Cahaya jingga itu tersebar didepan matanya, ia terdiam sejenak melihat orang-orang sibuk berjualan dipinggir-pinggir jalan. Kelebat kegiatan orang-orang disekitar membuatnya tersadar ia harus pergi, matanya mencari keberadaan Eli dan berlari menyusul. "Ini, kau saja yang simpan" Eli melemparkan pin berbentuk angsa itu ke arah Moca yang mengamatinya sebentar sebelum menyimpannya dalam saku.
"Liel, there!" Eli sedikit mengernyit ketika Moca menepuk lengannya dan langsung melaju ke tempat jajanan. "Dua koin tembaga" Eli membayarkan makanan ketika gadis itu kembali memukul punggungnya seperti lelaki dan hilang dari pandangan ketika Eli berbalik.
"Apa ini?"
"Permen gula, nona muda"
"Kalau begitu ini?"
"Namanya kweku""Wah, Liel itu.." Gadis itu langsung nyelonong ke toko pameran barang antik
"Mo_" baru saja terkejar, gadis itu sudah jalan lebih jauh. "Ck" Ia melirik kesal pada orang yang sengaja tidak sengaja sudah menabrak bahunya.
"Wah, Liel lihat ini.. hm?" ia memutar badannya 180 derajat, melihat ke kanan dan ke kiri. "Liel?" tersadar kalau dari tadi ia hanya berjalan mengikuti khalayak ramai. Moca mengendikkan bahunya santai, toh Liel bisa menemukannya dengan mudah, ia hanya perlu menunggu sedikit lebih lama.
Ia membeli tanghulu, melihat-lihat perhiasan yang tampak menyegarkan matanya.
Duk!
'Apa-apaan?' Siapapun tahu walaupun ramai, jalanan masih teramat luas daripada memilih untuk menabrak seorang gadis. Ia berdecak kesal sebelum menyadari, "Hais! Masa iya harus dompetku!" Moca mengumpat setelah memeriksa sakunya. Melepas tanghulunya, ia segera mengangkat roknya dan berlari mengejar pencopet itu, membuat kalayak kebingungan akan tingkah gadis itu.
Lari menggunakan heel? Bukan pilihan yang baik meski ia tengah melakukannya. Bidik, lempar, TAK! Kemudian lari dan melemparkan lagi salah satu sepatunya. Ia mengunci tangannya, "kembalikan"
"Kenapa kau tidak ambil sendiri? Cantik tapi gila"
"Heish! Lalu seorang pencuri waras?" Moca menarik baju pria itu dan menyobeknya. Mengambil kantung uang yang terselip di ikat pinggang. "Ck" Begitu dompet sudah kembali berada di tangan, gadis itu tidak lagi memperdulikan pria pencuri mabuk itu. "Cih, dasar perempuan sialan!" Pisau itu dilajukan cepat, tapi kalah cepat dengan reaksi tangan gadis itu.
"Kau!"
Eli melihat gadis itu tengah mencuri perhatian sekitar. Kali ini siapa lagi yang berani mengganggu adiknya itu?
Yah. Meskipun utuh, tangan dan kakinya itu sudah patah dan tidak satu dengan sendinya ketika Eli menyingkirkan tubuhnya ke pinggir jalan.
"Mmh, Liel, kau marah?" Ia menggaruk kepala belakangnya pelan. Sementara Eli tengah fokus membersihkan tangannya dengan sapu tangan sebelum membuang sapu tangan itu juga. "Maaf, tadi aku terlalu senang dan terbawa arus orang-orang dan tiba-tiba pria itu mencuri dompet_" grep! Moca kaget ketika tangan Eli justru menggandeng tangannya erat.
"Apa perlu ku borgol supaya kau tetap berada di dekatku?" Moca justru merasa canggung, membuat Eli menghela napas. "Ini belum lama tapi kau selalu kena masalah ketika aku tidak mengawasi.." Ia menggoyangkan kepala Moca gemas. "Mmh, Liel, aku lapar" Eli agak heran mendengarnya, tapi melihat mata perak yang bersinar melihat manisan ia tidak bisa tidak membelikannya satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021