MOLI10

563 67 3
                                    

"Paskal, menurutmu kenapa seorang pemuda berumur 7 tahun begitu payah keadaan fisiknya?" Eli yang berteman dekat dengan paskal itu langsung menuju intinya.

Sementara Paskal itu hanya berpikir kalau ia malas bekerja. "Bukankah kau yang merekomendasikannya masuk ke kelas ku?" 

"Aku tidak pernah melakukannya. Aku akan mengambilnya." Ia menggandeng tangan Moca dan menariknya. Gadis itu sudah menangis, ia hanya menunduk selama Eli menggeretnya. 

"Kenapa kau melakukannya?" Eli membawanya ke tempat yang sepi. "Kau tidak tahu bahaya apa yang mungkin terjadi?" 

Gadis itu hanya menangis, ini pertama kalinya ia melihat Eli begitu kecewa dengannya. "Kau ingin tulangmu hancur? Kau bahkan tidak mengikuti pelatihan dasar dan langsung pergi kesana!" 

Ia kembali menggandeng gadis itu untuk kembali ke istana. Istana dalam kondisi sepi di siang hari. Hanya sarah yang menjaga istana itu. 

Gadis itu tidak punya tenaga untuk bergerak barang seincipun. "Eli!" Sarah berusaha menghentikan Eli. 

"Buka atasanmu!" Tangan Eli membuka paksa baju gadis itu, menampilkan hampir sekujur tubuh yang membiru. Eli tidak tahan melihatnya, tapi ia merasa marah. "Kau pikir guna pelatihan adalah untuk merusak tubuhmu sendiri?" 

Gadis itu terduduk di lantai. 

"Ri_eru.." Tubuhnya bergetar saking takutnya, saking kecewanya. 

Sarah kali ini tidak tinggal diam, ia mendekati Moca. "Eli, hentikan, cukup untuk membuatnya mengetahui kesalahannya. Ini juga merupakan kesalahanku, kau tidak harus melampiaskan hanya padanya." 

"Ri_eru." Bahkan sulit baginya untuk mengucapkan nama yang sangat ia sukai. Tangannya membayang mencoba meraih celana Eli. "Moca, kau tidak apa?" Sarah khawatir setelah melihat bagaimana kondisi tubuh Moca. "Ri_" salah satu tangannya menahan dadanya yang terasa sakit. "Akh" Sedikit erangan itu membuat Eli langsung kembali memfokuskan dirinya pada Moca. 

"Moca!" Eli segera mendekat. "Ada apa?" Ia segera mengangkat gadis itu dan membaringkannya ke sofa. "Riel.. su_lit bernapas!"

Sarah : "...." Dia tidak tahu apakah adegan ini cocok untuk orang yang baru saja marah. 

Ia memberikan napas buatan untuknya. Sehingga dalam hitungan detik ia bisa kembali bernapas dengan lega. "Maaf.. Moca.. aku minta maaf." Eli memeluk gadis itu erat. 

Sarah mengacak rambut Eli pelan. "Sudah, bawa dia ke kamarnya supaya dia bisa beristirahat. Kau juga pasti lelah seharian berkendara."

.

.

"Kenapa?" 

"Aku ingin menemani Liel." 

.

.

.

Tahun terus berganti.

Moca terus berlatih dengan giat. Eli mulai sadar kalau pergerakannya mulai diawasi. Yo Ji terus mempersiapkan dirinya sebagai penerus tahta kerajaan. Yo Ai sibuk memikirkan semua rencananya. Mira tengah beraktivitas selayaknya wanita bangsawan, jatuh hati kepada putra mahkota. 

"Sarah!" 

"Sarah.." 

"Sarah?" 

Di waktu luangnya ia merasa sama sekali diabaikan. "Liel.. minggir sebentar, aku harus menatanya ulang." Eli tidak percaya gadis itu bahkan mengusirnya dari sofa.

Ruang tengah tengah di dekorasi ulang, para pemuda disana saling kerja sama membersihkan istana. 

Eli : "..." Ia mengangkat tubuhnya kesal dan pergi ke taman. 

Moca tumbuh dengan baik meskipun sedikit berbeda dengan gadis seusianya. "Moca, kau mau kemana?" Sarah menanyakan Moca yang naik ke lantai atas. "Aku akan membersihkan kamar Liel." 

Ia masuk dan merapikan kamarnya hingga isi lemari dan mejanya. "Mira.." Ia melihat surat yang ada di meja, membacanya sebentar dan menaruhnya kembali ke asalnya. 

Menyapu dan mengepel semua lantai, menyingkirkan sarang laba-laba. "Slesai!" 

"Sarah.. Liel dimana?" Tidak melihat sosok kakaknya membuatnya penasaran. "Mungkin ia berada di taman." 

"Kalau begitu aku akan membagikan camilannya pada mereka yang di taman." Ia mengambil sebungkus cookies dan berjalan dengan gagah ke taman. 

"... Moca.. Sifatnya persis seperti pria sampai pada tingkat yang memikat para perempuan." Sarah menyadari ada yang salah selama ini. Ternyata membiarkan seorang gadis tinggal bersama pria sungguh bahaya. Beberapa pelayan yang datang membicarakan betapa berkarismanya pemuda yang bernama Mo. 

Ia membagikan cookies kepada mereka satu persatu hingga akhirnya menyodorkan sisanya pada Liel. "Itu rasa yang kau suka." Eli hanya menerimanya diam dan memakannya. 

"Oi! Siapa yang setuju kalau nanti malam kita pergi ke festival?" Seseorang menyerukan idenya. 

"Ooh! Sudah lama aku tidak pergi ke festival!" 

"Aku yakin Madam Sarah tidak keberatan.."

"Eli dan Mo, kalian ikut?" Eli baru saja memikirkan hal yang bagus kalau ia dan Moca pergi bersama menikmati festival.

"Liel saja! Lebih baik aku menemani Madam." Ia tidak segan menolak meskipun ia tidak pernah pergi ke festival. "Kenapa tidak kau yang pergi? Aku sudah sering melihat festival, kau belum pernah." Eli mengajukan balik pada Moca. 

"Mo, kau tidak perlu khawatir dengan Madam, malam ini para pelayan akan tinggal disini, jadi kita bisa pergi." 

"Tidak, katanya Madam juga akan pergi ke festival sendiri! Aku baru saja menanyakannya!" 

"Kalau begitu kita semua akan pergi malam ini!"

Hingga malam tiba, mereka mengenakan pakaian bangsawan mereka dan mulai berjalan keluar. 

"Kita berpencar?" Moca bertanya ketika satu persatu dari mereka pergi sendiri-sendiri. "Ei, kalau kita bergerombol, orang-orang akan mengatakan kita adalah pasukan semut istana dan tidak ada gadis yang mendekat." 

"Ah." Moca lupa kalau tujuan lain dari festival adalah untuk mencari jodoh. "Aku pergi dulu!" Ia pamit dan berjalan keluar. 

Selama perjalanan Moca merasa penasaran, seperti apa festival itu. Ia sedikit terhenyak ketika suara dari kembang api sampai ke telinganya. 

Gelapnya malam jadi terasa sangat ramai ketika mereka sampai dikerumunan. "Kau bisa membeli apapun yang kau mau."

"Senjata, aku ingin mencari pedang dan belati!" Eli tidak menduga apa yang ia katakan. Meskipun bagi orang lain pemuda di depannya adalah pemuda, baginya hanyalah seorang gadis kecil. Ia berpikir, gadis itu menginginkan makanan manis atau pakaian. Moca sudah hendak berjalan cepat mencari stan yang menampilkan berbagai macam senjata tapi Eli memarik tangannya. "Sebaiknya kita menikmati festivalnya terlebih dahulu. Ada yang ingin kau makan?" 


My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang