Monice07

206 26 2
                                    

"Hss" Ia memegang pipinya yang ternyata sudah sedikit membengkak. Ia tidak mungkin kembali ke perkemahan dengan wajah memar seperti itu. Ia juga tidak berani menceritakan apa yang telah terjadi. 

.

.

.

Diskusi sudah selesai, "Komandan Eli kau tetap tinggal." dengan status dibawah dari seorang kapten, ia tetap tinggal. 

"Apa hubunganmu dengan Mayor Mo?" Eli sudah menduga pertanyaan ini, memang apa yang sudah ia lakukan tadi sangat mencolok. 

"Aku mengamatinya sejak dia kecil, dan dia tidak lebih kuat daripada pemuda pada umumnya jadi aku khawatir." Eli mengatakannya dengan pikiran ia tidak mungkin mengatakan bahwa Moca adalah anak kandungnya Monica yang sudah dilupakan itu. "Jadi, kalau aku mengirim Mayor Rey, kau tidak keberatan?" 

"Anda tidak mungkin mengirim Rey, karena dia mudah terbawa emosi." Eli mengatakannya dengan wajah cuek. 

Tepat saat itu, seorang tangan kanannya masuk ke dalam tenda untuk memberitahukan informasi yang dianggap Eli penting karena Ayahnya segera meminta orang itu untuk menyampaikan informasinya. 

Eli sedikit heran melihat Ayahnya yang tiba-tiba berdiri dan menatapnya tajam. Berjalan ke arahnya dan mengangkat kerahnya paksa membuatnya tidak lagi duduk. "Beraninya kau membawa monster itu kemari?!" Semuanya begitu tiba-tiba, tetapi Eli mengerti apa yang terjadi. Ia melihat ke arah tangan kanan yang jelas Ayahnya kirim untuk mengetahui siapa Moca sebenarnya. 

"Ayah, kau tahu sendiri pandangan Ayah tentang Monica adalah khayalan Anda semata." Dua mata perak itu saling beradu pandang "Gadis itu hanyalah anak kecil yang perlu dididik dengan baik. Anda bahkan mengakui dengan mulut anda sendiri bahwa dia melakukan tugasnya dengan baik di medan perang." Pandangan itu semakin bengis dan Eli mempercepat tempo ucapannya, "Kenapa Anda langsung mengingkari ucapan Anda sendiri begitu mengetahui kebenarannya bahwa pemuda yang anda lihat adalah anak kandung Ay_" Ia terdorong ke belakang dan terduduk. Sementara Ayahnya berjalan keluar dari tenda dengan kesal. 

"Siapa dari kalian yang mengetahui identitas Mayor Mo?" Mendengar Ayahnya berbicara begitu kepada seisi perkemahan ia segera menyusul keluar. "Kapten, maafkan saya yang telah lancang menyembunyikan identitas Mayor Mo selama ini." Ia langsung berlutut dihadapan Kapten, mencegah siapapun lainnya berbicara. 

"Seperti yang kalian dengar, Mayor Mo memalsukan identitasnya sebagai seorang perempuan! Seorang perempuan harus melakukan kegiatannya didalam negara, bukan dimedan perang. Oleh karena itu, setelah ia kembali dari perwakilan ia tidak lagi menjabat sebagai Mayor ataupun jabatan militer lainnya dan harus kembali ke tempat ia berasal!" Setelah mengumumkan pengumuman itu, ia segera berlalu dengan kesal kembali masuk ke dalam tenda khusus miliknya. 

Semua orang tidak bergerak dari posisinya, sampai ketika Eli mengangkat lututnya dan kembali berdiri. Ia mengepalkan tangannya erat. Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat ketika menghadapi Moca nanti. 

Eli menahan diri untuk mencari Moca, tetapi sampai pertemuan pagi hari itu selesai, gadis itu sama sekali tidak kembali ke perkemahan. 

"Leo?" Eli yang sama sekali tidak merasa dipanggil tidak menggubris. "Leo!" Sampai ketika lengannya ditahan oleh Anya. 

Ia menoleh, mendapati gadis yang ia ingat pernah ia temui ketika ia menelusup masuk ke kamp pelatihan. "Jadi kau benar-benar mata-mata?" Eli hanya memaksakan untuk tersenyum sedikit, "Maaf." 

"Tunggu" Eli yang hendak meneruskan jalannya berhenti. "Tidak bisakah kita berbincang sebentar?" 

"Tentang apa? Jika tidak mendesak kau bisa mengatakannya padaku lain kali, aku sedang mencari seseorang.." Eli melepaskan tangan Anya hati-hati. "Siapa? Aku bisa membantumu mencarinya.."

"Orang yang pernah aku ceritakan padamu, aku mencari orang itu. Kemarin ia yang datang sebagai perwakilan, apa kau sempat melihatnya? Apa ia mengarah kembali ke perkemahan?" Anya agak bingung menjawabnya, tetapi ia jelas mendapat berita bahwa gadis itu telah kabur. 

"Entah, dia menyapaku sebentar tapi aku tidak memperhatikannya." Eli hanya mengangguk, dan kembali meneruskan jalannya. 

.

.

"Freya, dimana Mo?" Freya sendiri tidak tahu. "Apa ada yang mengatakan padanya kalau ia tidak boleh kembali? Sudah sejauh mana berita tentang Mo?" Freya menggeleng, "Saya juga sudah mencarinya kemana-mana tetapi tidak ada yang melihatnya sejak ia pergi sebagai perwakilan tadi malam." Eli benar-benar kesal, berusaha untuk tetap sabar. 

"Komandan.. apa Mayor Mo bukan adik kandung anda? Kalian berdua begitu mirip tetapi Kap_" Ia langsung terdiam bisu melihat tatapan Eli yang dingin. 

Pasukan yang dibawa Eli juga semua diam, memang ini yang akan terjadi kalau identitas Moca sampai terbongkar, mereka sudah menduganya jauh-jauh hari. 

Eli mengambil kudanya dan segera keluar mencari keberadaan Moca. 

"Pasukan 202, ada yang melihat Mayor Mo?" Bahkan nada suaranya menjadi dingin. Mereka semua menggeleng, ingin bertanya apa yang terjadi pada Mayor mereka tetapi ditahan. 

Bahkan di dalam Pasukan 202, sebagian besar dari mereka mengetahui dari awal kalau Mayor mereka berkelamin perempuan. Mereka hanya mengira Kerajaanlah yang menyamarkan identitasnya. "Tingkahnya sama persis dengan adik perempuanku, aku dekat dengan adik perempuanku, karena itu aku bisa tau" Bahkan sebagian dari mereka tidak masalah dengan perbedaan jenis, "Adik perempuanku juga senang bermain pedang.. berita kalau ia dihentikan hanya karena perbedaan gender agak mengganggu, lagipula ia sangat berjasa selama di medan perang." Mereka hanya tersenyum miring menanggapi. 

.

.

.

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang