, sudah malam juga, kau pasti lelah, apa kau sudah makan malam?" Melihat anggukan Eli ia melanjutkan, "kalau begitu kau boleh menggosok gigimu dan pergi tidur." Sarah bangkit dari situ dan pergi menuju kamarnya. 


My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang