MOLI26

273 38 4
                                    

Hannah mulai menjelaskan padanya bahwa ia akan memulai pelajaran berdansa yang paling dasar dengan beberapa teman lain yang kira-kira sepantaran dengannya dan dibimbing oleh beberapa guru. 

Sesampainya di ruang kelas, Hannah mempersilakannya untuk memperkenalkan diri. 

"Mo" Hannah sedikit terheran tetapi hanya tersenyum ketika gadis itu tampaknya yakin dengan nama yang baru saja ia ucapkan. "Baiklah, aku pergi dulu. Tolong bimbing dia.." Hannah tersenyum pelan menyapa guru-guru yang adalah temannya. 

Gadis itu kemudian memilih barisan di paling belakang, semua mata menatapnya ketika gadis itu melangkah panjang dengan tegas ke ujung barisan. Penampilannya yang sederhana dan elegan itu tidak bisa lepas dari mata mereka hingga akhirnya mereka benar-benar memulai pelajarannya. 

"Baiklah, sekarang pilih seseorang untuk menjadi pasangan kalian." Ketika kalimat itu diucapkan, Moca menatap sekelilingnya. Tidak ada orang yang ia kenal, tidak ada Liel, Andrass, Roy, atau Sarah. 

"Ekhem." Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. "..." Lelaki itu tidak berbicara sepatah kata hanya mengulurkan tangannya, menawarkannya untuk berpasangan. Melihatnya ia meraih tangan itu dan memulai latihan. 

Bahkan hingga akhir latihan, mereka adalah satu-satunya pasangan yang saling tidak bersuara dan hanya bermain dengan ekspresi mereka. Hingga kelas berakhir dan gadis itu langsung berlari keluar mencari kereta milik Sarah. 

"Ah! Monica? Apa kau mencari Sarah?" Hannah yang melihatnya, menyusul. "Sarah bilang kau akan menjalani asrama disini sampai kau diluluskan." Mulutnya terbuka kecil akibat napasnya yang disenggal. 

Kesal. 

"Bagaimana caranya lulus dari sini?" tapi ia tahu Sarah tidak berniat buruk dan mungkin ini salah satu cara agar ia bisa bersama dengan Eli. Ia tahu lebih dari siapapun apa yang akan terjadi pada hidupnya kalau orang-orang mengetahui ia adalah perempuan. 

"Eum, kau harus mendapat pengakuan dari guru-guru kalau kau sudah cukup baik"

 Gadis itu kembali memeriksa jalanan sebelum masuk kembali ke dalam gedung seni. "Aia, etika gadis ini bermasalah ya.." gumamnya sebelum menyusul masuk. 

Semua orang tampak menyepelekan murid baru, mengabaikan existensinya. Sebagai sekolah seni yang ternama, tentu saja kau mendapat perlakuan yang baik ketika datang kesana, dan perlakuan spesial hanya dapat didapatkan ketika telah menjadi anak berprestasi. 

Gadis itu kembali ke kelas dansa yang kosong. Ia harus menyelesaikannya dengan cepat, ia yakin itu adalah yang terbaik. Beberapa anak mendekam dalam sana selama 2 tahun hingga dinyatakan lulus. Tetapi tidak ada cara lain baginya sebelum Eli kembali dari selatan, sebelum teman-temannya menaruh curiga. 

"Rey Alaska. Namaku Rey." Ia berhenti menatap pantulannya di cermin ketika ia mendengar suara itu. Anak yang tadi menjadi pasangannya. Melihat sosok itu dari pantulan cermin, gadis itu tersenyum tipis mengingat pertarungannya dengan lelaki itu waktu kecil. "Siapa namamu?" 

"Monica" Rey tersenyum senang mendengarnya. "Kau kemari untuk berlatih?" Rey kembali bertanya. 

Gadis itu terdiam, sebenarnya ia hanya mencari tempat untuk berpikir. "Tidak?" Rey menduga dan gadis itu mengangguk. "Rey?" Loi penasaran mengapa temannya berada disana. "Ah, seriously? K, I'm going." Loi yang melihat Rey tengah bersama dengan gadis itu terkekeh, sebelum ia kembali bermain bersama temannya. "Arka! Rey berduaan dengan cewek di ruang latihan" Tapi tentu Arka lebih memilih mengetuk keras kepala Loi. "Aish, kok malah aku, Rey dong!" 

"Sebaiknya aku kembali untuk hari ini." Moca tersenyum tipis. "Eun, beristirahatlah." 

Sejarah, bahasa asing, dansa, etika, seni dan matematika. Andai dalam satu hari ada 72 jam itu tetap tidak cukup. Ia menatap langit-langit kamar yang asing. "Hanya untuk Liel, aku bisa melakukannya." Ia bergumam pelan. 

Dengan itu, ia bangun pagi-pagi sekali, berolahraga. Lalu keluar menulis ulang jadwal yang terpampang di papan utama. Serta mempelajari peta gedung, kemudian mengambil buku-buku yang ia perlukan dari perpustakaan. Mengisi botol air minumnya dan bersiap untuk mengikuti kelas dansa. Selesai kelas dansa, ia bisa melihat perpustakaan yang juga ramai oleh anak-anak yang tengah belajar. 

Selesai berada diruangan yang sama berjam-jam, ia kemudian pergi untuk pelajaran etika bersama perempuan lainnya. 

"At." Ia merintih sedikit ketika profesor wanita itu menyabet betisnya dengan tongkat. 

"Perhatikan cara berdirimu! Seorang gadis tidak boleh membuka kakinya lebar, kau pikir ini militer?" Ia hanya menahan rasa sakitnya ketika tangannya ikut menjadi korban tongkat itu. "Kau pikir ini militer? Mengapa menaruh tanganmu di belakang punggung?" 

Gadis itu mencoba membenarkan posisinya seperti gadis yang lain. Etika makan, duduk, berjalan masih menanti didepannya. 

Pagi kembali datang dan ia langsung mendapat ceramah segera setelah keluar beberapa langkah dari kamarnya. "Kau! Apa kau kesasar ke kelas pria? Perbaiki cara jalanmu, pelan-pelan!" Gadis itu sedikit tersentak, etika di tempat militer benar-benar 180 derajat daripada etika yang harus ia pelajari. Jalan cepat, makan cepat, posisi siap dan selalu waspada. Jalan perlahan, makan dengan sopan dan selalu terlihat menawan. Setelah guru itu puas dengan langkah kakinya dan pergi, ia memilih untuk sekalian berlari ke perpustakaan. "HEI!" 

Pelajaran dansa kembali dimulai, kembali berpasangan dengan Rey. Setelah selesai ia kembali mengisi botol minumnya yang kosong dan kembali ke perpustakaan, kecuali untuk urusan makan dan minum ia benar-benar lekat dengan kursinya. Ketika perpustakaan tutup, ia mendapati minuman ajaib bernama kopi dan benar-benar terjaga semalaman membaca buku. 

Setidaknya ia masih tau waktu untuk tetap tidur keesokan harinya. 

.

.

.

Andrass yang kembali ke istana tidak mendapati sosok pemuda kecil boongan itu menanyakannya pada Sarah. "Ia mendapat undangan pulang dari keluarganya" jawaban itulah yang selalu diberikan ketika anak-anak bertanya, "sama seperti Eli saat seusianya, keluarganya juga memintanya untuk pulang" dan pernyataan berikutnya membuat mereka sepenuhnya percaya. 

Hanyalah Andrass yang akhirnya bertanya secara langsung pada Sarah mengapa gadis itu harus menyamar menjadi pria dan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya. Tapi Sarah tidak pernah mau menjawabnya. 

Para pemuda itu terus berlatih dengan giat, penasaran mengapa Mo justru pulang ketika tampaknya negara tengah was-was akan dilanda perang. Bahkan Raja dan Ratu tidak dalam keadaan tenang ketika dua negara itu tengah berkomplot secara langsung entah melalui apa. 

Hanya satu yang merasa terlampau tenang, membaca buku novel sebagai hiburannya, Yo Ai. 


My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang